Part 1

42.9K 1.9K 144
                                    

"Ella, cepat bangun! Ini udah siang! Kamu mau berangkat sekolah jam berapa, hah?!" bentak seorang wanita paruh baya, yang tak lain adalah mamaku.

Ya, begitulah kelakuannya tiap kali melihatku belum beranjak dari tempat tidur. Bahkan, jika aku belum juga membuka mata, mamaku sudah cekatan memegang ember berisi air. Huh! Kejam sekali, bukan?

"Hmm ... iya, Ma. Sebentar lagi," gumamku setengah sadar.

"Cepetan! Ini udah siang, kamu mau bolos?! Atau berhenti sekolah aja sekalian?!" Bentakan itu memenuhi isi telingaku.

Tak tinggal diam, sebuah tangan kini menghampiri daun telingaku dan memelintirnya. Aku yang kesakitan terpaksa membuka sepasang kelopak mata.

"Eh? Iya, Ma. Iya," ucapku mulai menuruti.

Terpaksa aku segera turun dari tempat tidur seraya melangkahkan kaki ke kamar mandi. Aku menguncinya dan membuka baju, lalu lanjut menyirami tubuh dengan shower.

"Huh! Mama kenapa, sih? Ini paginya tuh, masih sejuk parah. Enak banget buat narik selimut sambil nutup mata. Eh, taunya malah dipaksa bangun," dengusku kesal. Air shower perlahan menjamah seluruh tubuhku.

Setelah keluar dari kamar mandi, aku segera mencari seragam sekolah yang ada di lemari, lalu mematut diri di cermin sebelum akhirnya memutuskan turun ke bawah untuk sarapan bersama dengan keluargaku.

⭐⭐⭐

"Pagi semua!"

"Ella, lain kali biasain bangun pagi dong, Nak," tegur papa. Beliau meniup pelan asap kopi hitam yang mengepul sebelum menyeruputnya.

"Dia mah, Pa, udah diingetin berkali-kali tetep aja sama, emang dasar males!" cibir Kak Jessie. Iris matanya mengarah sinis kepadaku.

"Ya elah! Terserah gue, dong! Main ngatur-ngatur aja lo. Kasur noh, beresin! Jangan Bik Inah mulu yang disuruh bersihin, dasar anak manja." Aku menyahuti perkataannya sembari membaluri selembar roti tawar dengan selai cokelat.

Sepertinya emosi Kak Jessie terpancing. Ah, masa bodo! Lagi pula siapa suruh ia membuatku kesal di pagi hari?

"Apa lo bilang?!"

"Anak manja!" ulangku santai. Sengaja menekan pada kata manja.

"Ella!!!" Kak Jessie spontan memegang cangkir berisi susu cokelat, seakan bersiap untuk mengotori seragam sekolahku.

"Lah, lo ngapa? Marah? Gak suka? Ya, udah, kalo lo gak suka, gak usah ngatain orang, dong. Heh! Emangnya gue digituin sama lo gak marah apa? Ya ampun! Gak ngaca lo yak? Aduh ... nanti pulang sekolah gue beliin kaca deh," sindirku. Aku tak mau ribet-ribet bermain fisik dengan Kak Jessie, cukup menanggapinya dengan beradu mulut.

"Udah-udah, kalian berdua jangan berantem terus. Nanti kalo mama tau bisa-bisa dia berkicau sampai satu jam," celetuk Kak Calvin yang baru bergabung di meja makan, mencoba meleraikanku dan Kak Jessie.

"Dia tuh, mulai duluan!" tudingku sambil mengunyah roti yang berisi selai cokelat dengan gerakan cepat. Aku harus buru-buru menghabiskan roti ini sebelum nafsu makanku hilang hanya karena ulah kakak perempuan biadabku.

"Enak aja!"

"Lah emang bener! Dasar sinting."

"Heh! udah dong, ngapa jadi berantem lagi, sih?! Mending kalian berdua cepetan makannya, kakak tunggu di mobil," titah Kak Calvin, ia melambaikan tangannya ke udara.

Penghuni Lantai 4 [TAMAT!]Where stories live. Discover now