Bagian 32

1.3K 79 0
                                    

"Gue nggak pernah nerima lo jadi pacar gue, Wikan," kata Ninda mengernyitkan dahinya. Wikan malah tertawa.

"Kenapa? Lo mau duain gue di depan Dikta? Mau mengatakan seolah lo masih jomblo?" tanya Wikan. "Nggak usah sok cantik lo!"

"What?!" Ninda menatap Wikan tidak percaya. "Lo bilang apa hah?! Setelah tadi lo nembak gue dan..."

"Jadi bener, lo ditembak sama Wikan?" tanya Dikta dingin. Ninda menoleh pada Dikta.

"Berarti bener, gue suka sama cewek yang salah." Dikta menatap mata Ninda tajam. "Gue salah udah sakitin Sintya demi cewek kayak lo!"

Dikta melenggang pergi, diikuti Yoga dan Riko. Riko menarik tangan Chiara, tapi pacarnya itu diam di tempat, menatap Ninda tidak percaya.

"Ternyata, lo beneran milih dia, ya, Nin. Dan parahnya, lo ngasi harapan palsu ke Dikta dengan jadi pasangan tari salsa," ucap Chiara. Kemudian dia berbalik, meninggalkan Ninda sendirian. Meta dan Diandra juga berbalik, meninggalkan Ninda sendirian.

"Lo lihat?" ucap Tifa sinis. "Lo nggak pantes buat Dikta. Sono, sama Wikan!" Tifa mendorong bahu Ninda hingga terjatuh.

"Siapa yang mau sama cewek kayak dia?" tanya Wikan sadis. Kemudian dia mendengus dan meninggalkan Ninda yang terisak-isak.

Di sisi lain, bersembunyi di balik pintu aula, seseorang menatap Ninda dengan iba.

***

Besoknya, anak-anak kelas 9A memandang Ninda sinis, seolah tidak pernah mengijinkan Ninda masuk ke kelas tapi mereka harus. Ninda sendiri berjalan menunduk, menyadari kalau hari ini dia akan terasingkan.

Hari ini, Ninda duduk di pojokkan kelas, seakan memang tempat itu sudah dipersiapkan untuk mengasingkan Ninda dari kelas. Saat istirahat pun, Ninda duduk sendirian. Kerjaannya hari ini hanyalah membaca novel, sambil berjalan-jalan kaku.

"Eh, ada penikung dateng," sindir Tifa ketika Ninda keluar kelas. "Cewek ganjen kan nggak punya temen, ya nggak Chi?"

Chiara terdiam sejenak, sebelum menarik nafas dan menjawab. "Cih, mana ada yang mau temenan sama penikung dan cewek ganjen,"

"Ya kali, ngegaet dua cowok sekaligus,"

Ninda mengepalkan tangannya dan menarik kerah baju Chiara. "Mulut lo jaga, Chi!"

"Loh? Kenapa? Bener kan, yang Chiara bilang? Lo emang penikung!"

"PHO!" tambah Chiara. "Juga PHP."

"Gue nggak kayak gitu!" Ninda menjambak rambut Tifa. "Jangan racuni temen gue!"

"Dia bukan temen lo lagi!" teriak Tifa sambil menjambak rambut Ninda.

Alhasil; mereka berdua jambak-jambakan di depan kelas 9A. Tidak ada yang berani melerai, sampai Bu Gipta datang.

"Hei hei! Ini kenapa jambak-jambakan! Ninda! Tifa! Ikut ke kantor guru!"

***

"Siapa yang memulai duluan?"

"Ninda, Bu! Dia menjambak rambut saya!

"Gue nggak bakal jambak kalo lo nggak cari gara-gara sama gue!"

Ninda mulai nyolot dan Tifa juga sama. Bu Suli mengetukkan penggaris kayunya ke meja.

"Sudah Diam!!"

Keduanya diam. Chiara juga diam, tak berani bersuara.

"Kalian tidak bisa bicara?" tuding Bu Suli. "Chiara, kamu saksi mata. Siapa yang mulai duluan?"

Ninda memandang Chiara, harap-harap Chiara mengatakan hal yang sebenarnya. Kalau memang Tifa yang memulai duluan dengan memancing emosinya.

Chiara menghela nafas sebelum mengatakan, "Ninda Bu, yang mulai jambak Tifa,"

***

Sekretaris VS Berandal [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang