Part 25

18.1K 1K 9
                                    

Tidak ada ucapan yang bisa aku katakan selain terima kasih buat para reader's yang udah menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini.

Salam membaca dari author😉.

Hao Zi POV

Suara musik dan kembang api dan tarian memenuhi setiap sudut istana menandakan malam perayaan tengah berlangsung.

Aku tengah duduk di samping kanan raja dan samping kiri raja terdapat Selir Paw yang kudapati dari tadi memandang raja namun raja tidak memperdulikannya ia hanya melihat ke depan dan sekali-kali berbalik ke arahku seraya tersenyum.

"Apa kau suka?" Tanya membuyarkan perhatianku dan memalingkan wajah.

"Emm suka tapi apa ini tidak berlebihan" raja menaikkan sebelah alisnya.

"Tentu tidak, aku akan melakukan apapun untuk membuat anakku dan juga istriku ini" ucap raja mencubit kecil kedua pipiku tampa sadar aku memegang tangannya, dapat ku lihat wajah kesal Selir Paw saat melihat perlakuan raja padaku ia mungkin bisa saja memukul meja saking kesalnya.

Sekaran giliran para pemain teater yang beraksi aku mengerutkan dahi saat melihat para pelakon itu, seperti aku mengetahui cerita ini.

"Tunggu siapa kau ini beraninya mencampuri urusan istana"

"Aku!! Hao Zi dan dengar aku tidak tau siapa kau mau kau seorang raja atau apapun itu kau tidak adil apa kau tau bagaimana perasaan mereka saat mereka tengah berusaha mati-matian untuk kehidupan mereka lalu dengan mudahnya kau ingin merampas milik mereka sedangkan raja sendiri tengah enak-enak duduk di istana dengan makanan yang melimpah tampa pernah memikirkan rakyatnya"

Suara orang-orang itu mengingatkan ku pada sesuatu "Yang mulia ini"

"Ya itu menceritakan tentang awal pertemuan kita di pasar kau ingat" potong raja seakan tau apa yang akan aku ucapkan.

"Kenapa tidak karena pertemuan ini aku harus berurusan dengan pria sepertimu, yang bahkan sampai rela menyerang tempat tinggalku" ketusku memincingkan mata menatap tajam raja.

"Tapi pada akhirnya kau tetap menyukaiku kan" raja mulai menggodaku dengan tatapan jahilnya aku langsung menyikut kecil perutnya yang diakhiri dengan ringisan kecil darinya.

Sampai suara teriakan terdengar dari panggung teater semua panik saat melihat sekelompok orang yang menggunakan topeng menyerang.

"Lindungi raja dan ratu" suara panglima Feng menggema di membuat beberapa prajurit datang dan menuntun kami.

"Yang mulia sebaiknya anda pergi dari sini" ucapan itu berasal dari ayahku ia menghampiri ku terlihat wajahnya sangat khawatir ia menghawatirkanku.

"Mantri bawah Hao Zi ke tempat aman tolong!" Ucap raja.

"Yang mulia anda mau kemana?"

"Aku akan ke sana kau jangan khawatirkan aku tapi khawatirkan bayimu mengerti! Aku pergi"

Raja membalikkan badan pergi aku hanya memandanginya sampai tubuhnya benar-benar hilang dari hadapanku.

Ayah menggiringku dan menuju ke tempat yang aman ditemani beberapa prajurit, langkah kami terhenti saat bebera komplotan itu menghadang jalan kami para prajurit maju menghadapi mereka.

Mereka kuat seakan sudah mendapat pelatihan khusus mereka bukan orang biasa, walaupun sedang hamil bukan berarti aku tidak turun tangan.

Sebuah anak panah melesat ke arahku tapi bukan hal itu yang membuatku terkaget tapi tubuh ayahku yang tiba-tiba berada di hadapanku alhasil anak panah itu mengenai tepat didadanya.

Seketika tubuhku membeku aku tidak dapat mengeluarkan suara hanya air mata yang turun melalui pipiku.

"Ayah...ayah bangun aku mohon tetaplah sadar aku akan mengobatimu"

"Hao Zi!" Panggilan raja membuatku menoleh.

"Yang mulia tolong ayahku" pintahku memohon dengan lirih.

"Yang mulia aku tidak bisa merasakan nadinya dileher ditangan bahkan aku tidak dapat merasakan nafasnya yang mulia" aku tidak tau bagaimana keadaanku sekarang aku benar-benar ingin gila takut, sedih, marah semua bercampur jadi satu.

Tabib datang langaung memeriksa tubuh ayahku sedangkan aku masih terus menangis disamping tubuhnya.

"Hao Zi tenanglah kau sedang hamil pikirkan bayimu" ucap raja berusaha menenangkanku, namun hal itu makin membuatku kesal.

"Bagaimana mungkin aku bisa tenang sedangkan ayahku sekarat" teriakku histeris, aku tidak peduli apa raja akan marah yang ku pedulikan adalah ayahku.

###___

Author POV

Hari mulai menjelang siang pemakaman mentri Chao akan segela dilaksanakan raja hanya menatap kasihan Hao Zi yang masih melamun dan beberapa detik kemudian mulai terisak.

Raja menghampiri Hao Zi berusaha menenangkannya bahkan ia tidak pernah makan.

"Hao Zi semua orang tengah menunggumu pemakaman akan dilakukan" Tidak sahutan dari Hao Zi hanya isakan dan isakan.

"Baiklah aku akan mengatakan pada mereka kalau kau tidak bisa datang" ucap raja mulai membalikkan badan namun tangannya di cekal ole Hao Zi.

Raja menarik Hao Zi kedalam pelukannya berusaha menyalurkan kekuatan untuk Hao Zi yang tampak rapuh.

"Kuatkan dirimu Hao Zi demi anakmu aku supaya pengorbanan ayahmu tidak sia-sia"

Hao Zi hanya mengangguk "hanya saja aku merasa ini tidak adil ini terlalu cepat yang mulia, aku baru saja mendapat kasih sayang darinya seteleh sekian lama dan Tuhan sudah mengambilnya, lebih baik aku tidak dibenci oleh ayahku tapi dia tetap hidup" ucap Hao Zi di tengah isakannya dan semakin membenamkan wajahnya di dada bidang sang kaisar.

"Sudahlah aku yakin ayahmu bahagia bisa melundungimu dan cucunya Hao Zi" ucap raja sedikit menghilangkan rasa sedih Hao Zi.

Dipadanh yang amat besar ini api sudah berkobar dengan sebuah peti ditengah-tengahnya disaksikan oleh keluarga dan orang kerajaan.

Bahkan paman Lieng Dan Tyan Ying berada disini untuk memberikan penghormatan terakhirnya untuk mentri Chao.

Sedangkan Hao Zi masih terus mengeluarkan air mata bahkan raja masih setia memeluk Hao Zi berusaha menenangkannya.

Semua menatap Hao Zi kasihan ibu suri dan ibu selir agung merasa miris melihat Hao Zi lain halnya dengan Selir Paw yang tampak biasa.

********

My Perfect Empress Where stories live. Discover now