Bagian 31

1.3K 77 0
                                    

Ninda jingkrak-jingkrak kesenangan ketika dirinya berhasil keluar dari ruang latihan. Senyumnya makin lebar.

"Emang ya, kalau sabar nunggu mantan minta balikan dan tetep jaga hati bakalan kayak gini senengnya," ucapnya sambil cengir-cengir.

"Untung deh, Chiara nyuruh gue milih pangeran yoga, bukan berandal."

Ninda duduk-duduk di kursi taman yang terletak di samping gedung aula.

Brak!

"Gue nggak pernah nyangka, kalo lo bisa suka sama cewek ganjen kayak dia!"

"Nyadar diri, lo! Lo lebih ganjen, Setan!"

"Lo nggak usah ikut campur! Ini urusan gue sama Dikta!"

"Masalah lo sama Ninda apa sih, hah?! Ninda cuma mainan sama mantannya! Nggak ada lagi!"

"Tapi dia juga deketin Dikta, kan?! Kalo cewek ngedeketin dua cowok sekaligus, apalagi salah satu cowoknya udah punya pacar, selain ganjen apa namanya?!"

Ninda mendengar seruan-seruan ramai itu. Menyangkut pautkan namanya. Dari suara-suaranya, Ninda yakin itu dari teman-temannya dan juga Sintya dan Tifa.

Ninda segera beranjak dari bangkunya, senyum di wajahnya mendadak pudar. Dia berjalan menuju tangga, yang akan menghubungkannya dengan aula di lantai dua.

Dan benar saja, saat ini Chiara dan yang lain sedang adu mulut. Bahkan Yoga dan Riko mingkem, tidak bisa berkata apa-apa, dan malah duduk lesehan di pojok ruangan.

"STOP!"

Begitu Ninda berteriak, suasananya mendadak senyap. Chiara menoleh pada Ninda dengan mata merah, menahan kesal. Meta dan Diandra ngos-ngosan, Dikta tampak menghela nafas lelah. Ninda berjalan masuk ke aula.

"Gue tadi denger ada yang nyebut-nyebut nama gue." ucap Ninda. "Siapa?"

"GUE! GUE YANG NYEBUT NAMA LO, CEWEK GANJEN!" bentak Sintya. "LO TUH EMANG CABE, YA! LO DEKETIN DUA COWOK, DAN HANCURIN HUBUNGAN GUE SAMA DIKTA, IYA?!"

Ninda tersentak, tidak biasa dibentak seperti ini. "Maksud lo apa?!"

"Nggak usah sok nggak tau!" sinis Tifa. "Dikta suka sama elo, lo pake pelet kan?! Dan sekarang, Wikan pun lo deketin?!"

"PARAH LO EMANG!"

"Nin, bilang ke mereka kalo yang lo lakuin itu nggak bener! Lo nggak seganjen yang mereka kira!" seru Chiara.

"GUE NGGAK GANJENN!" bentak Ninda frustasi. "BUKAN SALAH GUE KALO DIKTA SUKA SAMA GUE!"

"TAPI LO SALAH KARENA TETEP DEKETIN WIKAN SAAT LO TAU KALO DIKTA SUKA SAMA LO!" bentak Sintya. Kemudian dia melirih. "Lo nggak tau, gimana sakit hatinya gue pas Dikta lebih milih lo daripada gue,"

"Gue nggak deketin Wikan! Dia yang deketin gue!" tegas Ninda. "Kalian nggak punya bukti apapun yang menunjukan kalo gue juga deketin Wikan!"

"Kenapa statusnya Wikan di LINE jadi Ninda💗?" todong Tifa. "Perlu bukti lagi kalo lo adalah pacarnya Wikan?"

"Tapi itu cuma status!" sergah Ninda. "Lagian kenapa bahas Wikan, sih?!"

"Nggak usah mengalihkan pembicaraan!" sentak Sintya.

"Nih!" Tifa menyodorkan ponselnya ke arah Ninda. "Baca! Wikan ngaku sendiri kalo lo adalah pacarnya! Dan dia juga screenshoot chat lo sama dia, yang mengatakan kalo lo adalah pacarnya Wikan!"

Ninda membelalak membaca chat itu.

Disana, terpampang chatnya dengan Wikan, yang di dominasi oleh Ninda. Ninda di sana seolah-olah menggoda Wikan.

"Gue... gue nggak pernah ngirim chat ini!"

"Trus siapa yang ngirim? Lo emang ngirim chat itu, kan?"

Semua anak menoleh pada asal suara.

Wikan tersenyum miring.

***

Sekretaris VS Berandal [Completed]Where stories live. Discover now