Bagian 20

1.7K 103 5
                                    

Tifa menganga tak percaya dengan jawaban Dikta. Wajahnya merah, dan dia hendak keluar membanting pintu ketika Bu Gipta dan Pak Arian, diikuti perangkat kelas 9D di belakang mereka, masuk ke kelas. Tifa meneguk ludah dan menunduk, berjalab kembali ke bangkunya dengan hati kesal.

Riko berjalan ke depan kelas, lalu berdiri di samping Yoga. Di sampingnya ada Chiara dan wakilnya, Adit. Perangkat kelas lain seperti sekretaris dan bendahara berada dekat pintu.

"Pagi Anak-Anak," sapa Bu Gipta dan Pak Arian.

"Pagi, Bu, Pak,"

"Jadi hari ini, kita akan mengadakan classmeeting tentang kolaborasi kedua kelas, 9A dan 9D. Riko mengatakan, kedua kelas sepakat membuat drama musikalisasi dan puisi, benar?"

"Iya Bu," jawab Riko.

"Ceritakan bagaimana alur drama kalian itu," perintah Pak Arian.

"Chiara, ayo ceritain," bisik Riko. Chiara mengangguk.

Dia mulai menceritakannya.

Pak Arian dan Bu Gipta mengangguk-angguk. "Chiara yang bikin naskahnya, puisinya, dan bacain musikalisasi puisnya?"

Chiara mengangguk.

"Trus kita tunjuk tokohnya, sekarang," perintah Bu Gipta. "Tokoh utamanya cewek dan cowok?"

"Iya, Bu. Ceweknya udah ada, dan harus bisa nari salsa. Cowoknya juga minimal bisa dansa," kata Riko menjelaskan.

"Ninda yang jadi tokoh utamanya, Pak, Bu."

"Maaf, Bu! Saya interupsi!" seru Tifa. "Saya tidak setuju Ninda bisa tari salsa,"

"Maksudnya?" tanya Bu Gipta.

"Pokoknya jangan Ninda, Bu! Dia nggak bisa nari!" timpal Melly.

"Saya bisa kok, Bu." kata Ninda. "Ram, lo mau nyoba nari salsa sama gue, nggak?"

Rama membelalak, lalu dengan ragu menoleh pada Pak Arian. "Pak, errr, saya bisa nari salsa, tapi....saya nggak bisa akting," kata Arian kalem. Ninda tergelak.

"Nggak perlu jadi tokoh utama kalo lo emang nggak mau. Temenin gue nari salsa aja, sekarang. Biar buktiin kalo gue bisa nari salsa," kata Ninda. Arian mengangguk.

Riko, Yoga, dan Chiara buru-buru menyingkir dari depan kelas, lalu menuju perangkat kelas lainnya. Yoga mencari laptopnya yang selalu dia simpan di pojokkan kelas. Lagipula, siapa sih, yang mau mencuri laptopnya?

Yoga segera mendownload salah satu musik tari salsa yang berdurasi pendek, sekitar tiga menit. Begitu musik mengalun, Rama dan Ninda mulai menari.

Tarian kombinasi antara Rama dan Ninda cukup menarik. Rama mengangkat tangan Ninda ke atas dan memutar gadis tersebut selama tiga kali putaran. Ninda mengikuti tiap tarian Rama dengan lihai, tubuhnya berlenggak-lenggok menampilkan lekukan tubuhnya.

Musik berhenti mengalun. Suara tepuk tangan meriuhkan kelas, bahkan Bu Gipta dan Pak Arian bertepuk tangan.

Ninda membungkuk hormat, lalu kembali ke dekat pintu tempat perangkat kelas berada. Rama mengikutinya.

"Saya juga mau, Bu! Saya juga mau nyoba!" Seru Tifa.

"Oke, kita coba Tifa, ya. Siapa mau jadi pasangannya Tifa?"

Semuanya diam saja. Rama misuh-misuh tidak mau.

"Erm, jadi...?" tanya Bu Gipta.

"Saya aja deh, Bu." usul Yoga. "Saya nggak bisa nari salsa, tapi yaaa, nari daerah bisa lah,"

Pak Arian dan Bu Gipta mengangguk.

Chiara menyetel kembali musiknya; dan tarian itu seketika hancur ketika Yoga selalu saja menginjak kaki Tifa.

Ketika musik berakhir, Yoga harusnya menopang Tifa yang menengadah merebahkan tubuhnya. Tapi karena Tifa berat dan tergesa-gesa, alhasil mereka berdua terjatuh di depan kelas.

"HAHAHAHA!!!" sontak satu kelas tertawa.

Tifa dengan wajah memerah karena marah dan malu, kembali ke bangkunya dengan sorakan dari teman-temannya.

Bu Gipta geleng-geleng kepala. "Ya sudah. Kalau begitu, pasti Ninda pemeran utama ceweknya."

Pak Arian tersenyum. "Rama, kamu mau nggak jadi tokoh utama cowok?"

Rama menggeleng cepat. "Please, Pak! Saya nggak mau!"

Chiara bersuara. "Semua orang yang ikut setidaknya harus bisa walzt dan salsa. Karena itu poin penilaian kita nanti. Akhir-akhir drama, kelas 9A dan 9D, berpasangan cewek-cowok menari salsa atau dansa."

Bu Gipta mengangguk-angguk. "Itu bisa diatur nanti. Jadi, bagaimana ini tokoh utama cowok?"

Riko menghela nafas. "Di 9D nggak ada yang bisa nari, apalagi akting,"

Bu Gipta melihat ke arah kelasnya. "Bagaimana 9A?"

Tak disangka-sangka, seseorang mengacungkan tangan.

"Saya mau, Bu."

***

Sekretaris VS Berandal [Completed]Where stories live. Discover now