Bagian 12

1.9K 106 17
                                    

Ninda berjalan menuju gedung belakang dengan rasa geram. Siapa yang berani bilang dia pengecut? Dia tuh yang pengecut! Ngapain nelpon orang sambil mengancam seperti itu? Nggak punya nyali buat nyampaiin langsung?

Seseorang menari kerah baju Ninda dari belakang ketika dia sampai di gudang belakang. Awalnya, dia kira telepon itu hanya dari orang iseng yang sedang prankcall. Ternyata, mereka bukan sekedar orang iseng yang nggak punya kerjaan.

Tapi sekumpulan cewek yang nggak punya etika.

Sintya memandang Ninda benci yang dibalas gadis itu dengan tatapan yang sama. "Lo tau, mungkin lo bukan pengecut."

"Tuh lo tau." kata Ninda percaya diri.

"Tapi Pelacur, yang jauh lebih busuk dari pengecut!"

Ninda berusaha menahan amarahnya yang langsung naik ke ubun-ubun mendengar kata itu ditujukan padanya.

"Apa? Nggak bisa jawab? Bener, kan?" Sintya tertawa sinis. "Gue udah nyangka sih, dari awal. Soalnya, yah, model-model nggak laku kayak lo ini kan, sengaja tuh jual tubuh, biar cari perhatian."

"LO BANGSAT!" sentak Ninda menjambak rambut Sintya. Sintya balik menjambak rambut Ninda, mendekatkan wajah gadis itu pada wajahnya.

"Denger ya, Ninda Armita Devasya. Lo. Itu. Pelakor. Dan. Pelacur." Kemudian dia menghentakkan kepala Ninda ke dinding.

Tari dan Syifa langsung mencekal kedua tangan Ninda di dinding hingga gadis itu tidak bisa bergerak, sedangkan Tifa dan Dina --salah satu geng Sintya --menahan kedua kaki Nindya dengan tali.

Sintya tersenyum jahat, lalu menampar pipi Ninda keras, berulang kali di kiri-kanan. Dengan sadisnya dia menjambak rambut Ninda hingga beberapa helaian rambutnya lepas.

Sintya mengeluarkan gunting dan memain-mainkan gunting itu di depan Ninda. "Rambut lo bakal gue potong."

"Lo nggak boleh!" sentak Ninda. Dia berusaha melepaskan genggaman tangan Syifa dan Tara, tapi tampaknya dia terlalu lelah untuk memberontak. Hu-uh baru tadi dia dibully seperti ini.

Sintya manggut-manggut. "Iya jangan. Terlalu mainstream." Dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya. "Gue tau, rambut di tangan dan kaki lo cukup lebat. Jadi... kalo gue selotipin trus gue cabut lagi, apa sakit? Coba yuk guys?"

Tari, Syifa, Tifa, dan Dina mengangguk mantap.

Sintya menggunting selotip dan menempelkannya di tangan Ninda, lalu mencabutnya cepat sehingga rambut-rambut di tangannya tercabut.

Ninda meringis menahan sakit. Dia harus memberontak sekarang!

Ninda menghentakkan tangan dan kakinya dengan kuat hingga pencekalnya jatuh. Ninda tidak bisa diam saja, setelah dia dikatakan ini-itu yang tidak benar dan sebagainya.

Ninda maju dengan tatapan kebencian. Dia menampar tangan Sintya yang memegang gunting dan selotip sampai kedua benda itu jatuh, kemudian menampar wajah Sintya keras.

"Lo kalo ngomong, ngaca." Ninda mencengkram kedua pipi Sintya. "Ngaca! Lo jauhhh lebih CABE, dan MURAHAN! Atas dasar apa lo bilang gue Pelacur?! Yang gue tau, lo-lah yang pelacur!"

"Apa?! Lo berani nuduh gue?!"

"Lo juga berani nuduh gue!" Ninda menampar Sintya sekali lagi. "Dan apa yang ucapkan harus ada bukti atau gue tuntut lo dengan tuduhan pencemaran nama baik!"

"Lo sering ngomong-ngomong nggak bener dan mesum, Nin! Lo nyadar nggak?! Lo kira gue nggak tau? Lo sering bicara bokep, dan gue yakin lo pasti pernah ngelakuin kan? Iya, kan?!"

Ninda terdiam.

"Apa? Bener, kan?!" Sintya terbahak. "Lo itu emang PELACUR!"

Ninda mengepalkan tangannya. Dia tidak pernah melakukan ini pada perempuan, tapi untuk anak kurang ajar satu ini, dia akan membuat perkecualian.

Ninda menghantamkan bogeman mentah paling kuat pada wajah Sintya. []

Sekretaris VS Berandal [Completed]Where stories live. Discover now