Extra Part - 1

2.7K 77 10
                                    

Halo!

Jadi ini adalah permintaan maafku karena terlalu lama update di Sebangku. Sebangku masih kacau banget alurnya, makanya untuk menebus itu aku minta maaf lewat Extra Part ini. Hayoo, dimaafin nggak nih?? /tampol/

Btw, sekalian deh aku mau promosi. Aku sedang ikut lomba grasindostoryinc, makanya aku bener-bener fokus ke sana sampai lupa alur ceritaku yang lain. Makasih udah mengingatkan aku jika cerita ini adalah gerbang awalku :"). Kalian bisa dukung aku di cerita berjudul
Still Into You. Silahkan cek di work aku.

Still Into You berkisah tentang Intan Pariwangsa yang bercita-cita menjadi penulis, tapi dihalangi oleh Papanya. Karena nggak mau mengecewakan, dia rela ikut olimpiade IPA. Keputusannya justru berujung munculnya perasaan lama terhadap Farrel Arjuna Devananta. Intan ingin melupakan Farrel, tapi takdir terus membawa Intan pada momen bersama cowok itu. Yuk, dibaca dan divote! Dukung author kesayangan kalian /plak/!

Nah, enjoy, Extra Part sebelum Ninda dan Dikta pisah sekolah!❤

***

OSIS angkatan baru yang menggantikan angkatan Chiara dan Meta sibuk mempersiapkan acara perpisahan SMP mereka. Program kerja OSIS ini adalah baru, alias belum pernah dilaksanakan sebelumnya. Pada hari ini, siswa dibebaskan dari segala bentuk peraturan kecuali yang berhubungan dengan kriminal. Untuk refreshing, begitu pendapat Ketua OSIS tahun ini.

Dikta duduk-duduk bersama teman-teman anggota geng sekolah di anak tangga kelas tujuh. Mereka seperti memblokir jalan adik kelas sehingga yang ingin lewat harus memutar, menaiki tangga kelas 7E dan 7D. Zaki menatap Dikta yang tersenyum ke arah kelas IX-A.

"Dik, elo kesambet?"

"Nggak, tuh. Kenapa?"

Zaki merinding dibuatnya. "Ya, siapa tau aja 'kan, lo mesem-mesem sendiri liat hantu cewek di depan IX-A. Lo tau 'kan, kalo temen lo si Chiara tuh pernah bilang di IX-A ada cewek cakep?"

"Emang bener." Dikta terkekeh lagi. "Ninda namanya."

"Cih. Mentang-mentang pacar. Jangan bucin, lo!" cela Riki. Dikta tidak menjawabnya, melainkan hanya tersenyum.

Jelas saja, anggota geng ini heran. Dikta adalah anak berandalan, sementara pacarnya adalah penegak disiplin kelas IX-A. Walaupun Dikta tergolong sedikit alim karena tidak berani merokok, tapi tetap saja catatan pelanggaran cowok itu tidak sedikit.

"Lo semua tau, gue aja nggak nyangka bakal suka sama cewek kayak Ninda. Galak, cerewet, rapi dan no pelanggaran." Dikta menghela napas. "Sementara gue tuh kan acak-adul."

"Nyadar juga lo." Zaki melemparkan plastik bekas kemasan kerupuk ke arah Dikta yang ditangkap oleh cowok itu. Dibuangnya sampah itu ke dalam tempat sampah terdekat.

"Buset, abis pacaran berubah drastis lo, Dik!" Andika terkesan. "Buang sampah aja, di tempatnya."

Dikta mencibir. "Emang harusnya gitu kali."

"Ya, tapi 'kan, elo dulu asal buang aja. Katanya, nanti ada yang bersihin, ngapain repot?"

"Ya itu 'kan dulu," Dikta memungut puntung rokok Zaki dan mengantonginya di sebuah plastik kiloan. "Humans changes, doesn't it?"

Kawan-kawan Dikta mengangguk-angguk, meski masih tidak menyangka seorang berandal satu-satunya IX-A menjadi seorang yang alim karena berpacaran dengan Sekretaris kelasnya.

"Ini 'kan hari terakhir kita di sekolah ini. Maksud gue, besok udah perpisahan dan yah ... gue pengen ngajak kita semua ke pesta kelulusan di rumah gue. Nanti malam ya, jam delapan. Ajak pacar sekalian," ucap Zaki. Yang lain mengangguk-angguk setuju tanpa ragu, namun Dikta tampak berpikir apa Ninda mau diajak keluar malam-malam?

"Gue nggak janji, nih. Ninda jarang diijinin keluar malam. Kalau dia nggak diijinin, ya gue nggak bisa ikut."

"Yaelah, Dik! Jangan gini juga kali! Masa gara-gara pacar, lo jadi lupa temen? Makanya, cari pacar tuh yang bisa diajak keluar malem, bukan anak rumahan cupu kayak Ninda!" seru Riki. Dikta sontak berdiri, menatap Riki dengan tatapan tajam.

"Lo bilang apa tadi?" Nada suara Dikta dingin menusuk, namun Riki tetap menaikkan dagu menantangnya.

"Apa? Gue bener, 'kan? Apa-apa, lo pasti mikirin Ninda. Cuma Ninda, Ninda, Nindaaa aja di pikiran lo! Kalau dia emang cewek yang pantes buat lo, dia nggak bakal halangin elo buat ketemu dan kumpul bareng temen-temen!"

"Jaga omongan lo ya, Rik." Dikta menarik kerah baju Riki. "Sekali lagi lo bilang macem-macem tentang Ninda, gue nggak akan segan-segan untuk ....,"

"Apa!? Untuk apa, hah!? Lo tau, bukan cuma gue yang ngerasa lo berubah, nggak asyik lagi! Semenjak lo pacaran sama Sekretaris Sableng kelas lo itu, lo jarang ngumpul! Lo bahkan nggak pernah muncul di groupchat! Pacaran sama cewek cupu kayak Ninda, bikin lo malah dijauhi temen-temen lo!"

"Rik, udah Rik, tahan emosi lo," tegur Zaki, menyadari ini di sekolah.

Cengkraman Dikta di kerah Riki melonggar. Cowok itu menatap satu persatu temannya yang menatap dengan ... ah sulit diartikan. Tapi, apa yang dikatakan Riki memang benar.

Jadi, haruskah ia melepaskan Ninda jika gadis itu tidak mau mengerti?

Sejauh ini, Ninda memang terkadang tidak mengijinkan Dikta ikut kumpul bersama teman-temannya. Menurutnya, apa yang dikatakan Ninda itu benar. Ia tidak bisa nongkron bolos di gedung depan sekolah ketika UNBK akan tiba. Tapi, ia tidak sadar hal itu membuatnya menjauh dari teman-temannya.

Dikta berjalan meninggalkan teman-temannya dengan frustasi. Ia perlu menjauh sejenak, menjernihkan pikiran. Akhirnya, taman belakang sekolah menjadi pilihannya.

"Dikta? Elo ngapain di sini?"

***

Sekretaris VS Berandal [Completed]Where stories live. Discover now