Bagian 18

1.9K 114 1
                                    

Mereka akhirnya pulang setelah jam dinding menunjukan pukul empat sore. Ninda sedang menunggu dengan sengsara di sini, sebab Abi malah sibuk pacaran dengan Diandra. Sementara, Devani tadi diantar oleh Yoga. Sialnya, cuma Dikta yang masih di sana.

"Gue anter lo balik deh, ya? Kasian ntar, yang nyulik elo," tawar Dikta.

"Kok kasian yang nyulik?" tanya Ninda.

"Ya kasian, ntar kena karate elo lagi," jawab Dikta terkekeh. Ninda cemberut.

"Pulang aja sana, gue bisa balik sendiri."

"Oh, ya udah. Gue duluan," ucap Dikta sambil melajukan motornya.

Ninda menggerutu. "Apaan, gue kira dia beneran mau nganter gue pulang. Tau-taunya pencitraan doang,"

"Diandra, gue pulang ya!" pamit Ninda, tapi sepertinya Diandra tidak mendengarnya sebab asik mengobrol dengan Abi.

Ninda mendengus, lalu meninggalkan gerbang rumah Diandra. Dia menyusuri jalan trotoar. Tak dia ketahui, seseorang membekapnya dari belakang menggunakan sapu tangan.

Ninda memberontak, berusaha memukul-mukul orang tersebut, namun orang itu berhasil membawanya ke motor. Dengan gerakan cepat, orang itu mendudukkan Ninda di motor dan melingkarkan tangan Ninda di pinggangnya, lalu mengikatnya. Ninda hanya pasrah sambil terus berusaha membuka sumpalan sapu tangan di mulutnya.

Ninda memperhatikan jalan, berusaha mengingat-ingat jalan yang sudah dilaluinya. Tetapi, jalan ini begitu familiar baginya.

Tak disadari, orang itu membawa Ninda ke rumah. Sampai di depan, dia melepaskan ikatan tangan Ninda dan membuka sumpalan sapu tangan. Langsung saja Ninda mengomel dan mengoceh tanpa henti.

"Lotuhsiapasihhahmainnyuliknyulikguekaloguepingsannantigimanalomautanggungjawabguepingsanmasihuntungguehidup!" cerocos Ninda sampai suaranya tidak terdengar jelas.

Orang itu membuka helmnya dan Ninda langsung tau siapa pelakunya. Orang termenyebalkan yang pernah ada.

DIKTA ASWARMAN!

"HEH DIKTA LO UDAH GILA YA?! LO KALO DENDAM SAMA GUE NGGAK GINI JUGA CARANYA! LO TUH YA!!" teriak Ninda geram. Dia bahkan sudah memukul lengan Dikta kuat.

"Buset dah ah! Gue mau mastiin elo aman doang!"

"Iya lo liat gue aman! Lo kira gue nggak takut apa tiba-tiba nyekep gue dari belakang, gue kira gue diculik tau nggak?! Hiih!!" amuk Ninda.

"Yaolo Ninda, kalo gue pake cara alus juga lo nggak bakalan mau ikut gue, kan? Lagian lo udah untung gue kasi tumpangan sampe rumah." ucap Dikta.

"Lo tuh kalo nggak niat nolongin mending nggak usah deh! Jantungan gue deket-deket sama elo!"

"Jantungan karena lo suka sama gue, yaaa?" goda Dikta.

"Apaan sih lo!" ucap Ninda sangar. Padahal, dia sudah salah tingkah.

"Yaelah, gitu doang marah. Ntar lama-lama gue jadi samsak elo lagi, kalo gue jadi pacar lo," gumam Dikta.

"Lo bilang apa tadi?" tanya Ninda. Dikta menggeleng, lalu mengacak puncak kepala Ninda.

"Nggak apa-apa. Sono masuk rumah, kemaleman, gue culik beneran ntar elo," kata Dikta.

Ninda mendengus, lalu menghentikan langkahnya sejenak.

Eh?

Tadi,

Dikta,

Mengacak-acak rambutnya?

Dan mengatakan,

Hal yang perhatian?

Dikta kesambet apaan sih?

"Masuk! Ntar gue peluk juga lo dari belakang!"

Nah ini baru nyata.

Ninda tak sadar senyum sendiri.

Sekretaris VS Berandal [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang