Bagian 6 (2)

2.2K 133 4
                                    

Sintya menatap Dikta gelisah, sedangkan Dikta menatap Sintya tidak mau tahu. Bagaimana pun juga, tingkah Sintya hari ini benar-benar keterlaluan.

"Jelaskan, Sintya Kharisa. Dan Dikta Aswarman."

"Silahka tanya saja pada Sintya, Bu. Dia yang mengajak saya ke sana."

"Bohong kamu. Mana mungkin perempuan yang mengajak laki-laki? Tidak ada. Jelaskan alasan, kenapa kamu mengajak Sintya ke sana?"

Dikta menatap Bu Gipta muak. "Tolong, Bu. Ibu nggak bisa apa percaya sama saya? Memangnya muka saya ini bohong, Bu? Liat Sintya, Bu! Dia yang diem aja sedari tadi, dia yang salah!"

Bu Gipta bergantian menatap Sintya tajam. "Jelaskan Sintya! Jangan diam saja!"

"Iya Bu! Iya! Saya yang ngajak Dikta ke sana! Tapi saya kena tipu, Bu! Saya kira yang LINE adalah Kakak saya, Kak Bayu! Dia minta ketemu sama Dikta, karena dia pacar saya! Ini bukan salah saya sepenuhnya!" ucap Sintya nyolot.

"Sintya Kharisa!" sentak Bu Sulis. Jarang-jarang Bu Sulis marah. Kalau sampai dia marah, wah.

"Jaga ucapan dan nada bicara kamu! Jangan nyolot! Pertama! Kesalahan kamu adalah kamu bolos--"

"Saya tidak bolos, Bu! Saya kan sudah bilang kalau--"

"JANGAN MEMOTONG!" sentak Bu Gipta. "Kamu keterlaluan Sintya! Kamu adalah alasan awal tawuran tadi!"

"Kok jadi saya, Bu?!"

Dikta bangkit dari kursinya. "Bu, maaf. Saya boleh permisi? Saya mau ke kelas. Silahlan ibu lanjutkan sama Sintya Bu."

"Tunggu dulu, Dikta. Hukuman kamu adalah mengerjakan soal Bahasa Indonesia di LKS halaman 30 sampai 50. Kumpulkan besok! Silahkan keluar." ucap Bu Gipta. Dikta mengangguk pasrah pada hukumannya.

Dikta berjalan lesu menaiki tangga menuju kelasnya. Harusnya dia lebih cerdas dalam menuruti kemauan Sintya. Dan harusnya lagi, dia lebih cerdas dalam memilih pacar.

Plak! Dikta menampar dirinya. Masa gue minta putus sama Sintya, sih?!

***

Tim #DiktaSintyaputus mana suaranya??

Sekretaris VS Berandal [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang