Bagian 28

1.4K 81 0
                                    

"Dikta! Lo ngapain teriak kayak gitu?! Ngagetin aja!" bentak Meta. Dia memang seperti itu, membentak orang saat dia kaget.

"Selow aja dong! Gak usah ngegas bisa, kan?!" balas Dikta.

"Yeee elo yang nyolot duluan!" bentak Meta. Chiara berdesis-desis sambil merentangkan tangannya di antara dua orang itu.

"Diem ah. Lagian masalah gitu doang berantem." gerutu Chiara.

"Temen lo tuh nyolot!" kata Dikta kesal. "Gue teriak tadi gara-gara denger Ninda bilang mantan ngajak makan bareng. Makanya gue kaget trus teriak 'HAH?!' gitu."

"Et, ngapain lo kaget kalo mantan Ninda ngajak makan bareng?" tanya Diandra dengan polosnya. Chiara membulatkan matanya, heran karena sahabatnya 'terlalu' polos untuk mengerti maksud Dikta, padahal sudah pacaran sama Abi. Huuh, masih saja nggak peka.

"Ya jelas gue kaget lah! Dia kan, udah jadi mantannya Ninda, trus ngapain dia ngajak makan bareng?! Giliran gue, dong!" ucap Dikta kesal setengah mati.

Ninda terkejut dengan jawaban Dikta. Begitu pula Chiara, Meta, dan Diandra. Mereka sama sekali tidak menyangka. Hening sejenak, seolah mereka berlima punya dunia sendiri di tengah keributan 9A.

"Giliran apa?" tanya Diandra masih tak mengerti.

Dan itu merusak suasana yang tegang menjadi menoyor kepala Diandra yang polosnya minta ampun.

Duh, lama-lama suruh Abi ke 9A dah -,-.

"Ck. Diandra ih, ngerusak suasana aja." gerutu Meta kesal. "Udah bagus gitu kan, tadi kayak di novel-novel. Nanti Dikta nyamperin Ninda, kecup tangan, trus jadian! Ehuy!"

"Kalo di film-film kan, juga ada tu, perusak suasana." kata Chiara, lalu menunjuk Diandra. "Ini, nih, orangnya."

Sementara ketiga orang itu saling adu argumen, Ninda menatap Dikta lekat. Dia tak menyangka dengan apa yang terjadi dengan Dikta.

"Maksud lo apa?" tanya Ninda. Dikta tersenyum manis, membuat Ninda salah tingkah.

"Lo tau maksud gue apa, Nin." Dikta membalikkan badannya meninggalkan Ninda dengan seribu pertanyaan di benaknya.

***

"Gila! Gue lama-lama bisa gila kalo gini terus!!" pekik Ninda dengan tidak tahu malunya di ruang latihan yoga.

Pukul tiga sore, sepulang sekolah, Chiara dan Ninda harus latihan yoga. Sekarang baru pukul satu siang. Jadi, Chiara dan Ninda masuk duluan ke ruang latihan yang masih sepi. Lalu, Ninda teriak-teriak seperti tadi.

"Lo tau nggak?! Semalem gue tiba-tiba jadi ambyar baperrrr sama Wikann! Dan tadi?! DIKTA weh Diktaa! Dia bikin gue baper anjirrr!" Ninda sudah teriak-teriak. Chiara memasang wajah datarnya.

"Chiaraaaaa!" rengek Ninda. "Kalau gue direbutin Pangeran Yoga dan Pangeran Berandal, gue harus pilih siapa?"

Chiara menghela nafas malas. "Lo pilih Yoga aja, sana. Jombs dia kesian." kata Chiara. Kemudian bergumam kecil. "Eh, ada Devani keun."

Ninda mengerjap, tidak menyangka temannya akan menyuruhnya memilih Pangeran Yoga --Wikan.

Padahal maksudnya Chiara bukan itu -_-.

Jadi, gue bakal pilih, Wikan?

"NINDAAAA! KITA LUPA ADA LATIHAN DRAMA MUSIKALISASI!" pekik Chiara. Ninda mengerjap lagi, lalu berpikir.

Kalau misalkan gue gak ikut drama musikalisasi dan ikut pentas yoga, artinya gue milih Wikan. Jadi, buat apa gue latihan?

"Gue nggak bakal ikut drama."

"Heh?" []

***

Sekretaris VS Berandal [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang