Part 42

15.2K 767 3
                                    

Salam membaca dari author😉.

Malam telah menyelimuti langit, Hao Zi tengah berbaring di atas tempat tidur, matanya terpejam dan nafasnya beraturan.

Walau tertidur indra perasa sesorang tetap berasa, entah mengapa Hao Zi merasa sentuhan di wajahnya, Hao Zi mengeliat sampai matanya terbuka sempurna.

Hao Zi mengamati sekeliling tidak ada orang, itu hanya mimpi dan ilusinya semata, tapi rasanya begitu nyata.

Tangan Hao Zi meraba sisi tempat tidurnya yang dulunya selalu hangat karena tubuh raja, namun sekarang rasanya begitu dingin.

Perlahan air mata Hao Zi mulai lolos satu-persatu hingga akhirnya menjadi isakan yang membuat orang yang mendengarnya akan merasa miris.

Ternyata berpura-pura kuat itu sangat sulit, bahkan untuk orang yang berhati baja sekali pun, Hao Zi terus terisak melepaskan semua beban di hatinya.

###___

Pagi berganti malam dan malam kembali berganti pagi, itu yang terus terjadi setiap saat, semenjak kembalinya Hao Zi dari Perguruan Ying, raja tidak pernah menemui Hao Zi.

Sesekali Hao Zi berpikir untuk lari dari tempat ini, seandainya saja ia tidak mengingat para pangeran mungkin hal itu memang sudah terjadi atau bahkan mungkin lebih parah.

Seperti biasa Hao Zi hanya melamun dan sesekali berjalan-jalan untuk menenangkan pikirannya sama seperti yang ia lakukan sekarang ini.

Langkah Hao Zi terhenti, tatapannya lulus ke depan, tangannya mengepal kuat, seperti siap singa yang siap menerkam mangsanya.

Tatapan Hao Zi benar-benar bertemu dengan dengan mata orang itu, disinilah Hao Zi kembali bimbang ingin sekali ia berlari memeluk pria yang menatapnya datar itu.

Tapi sekali lagi pikirannya mengalahkan hatinya, ia tidak mau lagi dikuasai oleh hatinya, cukup lama saling tatapan itu terjadi sampai akhirnya Hao Zi yang terlebih dahulu memutuskan kontak mata antara mereka, secepat kilat Hao Zi membuang muka dan melanjutkan langkah kakinya yang sempat tertunda.

Tangan Hao Zi terus mengepal, ia terus menggerutu sambil mengucapkan kata-kata yang mampu menguatkan dirinya sendiri.

"Kau bisa Hao Zi pasti bisa!" Ucap Hao Zi mantap.

Hao Zi telah sampai di sebuah pondok dekat kediamannya, tidak berselang lama Mei muncul dengan membawa piring yang berisikan makanan ringan.

"Yang mulia sebaiknya anda makan ini, rasanya sangat enak"

"Benarkah, wahh ini sangat manis" senyum yang tadi muncul di wajah Hao Zi perlahan pudar berganti dengan air mata kepedihan, namun Hao Zi berusaha agar tidak terlihat begitu menyedihkan.

Mei menatap Hao Zi dengan kasihan, ada rasa sedih dan ingin menghibur di dalam hati Mei namun ia mengurungnya.

"Anda menangis yang mulia?" Tanya Mei menyelidik padahal sudah terlihat jelas.

"Tidak, hanya saja ini terlalu enak Mei" ucap Hao Zi berusaha tegar.

Mei menghembuskan nafas gusar "Anda buka pembohong yang pintar yang mulia!"

"Mei bisa aku memelukmu" tidak menunggu lama Mei mengangguk dan mendekatkan diri ke dalam dekapan Hao Zi.

Disini lagi Hao Zi kembali mengeluarkan air mata, isakan tangisan yang terdengar begitu pedih ia terlihat sangat lemah, seperti ada sebuah benda yang menusuk dan mengiris hatinya.

###___

Hari kembali berganti malam, Hao Zi tengah terduduk dengan sebuah buku di hadapannya, setidaknya buku mamapu membuatnya sedikit melupakan masalahnya.

Kegiatannga terhenti saat melihat Mei menghampirinya dengan tergesah-gesah, Hao Zi bangkit dari tempat duduknya menghampiri Mei yang masih berusaha menormalkan nafasnya.

"Yang mulia anda harus menghentikan nona Shao itu!" Mata Hao Zi terbelalak mendengar nama wanita itu di sebut.

"Kenapa dengannya?" Tanya Hao Zi yang mulai panik.

"Saya mendengar dia akan menemani raja tidur malam ini yang mulia" mata Hao Zi membulat sempurna, rasanya jantungnya sudah pecah, ia sudah tidak bisa menahan emosinya, mungkin Hao Zi bisa mebiarkan raja tidak memperdulikannya, tapi tidak jika dia harus meniduri wanita lain.

Dengan langkah cepat Hao Zi menuju ke kediaman raja, ia tidak perduli jika nantinya harus mendapat hukuman.

Dada Hao Zi naik turun mengambil nafas dengan rakus, tapi bukan itu yang menjadi masalahnya ia telah sampai di kediaman raja, namun yang ia dapati di sini sepi, tidak tanda-tanda kehadiran orang sama sekali.

Sampai perhatiannya terpusat pada sebuah taburan kelopak bunga yang memanjang, seperti menemukan sebuah jejak, dengan rasa penasaran Hao Zi melangkahkan kaki mengikuti ke mana arah kelopak bunga yang bertaburan itu.

Kelopak bunga itu menuntunnya ke taman Istana dan berhenti di tengah sebuah jembatan, Hao Zi menatap sekeliling, tidak ada orang bahkan tempat ini sangat sepi dan sedikit gelap.

Hao Zi sudah hendak meninggalkan tempat itu, namun langkahnya kembali terhenti saat mendengar alunan musik dan nyanyian yang begitu merdu, begitu menyejukkan hati.

Kembali Hao Zi meneliti sekeliling namun tidak ada apa-apa tempat ini terlalu gelap, tapi suara musik dan nyanyian itu sangat dekat dan ada di tempat ini.

Pandangan Hao Zi terus mencari sampai satu buah lampion menunjukkan sinarnya, memberi sedikit cahaya pada tempat gelap ini, awalnya hanya satu, kemudian dua, tiga, empat sampai seterusnya.

Lampaion itu memberi cahaya pada hingga Hao Zi yang masih bingung dengan semua ini akhirnya menemukan nona Shao di sebuah pondok dekat jembatan, dia yang sedang memainkan alat musik dan melantunkan sebuah nyanyian yang begitu merdu.

Tampa sadar Hao Zi menyinggungkan senyum di tengah kebingungannya, jadi nyanyian dan musik itu berasal darinya, ternyata suaranya memang merdu bukan suara yang sengaja dibuat merdu.

Merasakan kehadiran seseorang Hao Zi membalikkan badan, terdiam, itu yang Hao Zi lakukan saat matanya melihat keberadaan raja yang berjalan ke arahnya, raja yang mempersempit jarak antara mereka hingga hanya menyisahkan satu langkah saja.

Raja menatap Hao Zi dengan begitu behagia senyum menawan terpasang sempurna di wajah tampannya, sedangkan Hao Zi yang masih bingung terus menatap raja dengan tatapan sinis.

Tampa diduga oleh Hao Zi, raja maju selangkah lagi yang berarti jarak antara mereka sudah tidak ada, mata Hao Zi terpejam saat merasakan bibir raja yang mulai menyapu bibirnya.

Tangan Hao Zi mulai bergerak memeluk pinggang raja, namun terhenti saat pikirannya kembali menang, dengan cepat Hao Zi mendorong tubuh raja hingga berhasil membuatnya terlepas dari raja.

Raja terus tersenyum menampakkan giginya yang tersusun rapi "kau tau betapa aku merindukan bibirmu, matamu, hidungmu dan dirimu" tatapan Hao Zi tetap serius tidak adaq senyum dan lainnya.

"Bisa anda jelaskan yang mulia, Apa sebenarnya maksud ini semua" nada bicara Hao Zi mulai meninggi karena masih dalam keadaan emosi.

Kaki raja kembali melangkah mendekati Hao Zi dan kali ini raja memeluk Hao Zi begitu erat, seakan takut kehilangan dan begitu di rindukan.

********
Segini dulu yahh readers untuk part ini,,,

Terima Kasih😗.

lupa author mau memberitahukan kalau Part selanjutnya adalah Ending!!

Jadi terus nantikan

Terima Kasih lagi😘😘

My Perfect Empress Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora