Bagian 5

2.5K 142 0
                                    

Ninda, Chiara, Yoga, Meta, dan Diandra buru-buru keluar dari kelas, tak menghiraukan kelas 9A yang kini berteriak-teriak memanggil nama mereka. Tak ada waktu lagi, kalau terlambat, Sintya mungkin sudah digoda oleh pria-pria di gedung tersebut.

Yoga memimpin jalan terlebih dahulu. Ia mengarahkan teman-temannya ke pos satpam untuk melapor. Serta, mengajak satpam untuk ikut mencari Sintya. Sintya tak hanya bolos bersama Dikta hari ini, tapi ini menyangkut harga diri Sintya. Dua kali surat peringatan, dia akan diskors satu bulan.

Kumpulan itu menyebrangi jalan, menuju ke gedung bercat hijau di depan sekolah mereka. Gedung itu sebenarnya digunakan untuk partai politik, namun entah kenapa jadi tempat nongkrong cowok-cowok brengsek dari SMA maupun SMP.

Chiara berjalan panik berusaha menahan umpatan yang ingin keluar dari mulutnya. Chuara memang paling panik kalau dia tahu ada anak cewek yang dikerubungi cowok-cowok. Apalagi, salah satu cowok itu teman sekelasnya.

"Chi, lo buruan deh, panggil Pak Satpam!" seru Yoga panik karena tidak menemukan Satpam berjaga.

"Gak keburu!" kata Ninda. "Kita kesana aja langsung!"

"Cepetan! Keburu Bu Gipta liat!" ucap Meta panik.

Mereka buru-buru menyebrang jalan menuju gedung itu. Keempat cewek itu gemetar, gugup dan takut karena baru pertama kali menginjakkan kaki di gedung terlarang ini.

Yoga menarik tangan Chiara untuk berdiri di sampingnya. Chiara berdecih, tahu kalau ketua kelasnya juga takut. "Cemen juga lo,"

"Diem aja. Lo tuh paling gak bisa ngendaliin emosi. Ntar lo ngomong pedes sama preman SMA sebelah kan gak lucu,"

Chiara mendengus. Meta, Diandra, Ninda sama sepertinya, gemetar takut. Tapi mereka harus menyelamatkan Dikta dan Sintya.

Hu-uh, kenapa harus mereka berdua yang kena jebakan?!

Yoga mengendap-endap di depan pintu masuk gedung itu. Segera terdengar suara barang jatuh di lantai. Sepertinya pot bunga, disusul dengan suara pekikan Sintya.

"Sumpah Chi, gue takut." ucap Yoga jujur.

Chiara meneguk salivanya. Dia menarik nafas, ini saatnya membuktikan karatenya! Dengan mantap dia mendorong pintu dengan kuat dan menghampiri tiga orang cowok yang mengepung Dikta dan Sintya.

Chiara menarik kerah baju kakak kelas SMA itu, kemudian melayangkan pukulan di wajah kakak itu.

Yoga, Meta, Diandra, dan Ninda tersentak kaget. Chiara? Cewek pintar itu? Bisa karate sampai kakak kelasnya tersungkur dalam sekali pukulan?

Sintya menjerit ketakutan, Dikta merangkulnya. Dua orang kakak kelas cowok itu mulai pulih dari keterkejutannya.

"Heh, ternyata geng SMP kalian punya satu cewek cupu kacamataan yang sok jagoan, ya?" sinis salah satunya. Dari nama di pojok seragamnya, Chiara membaca namanya. Roberto Alvin.

Chiara terkekeh sinis. Balik memandang kakak kelas itu dengan menantang. "Kalo gue cewek, lo mau apa?!"

"Apa ya enaknya? Gue bawa lo ke kasur boleh?"

Chiara tersenyum. "Mimpi Kak," Dan satu tendangan di kaki menjatuhkan kakak itu.

"Buset, Chi!" seru Ninda. "Lo bisa karate juga?! Mantap, mantap!"

Ninda menendang satu lagi kakak kelas yang hendak mencekal tangannya dan mungkin mengikatnya bersama Meta dan Diandra.

Kakak kelas itu mulai bangun, memandang Ninda dengan tatapan membunuh. Dikta melepaskan rangkulannya pada Sintya, mengetahui anak SMA ini akan mengeroyok sekretarisnya.

Ninda tidak takut. Dia tersenyum miring. Dengan gesit dia menunduk saat pukulan melayang ke wajahnya. Sayangnya, dia terlalu lama menunduk, tak dia ketahui, kakak yang dia pukul pertama tadi mencekal kedua tangannya dari belakang, menghentakkan gadis itu ke dinding.

Ninda meringis, sementara ketiga temannya menatapnya tanpa daya. Yoga masih terpaku di tempat, begitu pula dengan Dikta saat Robert mendekatkan wajahnya ke wajah Ninda.

"Lo cewek unik. Daripada lo gue pukul, mendingan lo gue cium."

Ninda meneguk ludahnya susah payah. Dia tidak bisa memberontak dalam keadaan seperti ini. Dia menutup matanya, pasrah akan apa yang terjadi.

Tiba-tiba Robert jatuh tersungkur ke kiri, dan Ninda berbinar senang mengetahui sahabatnya Chiara menendang betis Robert. "Sintya!"

Sintya mengerjap pelan, lalu bangkit dan berlari ke belakang Chiara. Ketika hendak keluar, Sintya dicegat oleh orang lain lagi.

"Lo tawanan kita, Sintya Kharisa. Sekarang, lo mau kemana?" []

***

Sekretaris VS Berandal [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang