Bagian 30

1.3K 72 5
                                    

"Kok dia gak mau ikut, sih?!" seru Dikta kesal. "Kalau dia nggak ikut, gue juga nggak ikut!"

"Loh, kenapa?" tanya Sintya. Dikta lupa kalau Sintya ada di ruangan yang sama sepertinya. "Kalau Ninda nggak mau ikut, ya udah, sama gue aja! Ngapain maksa?"

"Nggak."

"Kenapa nggak?" tanya Sintya.

"Karena elo nggak bisa nari salsa. Nanti kaki gue lo injek."

"Gue bisa tari salsa!" Sintya berkeuhkeuh.

"Kalaupun lo bisa, gue nggak bakal mau nari sama lo!"

Sintya terperangah. "WHAT?! KENAPA?!"

"KARENA GUE SUKA SAMA NINDA, BUKAN SAMA ELO!"

Plak!

Sintya menampar Dikta. "Lo bilang apa, hah?! Lo sinting?!"

"Gue nggak sinting." kata Dikta sambil menatap tajam mata Sintya. "Gue bego karena pernah suka sama cewek berhati busuk kayak elo."

Tangan Sintya bergerak hendak menampar Dikta, namun cowok itu menahan pergelangan tangan Sintya. "Lo kira, gue nggak tahu apa yang lo perbuat?"

Sintya menatap Dikta heran. "Gue nggak ada berbuat apapun."

"Oh ya?" Dikta tertawa sinis. "Lihat aja nanti."

***

Tifa sangat geram melihat pertengkaran antara Sintya yang baru saja datang entah darimana dengan Dikta. Mereka sudah pacaran dua tahun lamanya, dan kalau mereka putus, itu pasti gara-gara sekretaris bacot, Ninda.

Tifa menarik tangan Sintya keluar dari ruang latihan drama dan menyentakkan tangan gadis itu kasar. "Lo kenapa?!"

"Gue?" tanya Sintya. "Gue nggak kenapa-napa! Dikta yang kenapa-napa! Dia mau-maunya suka sama cewek yang mata keranjang!"

"Maksud lo?"

"Ninda. Dia punya mantan, Wikan namanya. Tadi, gue lihat mereka di ruang latihan yoga. Mereka berduaan, saling pelukan, ketawa-ketawa. Sedangkan Dikta? Ninda juga ganjen banget ke Dikta. Kenapa cowok lebih suka cewek ganjen kayak dia sihhh?!"

"Hah masa?!" pekik Tifa tidak percaya.

Sintya mengangguk. "Gue punya vidio dan fotonya.

Sintya mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah vidio pada Tifa.

"Lo mesti nunjukin video ini ke anak-anak kelas," ucap Tifa. "Terutama Dikta. Gue yakin, Dikta bakal nyesel karena udah nyampakkin lo demi cewek ganjen kayak dia!"

Sintya tampak mempertimbangkan usulan Tifa, lalu tanpa kata berbalik menuju aula. Tifa tersenyum miring, rencananya pasti berhasil.

***

Ninda dan Wikan sedang tertawa-tawa di ruang latihan yoga.

"Stop, Wik, gue capek, plis,"

Ninda dan Wikan kini tidur-tiduran di atas matras gulung yang mereka gelar di lantai ruang latihan.

"Gue kangen deh, dulu latihan bareng lo disini," ucap Ninda. Kemudian dia tersentak, mengapa dia mengatakan itu.

"Gue juga sih." jawab Wikan enteng. Kemudian tanpa dosa memegang tangan Ninda.

Eh, jantung lu bisa diem kagak, jangan loncat-loncat kayak gitu?

"Ninda..." panggil Wikan.

"Kalo... kamu jadi pacar aku lagi... mau nggak?"

Ninda tersentak, refleks menatap Wikan yang juga sedang menatapnya.

"Emm.... gimana ya..." ucap Ninda ragu. Dia bangkit duduk, membuat Wikan jadi ikut duduk juga.

"Gue.. pikir-pikir lagi, deh." putus Ninda sambil berlari meninggalkan Wikan yang tersenyum miring.

Wikan mengeluarkan hpnya dan mengirim pesan pada seseorang.

Misi satu berhasil.

Dan kemudian segera dapat balasan dari seberang.

Misi dua berhasil juga. Lanjut misi tiga.

***

Sekretaris VS Berandal [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang