Bagian 33

1.5K 73 2
                                    

"Loh,Chi?! Dia yang mulai duluan Chi! Bukan gue!" bantah Ninda.

Tifa memandang Ninda sinis. "Lo udah saksi bicara, masih aja ngotot,"

Ninda berbalik menatap Bu Suli. "Bu, sumpah demi apapun, bukan saya yang mulai!"

"Cukup Ninda! Sudah! Jelas-jelas kamu yang bersalah! Sekarang, kamu bersihkan ruangan kelas 9A sampai 9D! Cepat!"

"Tapi, Bu--"

"Tidak ada bantahan! Cepat!" seru Bu Suli. Ninda menghela nafas pasrah, lalu berjalan keluar.

***

Ninda mengepel ruangan kelas 9C dengan lesu. Dia memikirkan perkataan Chiara tadi.

Ini kah yang dinamakan Friendshit?

"See? Pembantu sedang mengepel guys," ucap seseorang di ambang pintu kelas. Ninda menoleh dan mendapati Tifa dan Sintya dengan menyender di tembok.

"Kalo kalian mau cari gara-gara, mending nggak usah. Kerjaan gue banyak gara-gara penghasut kayak kalian," kata Ninda.

"Owhh, dia nyindir," ucap Tifa. Kemudian menendang ember pengepelan yang terletak di dekat pintu hingga airnya tumpah. "Makan tuh!"

Ninda membanting pengepelan di tangannya, dengan cepat menampar Tifa. Namun sebelum tangan itu berhasil menyentuh pipi Tifa, yang ditampar sudah menyela. "Lo kalo mau tambah hukuman, silahkan, tampar gue!"

Ninda mengepalkan tangannya yang melayang di udara, menahan emosi yang sudah naik ke ubun-ubun. "Lo menghasut temen gue!"

"Siapa? Chiara?" Tifa berdecih. "Lo yang bikin sahabat lo kayak gitu, Pelakor!"

"Gue bukan pelakor!" bantah Ninda.

"Setelah apa yang lo lakuin ke gue? Lo bilang lo bukan pelakor?! Sampai Dikta tega ngebentak gue, cuma demi cewek ganjen kayak elo!" bentak Sintya. "Dan baguslah, dia udah sadar kalo lo adalah ular!"

"Lo yang ular!" Emosi Ninda sudah tidak terkendali. Gadis itu meraih kerah kemeja Sintya, persis seperti seorang cewek tomboi. "Gue benci sama lo!"

"Gue lebih benci!" teriak Sintya, lalu ikut meraih kerah kemeja Ninda. "Lo hancurin hubungan gue sama Dikta, Setan!"

"Iblis! Lo nggak cocok jadi sekretaris!" tambah Tifa. "Dari dulu, gue nggak pernah setuju kalau lo yang jadi sekretaris! Harusnya gue! Tulisan gue jauh lebih rapi ketimbang lo!"

"Apa lo bilang hah?!" NInda maju, dengan satu tangan tetap di kerah kemeja Sintya. "Lo mau gue tampar di sini?! Lo nantangin, hah?! Sini lo, Brengsek!"

Plak!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Tifa pada akhirnya. Tifa menjambak rambut Ninda, dan tak lama ketiga cewek itu sudah terlibat saling jambak. Tifa dan Sintya menyudutkan Ninda ke pojokkan, membuat NInda terdesak.

Tifa menampar Ninda, membuat kepala gadis itu tergolek ke kanan. "Sok berani lo?! Inget ya, lo lagi dalam masa hukuman!"

Sintya menjambak rambut Ninda. "Tif, mendingan kita acak-acakin aja nih kelas! Biar aja, dia kesakitan dan pegel-pegel!"

"Gue setuju!" Tifa dan Sintya mulai mengacak-acak ruang kelas. Ninda hanya bisa pasrah, merasa akan pingsan saat ini juga.

"Jangan... please," lirih Ninda. Sintya tersenyum miring.

"Sekalipun lo berlutut di depan gue, gue nggak bakalan mau maafin lo!"

"Kenapa kalian lakuin ini sama gue, hah?!" seru NInda.

"KARENA GUE BENCI SAMA LO, NINDA!" bentak Tifa. "Gue, yang mempermalukan lo di depan temen-temen. Gue, yang udah bikin fakechat antara lo dan Wikan. Dan gue sama Wikan yang bersekongkol untuk itu semua!"

Tifa hendak menendang kaki Ninda agar gadis itu terjatuh, namun sebuah suara menginterupsi mereka.

"SINTYA! TIFA! BERHENTI!" teriak seseorang dari ambang pintu dengan kamera teracung. "Atau lo berdua mau, video ini gue sebar ke grup angkatan?!"

***

Sekretaris VS Berandal [Completed]Where stories live. Discover now