Bagian 17

1.9K 110 5
                                    

"Apa lo PJ PJ? Nggak ada PJ!" ucap Ninda ketus. "Udah anjir, nggak ada yang mutu. Gue balik nih?"

"Balik aja sana nggak peduli gue," tukas Abi.

"Ya udah gue balik," ucap Ninda sambil mengambil tasnya.

"Eh-eh, bentar dong, Nin! Diem dulu, masa baru dateng udah pulang aja? Ntar lo dikira nggak kerpok lagi," kata Diandra. Ninda mendesah, Diandra ada benarnya.

"Ya udah."

Ninda kembali duduk dan mendengarkan ocehan unfaedah dari teman-temannya.

"Jadi, Yog, gue mau performance gabungan Twin Collaboration kelas gue sama kelas elo," kata Riko. Yoga mengangguk. "Setuju."

"Trus, kan pagelarannya tiga hari, dan tiap Twin Collaboration mempertunjukan satu pertunjukan. Sekarang, pertunjukan kita apa?" tanya Chiara.

"Drama musikalisasi dan puisi," cetus Devani tanpa sadar. Tak disangka, semua langsung setuju.

"Iya! Bener! Drama musikalisasi, sekaligus musikalisasi puisi!" seru Chiara kegirangan. "Gue bikinin puisinya!"

"Sekalian lo yang baca," kata Riko. Chiara mengangguk.

"Drama apaan, nih?" tanya Ninda.

"Dramanya bikin sendiri atau drama adaptasi?" tanya Diandra. "Drama anak-anak renang aja!"

Meta menabok kepala Diandra. "Halah, bilang aja biar lo sama Abi jadi tokoh utama!"

Diandra cengengesan.

"Jelek, ah. Kostumnya pasti rada kebuka, trus bikin latarnya susah," protes Ninda.

"Ummm, apa bikin drama tari aja kali ya? Tari salsa gitu, kan bagus," usul Meta.

"Balet sekalian susah amat. Kan ada filmnya, Barbie and Swan Lake!" ucap Chiara sambil berdiri dan berputar-putar seperti odette.

"Chia, duduk Chia." ucap Riko. Pasalnya, gadisnya itu masih memakai rok sekolah.

"Nggak, kita bikin yang beda." kata Tio. "Kalau di Barbie dia pake tari balet, kita ganti sekarang jadi salsa. Tapi berpasangan. Tokoh utamanya cewek dan cowok."

"Gue tau!" kata Dikta. Ninda menutup telinganya, sebab tadi itu cukup nyaring. "Chiara, lo kepengen banget kan, ada yang parodiin cerita lo?"

Chiara mengangguk antusias.

Dikta menjentikkan jarinya. "Nah itu! Chiara harus bikin ceritanya dulu, nanti kita parodiin bareng-bareng! Lagian, ada dua puluh orang perkelas, dan itu cukup banget karena kita empat puluh sekarang!"

"Nanti di pentasnya, isi kata-kata : Sebuah adaptasi dari novel karya Chiarani Amirita. Fuyuu! Keren!" ucap Chiara. "Gue setuju!"

"Jadi, Chiara bertugas menulis teks novel, dialog, dan puisinya, trus bacain puisinya." kata Yoga. "Sekarang kita tentuin dulu alurnya. Intinya, ceritanya itu harus ada pesta-pesta dansanya gitu. Gue main gitar, asal jangan nari aja."

"Gue nggak bisa apapun, gue jadi figuran aja," kata Devani. Riko melototinya.

"Lo pinter nyanyi, nge-dance, nggak usah ngelak."

"Berarti Devani nyanyi nanti." ujar Riko lagi. "Bener kan Tio?"

Tio mengangguk.

"Trus, gue sama Diandra ngapain?" tanya Abi.

"Intinya, nanti semua anak-anak 9A dan 9D harus berpasangan. Sama kelas lain, jadi enggak notok 9A sama 9A. Harus berbaur, kecuali memang tokoh utamanya satu kelas."

"Tokoh utamanya siapa?" tanya Ninda.

"Dikta sama Sintya gimana? Biar Dikta nilainya bisa naik, jadi tokoh utama kan susah tuh," ujar Abi mengusulkan.

"Gue nggak mau! Ntar tau-taunya disuruh nari? Kagak! Ogah!" kata Dikta.

"Lah kan emang drama tari," gumam Ninda. "Sintya emangnya bisa nari?"

"Nggak," Riko terlihat menahan tawa, begitu pula Abi dan Tio.

"Dia tuh pernah ya, disuruh nari apa gitu pas kelas satu, eh dia malah diem ngangak ngunguk nggak hapal gerak. Ya tangannya aja dah tuh, yang gerak-gerak nggak jelas kiri-kanan." kata Tio.

"Iya, gue inget waktu itu gue ketawa paling keras!" kata Abi.

"Intinya, milih Sintya jadi yang nari itu pilihan nggak bener. Dan dijamin hancur." kata Riko.

"Kalau gitu, gue aja gimana?" usul Ninda.

"Lo bisa nari? Apalagi ini nari salsa, loh," kata Yoga.

"Lo nggak tau, Yog, lentur banget mah, Ninda. Dia kan anak yoga pas kelas delapan." Ucap Chiara.

Akhirnya, semua setuju menjadikan Ninda tokoh utama. Dan seseorang menjadi menyesal telah berbohong. []

Sekretaris VS Berandal [Completed]Where stories live. Discover now