Bagian 16

1.9K 107 4
                                    

"Elo ngapain kesini?!" amuk Ninda.

Dikta mengerjap-ngerjap, lalu menunjuk Yoga. "Dia yang ngajak."

"Bagus, Yog." Ninda menatap Yoga tajam. "Sekalian lo bawa satu kampung kesini,"

Yoga menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Hehehe,"

Lalu terdengar Ibu Diandra kesenangan, dan ternyata Abi datang.

"Ya sudahlah, lengkap sudah." pasrah Chiara. Dia menyandarkan kepalanya ke lengan Riko dan cowok itu balik merangkulnya.

"Hai, Abi!" seru Diandra. Abi mengedipkan sebelah matanya genit dan duduk di samping Diandra. "Ngapain nih, pada ngumpul semua di sini?"

"Gue niatnya manggil Yoga doang," adu Chiara. "Eh, Yoga dateng-dateng bawa pengikut dua. Trus pacar lo sama Meta tuh, manggil cowoknya. Ya udah rame."

Yoga pindah duduk di sebelah Chiara, yang artinya sampingan dengan Devani. Dia nggak mau jadi nyamuk dengan diem di samping Chiara dan Riko. "Gue sini deh, biar ada pasangan."

"EKHEM!!" Dikta pura-pura batuk. "Udah move-on dari Kania yak?"

"Apasih, lo!" sentak Yoga. "Elo juga, nyamuk lo! Sana sama Ninda!"

"Heh!" Ninda melemparkan kacang pada Yoga. "Kenapa gue hah?!"

"Iya ya? Gue sama elo deh, Nin." ucap Dikta genit, sambil duduk di samping Ninda.

"Gini kan enak, semua ada pasangan," celetuk Abi. Dia tidak melihat kalau Meta pasangannya tidak datang.

"Ini gue nggak jomblo, tapi kenapa gue ngerasa jomblo yak?!"

Kasian Meta :(.

"Ngomel-ngomel mulu, gue bawain coklat nih?"

"Tioo!!" seru Meta senang. Tio terkekeh lalu duduk di samping Meta sambil mengelus kepala gadis itu.

"Nah udah, mesra semua," ucap Chiara memperhatikan. Kini, semua duduk melingkar, seling-seling cewek dan cowok. Mereka melingkari tas-tas sekolah mereka.

"Kayak api unggun," ucap Devani. Tersadar, dia hampir saja menyandarkan kepalanya di bahu Yoga. Yoga terkekeh dan merangkul gadis itu. "Sandarin aja nggak apa-apa."

"UTUTUTUUU" goda semuanya. Devani melotot dan menggerutu dengan pipi merah, sementara Yoga tersenyum sok keren.

"Udah, ah! Ngapain semua pada romansa gini," protes Ninda. "Jadi kagak, Chi?"

"Oh, iya." Chiara menegakkan tubuhnya. "Jadi, sebenernya kita kesini mau kerja kelompok, terus lupa beli bahan."

"Jadinya nggak jadi." tambah Diandra.

"Trus gue yang usulin biar nggak jadi," timpal Meta.

"Trus gue liat hape, katanya sebentar lagi Pagelaran kelas sembilan,"

"Trus gue telepon Yoga, buat diskusiin ini,"

"Trus semua rusuh, jadi romansa gini,"

"Apaan sih! Intinya aja kali!" gerutu Ninda. Dia kesal dengan Meta, Chiara, dan Diandra.

"Jadi sekarang gue mau diskusiin, mau tampil apa nanti,"

"Bentar Chi," kata Riko. "Nanti bukannya ada performance gabungan kelas? Kalau 9A digabung sama 9D gimana? Kan itu kesepakatan dua kelas."

"Oh? Gitu?" tanya Meta memastikan.

"Gue baca sih, gitu. Gue tanya ketos juga gitu. Ya udah berarti gitu," ucap Riko.

"Hadeh," gerutu Ninda. Dia naik darah terus daritadi. "Nggak ada yang bener."

"Gue bener, kok." jawab Dikta.

"Lo juga sama aja,"

"Beda. Gue ganteng, mereka nggak. Apalagi Chiara, Diandra, Meta, sama Devani."

"Bodo amat!"

"Lo pinter ngapain bodo," jawab Dikta enteng. Teman-teman mereka sudah saling pandang dengan penuh arti.

"Dikta, Ninda, PJnya kita tunggu!!" []

Sekretaris VS Berandal [Completed]Where stories live. Discover now