Bagian 26

1.8K 79 0
                                    

"Hah? Apa.. apa?" Ninda gelagapan. Dia hanya menangkap kata Ninda dan Wikan berpasangan.

"Lo kalo salting jangan jadi budek juga," celetuk Budi. Ninda megap-megap.

"Salting apaan, ck." kata Ninda kesal.

"Udahlah, Bud. Lo emang nggak bisa diem ya," kata Chiara. Ninda berterimakasih padanya lewat tatapan mata.

"Gue salah mulu, Chi." gerutu Budi. "Tadi gue diem disenggol Yana suruh ngomong. Giliran gue ngomong lo protes. Trus gue harus gimana biar bener?"

"Kayaknya lo nafas aja salah," kata Mirah. Indira tertawa ngakak.

Pak Vedo menggelengkan kepalanya melihat anak-anak didiknya. Gendeng.

"Sudah, ah. Kasian Ninda kebingungan." kata Pak Vedo. "Gini Ninda, kalian disini diikutkan tari yoga. Nah, kalau sudah ikut tari yoga, kalian boleh ikut satu pertunjukkan kelompok mandiri pas pagelaran seni kelas sembilan. Kita, menunjuk kamu sama Wikan jadi Dewa Siwa dan Dewi Pharvati. Menarinya berpasangan. Kalian yang utama. Sisanya, akan menari menjadi bakta/pengikut Siwa."

"Hah?? Sa.. saya nggak mau, Pak. Kenapa nggak Chiara atau nggak... mmm.. Indira?"

"Iya Pak, saya aja." kata Chiara.

"Chiara kan pakai kacamata. Lagian kalo gue, gue kan lebih tinggi dari Wikan. Masa Wikan pake heels?" ucap Indira, yang mengundang tawa satu ruangan.

Kecuali Ninda dan Chiara.

"Udahlah, Nin. Lo sama gue berpasangan. Kan chemistry banget," kata Wikan.

Chemistry pale lu, batin Ninda.

Akhirnya Ninda mengangguk saja. "Iya deh."

"Nah! Begitu dong! Ayo, kita mulai latihan!"

"Pakk! Kita belum bawa baju!!" protes Yana.

"Oh, iya, lupa."

Yah, kadang-kadang memiliki guru pelupa itu, sedikit menyebalkan.

***

Ninda merebahkan tubuhnya ke kasur. Dia merasa tubuhnya agak demam, tapi dia tak menghiraukannya. Ninda mengambil ponselnya yang tadi dia banting begitu saja di samping bantal.

Ninda mengenyit saat notifikasi chat-nya berjumlah tiga ratusan.

"Siapa sih, yang nge-chat sampe tiga ratus." gumamnya. Segera Ninda membuka aplikasinya dan memasukkan kode pengaman.

Ninda terbelalak ketika melihat chattingan grup kelas dan grup yoganya yang menyebabkan banyaknya notifikasi. Semuanya sepertinya sedang membahas Ninda, karena Ninda ditag oleh mereka.

Ninda membuka room chat 9'Abnormal.

9'Abnormal

Yoga : Bsk ada lat drama musikalisasi puisi jam pulsek

Nanda :  Emg ad yg nmnya jam pulsek? Setau w si, adanya jam 7,jam 8, dst.

Chiaraa : ^anak setan

Nanda : ^anak tuyul

Meta : Bacot kao anjir.

Diandra : 2

Indra :  W

Indra : W

Ditya : w cang w

Yoga : siapa aj yg dtg lat bsk?

Dikta : gw dtg klo Ninda jg dtg. @NindaAm

Tifa : Hubnya lo sm Ninda ap?

Yoga: pangeran dan putri

Chiara : pangeran sange dan putri sange

Yoga : wah, chiara sudh tercemar

Nanda : wah, chiara sudh tercemar(2)

Dikta : anjay -,-

Chiara : Apa? Gw asl omong sumph. Sange emg apaan? Gw kira sange itu monyet🐵

Ditya : syukurlah Chia blm tercemar.

Meta : bs pokus tdk?

Nanda : tidak.

Abiandra : apaan ni rame2??

Meta : yg sibuk ngurus pacar mah bebas^

Yoga : Lo yg kgk fokus tai @Meta

Yoga : bsk fix lat jam pulsek.

Ninda membanting hpnya ke kasur. Membaca grup tersebut tak ada faedahnya.

Yah, kecuali saat membaca pesan Dikta. Seperti biasa, Ninda ingin sekali memarahi jantungnya agar bekerja normal.

Atau, tidak akan pernah bisa kalau dia tiba-tiba membaca pesan :

Wikan nanda : Nin, lo udah makan? Gw ajak keluar mw?

***

Sekretaris VS Berandal [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang