Bagian 15

2.1K 110 1
                                    

Mereka sampai di rumah Diandra dan masuk ke rumah Diandra yang bergerbang coklat itu.

"Ibuu, Dian mau kerja kelompok!!" seru Diandra cempreng.

"Iya, Dian." ucap ibunya seraya keluar dari rumah. "Eh, ini kan Meta sama Chiara, trus ini lagi dua siapa?"

"Saya Ninda tante." ucap Ninda sambil menyalami tangan ibu Diandra.

"Oh, Ninda. Trus lagi satu?"

Devani hanya senyum tipis, menandakan dia masih canggung.

"Namanya Devani tante, anak pungut dari kelas sebelah." celetuk Chiara. Ibu Diandea tergelak.

"Hahaha, ya sudah iya. Ayo masuk semuanya," ajak ibu Diandra sambil membuka pintu rumah yang tertutup.

"Ayo masuk!" ucap Diandra sambil meraih tangan Ninda dan Devani.

Mereka berlima lantas masuk ke rumah Diandra dan langsung menuju kamar gadis itu.

Mereka duduk menyila melingkar di lantai kamar Diandra.

"Mmmm, kalian buat apa sebenernya?"

"Lah iya gue baru ngeh." ucap Ninda sambil menepok jidatnya. "Kita mau bikin tugas IPS tentang miniatur geografi kota idaman kita. Harus ada SDAnya, bla..bla..bla.. . Intinya semua harus ada bahannya!"

Seolah menyadari, Chiara dan Meta membulatkan matanya. "Oh iya lupa!"

Devani memandang mereka aneh. "Apaan?"

"Kita lupa beli bahan-bahannya," ucap Diandra cengengesan. "Trus ini gimana?"

"Ya beli dulu lah," kata Ninda. "Tapi gue mager."

"Lah iya gue juga sih," jawab Chiara sambil dengan tidak tau malunya tiduran di kasur Diandra.

"Nggak jadi kerpok aja deh, ya?" usul Meta. "Ngomongin acara aja udah."

"Acara apa?" tanya Devani.

"Acara pertengahan semester," jawab Chiara. "Diadakannya sebelum ujian. Nah ini nih, yang gue nggak ngerti dari itu ketua OSIS. Masa iya sebelum ujian?"

"Gue juga nggak paham dah," ucap Meta.

"Iya, tapi acara apa?" tanya Ninda.

"Acara lomba-lomba gitu. Eh bukan lomba sih," ralat Meta. "Pagelaran buat kelas 9."

"Heh?"

"Iya, jadi katanya si Ketos, kelas 9 wajib bikin pagelaran," ucap Chiara mulai menjelaskan. "Ini program bidang prestasi dan kesiswaan, ya nggak Met? Eh?"

"Iya bener. Jadi, tiap kelas wajib nampilin satu performance gabungan. Meskipun nanti ada juga penampilan dari masing-masing kelompok di kelas. Misalnya, kelas 9A wajib nampilin performance yang isinya seluruh anak-anak 9A. Sisanya, bikin kelompok sendiri-sendiri, minimal selain pertunjukan kelas, kita harus tampil dua kali," jelas Meta.

"Eh, sekalian aja sih, ajak Yoga kesini. Palingan dia nggak ada nge-date gitu kan," tawar Ninda. Devani di sampingnya sudah membulatkan mata.

"Eh,eh, jangan dong, ntar gue salting disini,"

Dan mereka tergelak. "Nggak apa-apa kali, Dev! Salting mah salting aja sono!"

Chiara akhirnya menelepon Yoga, memintanya cepat datang ke rumah Diandra. Meta ikut-ikutan menelepon Tio. Diandra menelepon Abi. Dan kedua jomblo tidak nelepon siapa-siapa.

Begitu selesai menelepon, Chiara memelototi kedua temannya. "Ngapain undang-undang Tio sama Abi?!"

"Lah emang kenapa?"

"Nanti kita diplagiatin!"

"Ah elah, ketua kelasnya itu pacar lo yaolo. Lagian nih, Devani juga kelas lain, kan?"

Chiara manggut-manggut, "Iya juga."

Tidak lama kemudian, Yoga datang, dan tebak dia bersama siapa? Riko!

Chiara memelototi pacarnya. "Kamu ngapain kesini?!"

Riko bergidik melihat Chiara yang melotot seperti itu. Lalu dia menunjuk Yoga. "Salahin dia."

Yoga berdecak. "Ah elah, pacar lo juga ngapain," Dan dia tersadar ada orang lain di ruangan itu. "Eh, Devani."

Devani hanya tersenyum canggung, salah tingkah.

"Woi Yoga jangan mesem-mesem, lo! Ngeri gue!" seru seseorang yang tiba-tiba muncul dan menabok kepala Yoga dari belakang.

Ninda membelalak melihat orang itu.

Dikta.

Sekretaris VS Berandal [Completed]Where stories live. Discover now