Bagian 13

1.9K 107 2
                                    

Sintya menahan ringisan di bibirnya yang mulai berdarah. Tidak menyangka Ninda akan menggunakan cara sekasar laki-laki padanya.

"Lo gila?!" seru Syifa. Dia mendatangi Sintya dan membantu gadis itu berdiri.

"Bilangin sama mulut lonte satu ini." Ninda menunjuk Sintya dengan telunjuknya. "Kalau mau ngatain orang, ngaca dulu. Trus, dont judge book by its cover."

Ninda melenggang pergi meninggalkan gedung belakang sekolah, menyisakan Sintya yang menangis tersedu-sedu sambil meringis kesakitan.

Sintya tidak akan melabrak Ninda dengan alasan 'pelakor' dirinya dan Dikta lagi. Justru karena Ninda benar, Sintya-lah yang kalah.

Sintya benar-benar benci pada gadis bernama Ninda Armita Devasya!

Dan besok, lihat saja bagaimana dia akan membalas.

***

Ninda berpapasan dengan teman-temannya yang berlari ke gedung belakang sekolah.

"Nindaa!!" seru Chiara. Dia serta-merta memeluk Ninda dan memastikan gadis itu tidak kenapa-napa.

"Halo," ucap Ninda dengan suara parau. Dia masih memikirkan perkataan Sintya tentang dirinya yang pelakor.

Apa itu benar?

Bagaimana pun, masalah ini terjadi karena dia yang duduk dengan Dikta. Semua berawal dari sana. Kemudian, Ninda yakin hubungan antara Dikta dan Sintya merenggang, hingga anak itu menuduh Ninda yang bukan-bukan.

Ninda menatap Chiara, dan Meta juga Diandra dan Devani di belakangnya, memelas. "Chiara,"

Meta dan Diandra turut datang, juga Devani.

"Kenapa?"

"Please, pindahin gue dari Dikta. Nggak mau duduk sama dia lagi," Kemudian dia terisak dan menangis.

Meta merangkul bahu Ninda. "Udah-udah. Iya udah ya, nanti dipindahin sama Chiara. Ya?"

Chiara mengangguk ragu. "Iya, semoga dikasih sama Bu Gipta."

Devani menghela nafas berat. "Maaf, Nin."

"Nggak apa-apa, Dev. Bukan salah lo," ucap Ninda.

"Kalau gitu, ayolah, kita makan dulu. Devani, mau ikut ke rumah gue, nggak?" Tanya Diandra.

Devani nampak ragu, tapi mengangguk. "Ayolah kalo gitu."

***

Mereka bertiga menuju salah satu rumah makan menggunakan taksi online. Sampai di sana, Chiara hendak membuka pintu taksi online, begitu pula Meta, Diandra, dan Ninda, saat Devani mengatakan. "Eh, belum bayar.."

Chiara menepuk jidatnya lalu nyengir kuda pada sopir dan Devani. "Oh, iya, hehehe."

Setelah membayar taksi online, mereka masuk ke rumah makan tersebut dan memesan makanan.

"Um.. ngomong-ngomong," kata Devani. "Kalian mau ngapain ke rumah Diandra?"

"Mau kerja kelompok." ucap Meta setelah tersenyum pada pelayan yang mengantarkan minumannya. "Tugas dari Pak dobel yu dobel plus n,"

Devani tampak bingung dengan nama guru itu. "Siapa?"

Empat gadis dihadapannya tertawa.

"Itu Pak Wawan. Si Yoga cs ngasi nama!"

"Oh, Yoga." ucap Devani sambil senyum malu.

Chiara menangkap gerak-gerik Devani yang mencurigakan. "Hmm.. ada yang suka sama Yoga nggak, eh?"

"Ih, Chiara apaan, sih." ucap Devani salah tingkah.

Diandra menyadari itu pertama kali. "Ciah ciahhh, yang suka sama Ketua Kelas, nih!!"

"Iya!" seru Meta. "Nah, abis Dikta sama Ninda yang namanya Sekretaris vs Berandal, yang nggak sukses sama sekali, yang emang tujuannya nggak sukses, yang--"

"Udah-udah." potong Ninda cepat. "Nggak usah bicarain dia."

Ninda mengucapkannya dengan nada ketus.

"Loh, kenapa?"

"Ya males aja." ucap Ninda. "Dia yang bikin gue kelabrak Sintya. Kalo bukan karena gue duduk sama dia, trus dia cemburu lah apasih gak jelas banget cemburu sama gue!" ucap Ninda emosi.

Dan keempat gadis lainnya mengangguk mengerti, atau tepatnya pura-pura mengerti agar cepat karena makanannya udah dateng jadi mereka makan dulu. []

***

Sekretaris VS Berandal [Completed]Where stories live. Discover now