Part 24

20K 1K 0
                                    

Aku si author yang rada-rada gila ini datang lagi untuk memyapa para reader's dengan cerita yang gaje semoga suka yahhh.

Salam membaca dari author😉.

Biasanya raja hanya berkunjung saat malam kini hampir setiap saat ia mengunjungi Hao Zi, saat pagi setelah pertemuan rutin, saat makan siang dan saat malam hari sampai pagi lagi.

"Apa anda tidak bosan berkunjung terus yang mulia" Hao Zi gusar karena sikap raja yang semakin mengatur setelah ia hamil.

"Tidak, aku akan terus berkunjung setiap saat sampai anak kita lahir kemudian sampai kita tua" Hao Zi hanya memutar mata muak mendengar pemaparan raja.

Namun mereka tidak tau bila seseorang sedang memperhatikannya dengan amarah yang memuncak, dia Selir Paw istri yang tidak pernah dianggap ada oleh raja.

Sudah berbagai cara Selir Paw lakukan untuk membuat raja tergoda bahkan harus bertingkah seperti wanita penggoda tapi hasilnya nihil.

Selir Paw berjalan dengan kesal dalam hatinya terus menghujani Hao Zi dengan makian, Selir Paw menyeringai licik berniat menemui seseorang.

"Aku mempunyai pekerjaan untukmu" perintah Selir Paw kepada seorang pria.

###___

Mentri Chao yaitu ayah dari Hao Zi berjalan hendak menuju ke Kediaman Hao Zi hatinya merasa senang mendengar kabar bahwa anaknya hamil, anaknya tengah mengandung penerus dari kerajaan ini.

Senyum terpancar di bibirnya saat melihat Hao Zi yang tengah berjalan-jalan dengan para pelayannya sambik bercanda riang.

Hao Zi tersenyum saat mendapati ayahnya tengah berjalan ke arahnya, Hao menunduk hormat saat pria yang sudah tua dan mulai beruban itu sudah berada dihadapannya.

"Bagaimana keadaan anda?" sapa pertama mentri Chao.

"Aku baik-baik saja a...ayah" kata Hao Zi gagap saat mengucapkan kata ayah, mentri Chao tersenyum mendengar Hao Zi ia memang menyuruh Hao Zi memanggilnya ayah namun hal itu baru bagi Hao Zi jadi ia belum terbiasa karena yang sering ia ucapkan hanya kata paman.

"Tidakkah menurutmu lebih baik berbincang saat duduk" Hao Zi tersadar bahwa sekarang ini mereka masih dalam posisi berdiri.

"Aku lupa sebaiknya kita duduk disana mari ayah" Mentri Chao tersenyum mendengar perkataan putrinya.

Banyak hal terbesit dalam pikirannya mengapa iya telah menyia-nyiakan putri yang amat hebat ini, ia sangat menyesal telah memperlakukan Hao Zi seperti seorang yang tidak di anggap sekarang iya akan berusaha memberikan kasih sayang seorang ayah kepada Hao Zi ia akan membuat Hao Zi merasakan kasih sayang yang tidak Hao Zi dapatkan dari dirinya dulu ia akan menebusnya.

"Ada apa ayah menemuiku"

"Apa salah bila seorang ayah menemui putrinya" ada sedikit rasa lega dalam hatinya bahwa ini bukanlah mimpi.

"Tidak, hanya saja ini tidak terencana ayah"

"Ini untukmu" ucap mentri Chao kemudian menyerahkan sebuah kotak yang lumayan besar.

"Apa ini"

"Hadiah ini untuk calon cucuku" Hao Zi menatap ayahnya tampa sadar air matanya keluar.

"Kau menangis lagi kenapa kau jadi cengeng Hao Zi"

"Tidak ayah, aku terlalu bahagia ini sangat berarti terima kasih"

"Maafkan ayahmu ini nak selama ini aku tidak pernah peduli padamu hanya karena kau seorang gadis"

"Kau tidak salah ayah selama ini aku tidak pernah menyalahkanmu ayah aku sangat menyanyangimu" seutas senyum terukir di wajah keduanya ini menandakan hubungan mereka yang semakin erat.

"Mulai sekarang kau akan memjadi seorang ibu jangan pernah mengeluh Hao Zi jagalah anakmu baik-baik mengerti" Hao Zi hanya mengangguk mantap mendengar pesan ayahnya.

###___

Hao Zi POV

Rasanya seperti mimpi membayangkan hubunganku yang semakin membaik dengan ayah kuharap ini tidak akan berakhir.

Sebuah kotak dengan tutup terbuka terletah dihadapanku isinya sebuah kain sutra yang amat indah bahkan ini adalah jenis sutra terbaik dan ayahku baru saja memberikannya padaku sebagai hadiah, untuk cucunya.

"Apa itu?" sebuah suara yang berasal dari belakang membuatku sedikit terkaget.

"Anda mengagetkanku yang mulia, ini kain sutra pemberian dari ayah untukku"

"Indah! sebenarnya ini untuk mu atau untuk cucunya?"

"Ah anda merusak suasana hatiku dan lagi kenapa anda datang terlebih lewat jalan pintas itu membuat tidak nyaman yang mulia" gerutuku dan raja hanya terkekeh melihatku.

"Kau tau bukan hanya kau yang terganggu saat aku berkunjung bahkan ibuku saja memperingatiku katanya aku sangat menekanmu, dan aku rasa tidak"

"Bagi anda tidak tapi bagiku iya bahkan ibu suri pun tau" ketusku mencibirkan mulut sambil terus memperhatikan kain yang aku pegang.

"Bukan begitu aku hanya tidak mau terjadi apa dengan anakku, bagaimana pun ini adalah penerusku dan anak pertamaku jadi wajar kalau aku"

"Ya...ya saya mengerti yang mulia" potongku terkekeh membuat raja mencubit pipiku gemas.

"Jadi karena tidak mau dianggap terlalu menekanmu yah aku harus lewat jalan pintas. Oh yah, apa kau siap untuk perayaan nanti malam?"

"Tentu saja!" jawabku mantap.

Malam ini adalah malam perayaan untuk menyambut calon penerus kerajaan walau aku merasa ini terlalu cepat tapi raja tetap ingin melakukannya ia sangat antusias menanti bayi ini.

Raja mengecup lembut keningku kemudian berpindah ke perutku yang sudah mulai membuncit.

"Ayah pergi dulu yah nak jangan nakal jangan menyusahkan ibu tumbuh dengan cepat yah aku menyayagimu" ucap raja kemudian berlalu meninggalkan aku.

Raja menatapku sebelum beranjak dari tempatnya menuju ke sebuah lukisan besar, digesernya lukisan itu hingga memperlihatkan sebuah lorong raja masuk dan pintu lukisan itu kembali tertutup.

*******
Give me voment yah reader's yang baik hati dan tidak sombong author doain supaya yang jomloh cepat dapat jodoh aminn.

Terima Kasih😉.

My Perfect Empress Onde as histórias ganham vida. Descobre agora