Bagian 2

2.8K 150 0
                                    

"Ha? Lo nggak ngerti Dikta?"

"Ck. Bukan." Ninda menggeleng. "Itu dia ngajak kelas lain ke kelas."

Chiara membelalak dan menoleh ke Dikta yang kini sedang duduk di pojokkan dengan Sintya. Sintya kelihatan tersipu sedangkan Dikta sepertinya sedang menggoda Sintya.

"Geli njing," ucap Chiara jijik. "Untung aja Riko bukan tipe kayak gitu,"

Meta ikut menoleh dan bergidik. "Hooh, iya bener. Jijik gue liatnya."

"Met, Tio pernah kayak gitu?" tanya Ninda. Meta menganga dan menggeleng cepat.

"Kagaklah! Berani aja dia gitu, dia bakal kena tendangan gue!" ucap Meta.

"Chi, samperin gih, dia! Suruh, tuh, jangan nodai 9A dengan acara pacar-pacaran gini. Jijik tau!" tambah Meta.

"Auk. Gue udah nyerah nyuruh dia jangan pacaran di kelas. Lo aja gih, Nin. Lo kan temen duduknya." kata Chiara.

Ninda mendelik. "Kok gue, sih?! Kan lo wakil!!"

"Bodo amat gue wakil. Yang jelas gue angkat tangan kalo sama Dikta."

Ninda mendengus lalu pergi menemui Dikta yang sedang pacaran sama Sintya.

"Dik, suruh pacar lo keluar." suruh Ninda.

Tapi apa?

Tidak ada respon dari mereka berdua. Bahkan mereka masih sempat-sempatnya bermesraan ketika itu.

Ninda memutar bola matanya. "Heh! Denger nggak sih?!"

Kali ini Sintya mendongak. "Apaan sih lo?! Ganggu orang aja!"

"Ini kelas bukan tempat ngedate," ucap Ninda sinis.

"Kenapa? Lo jealous?" tanya Sintya. Ninda melotot.

"Ha? Gue? Jealous?"

"Enggak. Itu Mang Ujang yang jealous!" kata Sintya geram. Sekretaris pacarnya ini sungguh goblok.

Ninda malah tertawa. "Buat apa gue jealous sama orang yang pacarannya menjijikan trus gak tau tempat?"

Sintya mendelik, merasa tersinggung. Ia berdiri dan menatap Ninda tajam. "Lo kalo ngomong kira-kira dong!"

Ninda berdecih. "Cabe."

"Apa lo bilang?!"

"Gue bilang lo cabe! Puas?!" gertak Ninda.

Sintya menggeram dan memegang kerah baju Ninda dengan kedua tangannya. "Lo nggak usah sok belagu! Lo tuh bukan apa-apa! Udah item, jelek, gak tau diri!"

Ninda merasa terhina. "HEH LONTE! LO TUH YANG HARUSNYA NGACA! MIRROR!"

"Keluar lo dari kelas gue!" bentak Ninda serius, menyeret paksa tangan Sintya keluar dari kelas.

Dikta hanya terdiam menyaksikan itu. Tak menyangka sekretarisnya akan sesadis dan segalak tadi. Salahnya membawa Sintya ke kelas over taat.

Dikta tak bisa berbuat apapun ketika Sintya dan Ninda kini saling bentak di depan kelas.

"Heh, apa wewenang lo, hah?! Lo bukan ketua kelas! Lo bukan wali kelas! Bukan hak lo ngatur gue!" bentak Sintya.

"Gue dapet ilham dari wakil ketua kelas gue! Lo mau apa hah?!" gertak Ninda.

"Tapi lo nggak berhak nganggu orang pacaran! Lo tuh bukan guru!" balas Sintya.

"Emangnya sekolah ngebolehin pacaran di kelas saat jam pelajaran?! Gak ada peraturan kayak gitu! Lo tuh anak sekolaham harusnya menaati peraturan!"

Sintya mengepalkan tangannya, meraih kerah baju Ninda dan menariknya kendekat.

Ninda tak tinggal diam, ia balas meraih kerah baju Sintya, sehingga mereka kini saling memegang kerah, menggeram saling membentak dan mengumpat. Sintya meraih rambut Ninda dan menjambaknya.

Di depan kelas 9A kini ramai, menyaksikan pertengkaran tersebut. Sampai seorang datang dan membungkam keduanya.

"KENAPA KALIAN BERTENGKAR DISINI?!"

Sekretaris VS Berandal [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang