Part 20

20.4K 1.1K 3
                                    

Salam membaca dari author😉.

Sudah beberapa hari ini Hao Zi jarang keluar dari kamar ia hanya melamun dan terus melamun ini terjadi Setelah ia kembali dari kediaman raja beberapa hari yang lalu dimana ia mendapat sedikit hinaan dan tamparan.

Bahkan raja sudah beberapa kali mengunjunginya namun ia menolak untuk bertemu, Hao Zi masih tidak ingin bertemu siapa pun.

Mei memasuki kamar Hao Zi dan yang dia lihat hanya Hao Zi yang sedang malamun.

"Yang mulia" panggil Mei berusaha menyadarkan Hao Zi namun tidak ada balasan.

"Yang mulia ratu" panggilnya lagi namun masih tidak ada sahutan.

"Yang mulia!" teriak Mei yang akhirnya menyadarkan Hao Zi dari lamunannya.

"Ah...maaf Mei aku tidak mendengarmu ada apa?" ucap Hao Zi lirih.

"Barusan yang mulia raja datang lagi"

"Lalu apa yang kau katakan" tanya Hao Zi dengan cepat.

"Saya mengatakan kalau anda sedang tertidur jadi beliau memutuskan pergi dan barniat akan datang lagi nanti"

"Syukurlah, terima kasih Mei kau memang yang terbaik dan ku harap kau bisa menghadapinya nantu" ucap Hao Zi dengan legah.

"Yang mulia sebenarnya ada apa dengan anda?" Mei bertanya dengan Nada resah dan gelisah.

Hao Zi terdiam untuk beberapa hingga akhirnya mengeluarkan suara.
"Mei apa aku ratu yang buruk?" Mei tampak kebingungan dengan pertanyaan Hao Zi.

"Saya tidak mengerti dengan maksud anda berkata buruk tapi bagi saya anda adalah ratu yang paling sempurna pintar, berani sampai-sampai turun tangan sendiri dalam masalah masyarakat anda juga sangat cantik buruk apanya" papar Mei namun tidak mengubah suasana apa pun pada Hao Zi.

Percakapan itu terhenti saat ibu suri agung masuk dan menampakkan diri dihadapan Mei dan Hao Zi.

Hao Zi dan Mei beranjak memberi hormat melihat kedatangan ibunda raja itu.

"Apa aku mengganggu kalian?"

"Tentu saja tidak yang mulia" balas Hao Zi terlihat senang.

"Bisakah kita berbicara hanya berdua saja ratu!" Pintah ibu suri agung kepada Hao Zi, Mei menatap Hao Zi dengan penuh tanya dan sedikit anggukan dari Hao Zi membuat Mei mulai beranjak meninggalkan Hao Zi dan ibu suri agung.

Ibu suri agung maju menghampiri Hao Zi yang sedang terduduk di atas tempat tidurnya dan tentu saja Hao Zi tidak keberatan.

Ibu suri agun menatap lekat menantunya itu mengelus pelan rambut dan pipinya.

"Kau tau Hao Zi aku juga sepertimu dipaksa menikah dengan raja" kalimat ibu suri langsung membuat Hao Zi mengkerutkan keningnya tanda kebingungan.

"Aku terpaksa menikah dengan raja karena ayahku dan mendiang kakek raja menginginkan pernikahan kami jadi aku tidak mampu melawan" Hao Zi tampak menyimak apa yang dikatakan ibu suri agung.

"Lalu apa yang anda lakukan" tanya Hao Zi yang makin penasaran dengan cerita ibu suri agung.

"Tidak ada aku menerima semuanya dan melakukan walaupun aku tidak menyukainya, karena aku berpikir tidak akan ada gunanya jika aku menolak, menikah, melayani raja, membantu raja, bahkan sampai melahirkan putra raja aku melakukan  semua itu"

"Karena aku tidak menunggu sampai diriku menginginkannya tapi aku melakukannya karena kewajibanku Hao Zi dan pada akhirnya aku mencintainya sebagai seorang raja dan juga seorang suami" Hao Zi merasa bagai ruang gelap terkena cahaya mendengar penuturan dari ibu suri agung, Hao Zi mulai membanamkan wajahnya memeluk Ibu suri dengan perasaan senang.

###___

Setelah mendapat masukan dari ibu suri Hao Zi mulai bersedia keluar rumah jujur ia sedikit tersiksa terus berada di kamarnya namun karena keadaan ia harus melakukannya.

Niat Hao Zi ingin berkunjung ke balai kesehatan mengingat ia sudah cukup lama tidak pernah mengunjungi tempat kesukaannya itu.

Namun bukannya bertemu dengan tabib malah bertemu dengan perdana mentri Chao yang tak lain adalah ayahnya sendiri.

Hao Zi dan mentri Chao menunduk bersamaan mentri Chao menunduk hormat karena kedudukan sedangkan Hao Zi karena beliau adalah ayahnya.

"Bisa kita bicara yang mulia" suara tegas dan berat yang amat dirindukan Hao Zi akhirnya keluar dari mulut mentri Chao.

Mereka berdua kini tengah berada di gazebo dekat kolam teratai masih dalam keadaan saling diam membisu.

"Bagaimana keadaan anda yang mulia?" Akhirnya kalimat tanya mentri Chao memecah keheningan.

"Aku baik-baik saja!" Lirih Hao Zi tidak menunduk entah mengapa ia merasa malu untuk menatap ayahnya.

Mentri Chao menghela nafas "Hao Zi maaf kan ayahmu yang bodoh ini, ayah mohon jangan membenciku" mentri Chao sudah mulai menitikan air mata menatap Hao Zi.

Hao Zi tersadar akan hal itu mendongak menatap ayahnya yang tampak sangat rapuh, Hao maju menghampiri ayahnya menggenggam tangannya.

"Ayah aku tidak pernah membencimu" Hao Zi tidak mampu membendung air matanya dipeluknya mentri Chao dengan erat inilah yang paling ditunggu Hao Zi dimana ayahnya memeluknya dengan kasih sayang.

###___

Hao Zi tidak bisa tidur membayankan apa yang terjadi dengannya dengan ayahnya bahkan ia sering bertanya apakah ini mimpi.

Sampai perhatiannya pada teralihkan pada sebuah suara, Hao Zi berwaspada suara itu berasal dari balik kamarnya Hao Zi adalah wanita dengan segala kemungkinan.

Diambilnya belati kecil yang selalu ia letakkan dibawah bantalnya, mendekati suara tersebut, suara itu berasal dari balik sebuah lukisan besar semakin dekat dan semakin dekat.

"Aaahhhhh" teriak Hao Zi saat lukisan itu bergeser tangan pun sudah mengayunkan belatinya namun terhenti melihat apa yang dibalik lukisan itu.

Sebuah jalan rahasia dimana sedang berdiri raja Hwang dengan tangannya  dibalik punggung.

"Kenapa anda bisa keluar dari sana atau jangan-jangan kau hantu? bicaralah!" Teriak Hao Zi takut-takut, raja hanya tersenyum geli melihat tingkah Hao Zi.

Raja berjalan tampa memperhatikan wajah Hao Zi yang masih terlihat pucat pasih karena masih ketakutan.

Raja mendudukkan diri dipinggir tempat milik Hao Zi diikuti oleh Hao Zi.

"Baiklah anda bukan hantu jadi mengapa anda bisa datang ke sini dan yang paling mengejutkan kenapa bisa ada ruang rahasia di kamarku"

"Dasar bodoh apa kau tidak tau setiap istana pasti punya jalan rahasia itu untuk memudahkan pelarian saat terjadi peperangan dan juga untuk melindungi raja apalagi kamar ini dulunya adalah kamarku"

"Ahh jadi begitu jadi kenapa anda kemari, kenapa harus malam, dan kenapa harus melalui jalan rahasia itu ?"

"Kenapa kebiasaanmu bertanya tidak pernah berubah Hao Zi" tanya raja dengan kesan mengejek membuat Hao Zi mencibirkan mulutnya kesal, raja hanya tertawa geli melihat tingkah Hao Zi.

*******
Sekedar info yah readers buat part selanjutnya lanjutan dari percakapan part ini.

Terima Kasih😘.

My Perfect Empress Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang