Part 30

9.8K 565 17
                                    

Mengapa aku bertanya siapa ia? Karena rambutnya tergerai panjang hingga sebatas pinggang, baju hitamnya begitu lusuh. Tidak mungkin jika itu Ella! Rambut Ella berwarna cokelat keriting. Bukan juga Zoey karena rambutnya berwarna merah, lagian jika Zoey ada di dapur ia pasti akan mengikat rambutnya terlebih dahulu. Rambut Mesya memang panjang, tapi hanya sebahu, bukan sepinggang. Apalagi Kak Jessie yang mempunyai rambut pendek berwarna pirang.

Mendadak perasaanku tidak enak. Aku berusaha mempunyai pikiran positif.

"Eum ... lagi bikin apa?" tanyaku sedikit bingung, mengapa juga aku harus bertanya padanya?

Orang itu perlahan membalikkan badannya, menghadap ke arahku.

Deg!

Kini aku dapat mendeskripsikan perawakannya dengan jelas. Baju hitamnya lusuh dan koyak, tangan yang bersimbah banyak darah, mulut terbuka yang menampung banyak belatung, juga sebelah matanya yang copot.

Sial! Sial! Sial! Kenapa saat momen terdesak seperti ini kedua kakiku tidak bisa digerakkan? Ada apa ini?!

Perlahan kakinya mulai maju, ia berjalan ke arahku dengan gerakan lambat. Kakinya terseret-seret, sedikit pincang saat berjalan.

Tidak! Aku yakin bahwa yang berhadapan denganku sekarang bukan hantu, pasti bukan!

"Heh, kamu siapa?" Dengan bodohnya aku melayangkan pertanyaan itu. Ada sedikit nada getar dan gelisah yang bersamaan ketika aku mengajukan pertanyaan padanya.

Ia tetap berjalan tanpa meladeni pertanyaanku. Tapi ... hilang.

Hei! Ke mana perginya dia?

"AAA!" Aku menjerit sambil memejamkan kedua mata tatkala merasa sebuah tangan menjambak kasar rambutku dari belakang. Kepalaku memutar, menoleh ke arah belakang.

"AAA!"

"Ahhh ... hh ... hhh ... hh ...." Aku terbangun seketika dan mengambil napas yang panjang. Ternyata itu semua mimpi. Huf .... sudah kubilang bukan bahwa tidak akan ada hantu?

Terbangun dari tidur di tengah malam membuat perutku kosong. Aku menuju dapur dan membuka isi kulkas, mencari sesuatu yang bisa dijadikan makanan, minimal untuk menunda rasa laparku hingga pagi tiba. Sayangnya isi kulkas kosong, hanya ada air dingin dan beberapa sisa sayuran. Aku yang tak tahan menahan perih di perut akhirnya berniat keluar untuk membeli makanan.

Saat kembali, aku melihat Kak Calvin membuang ponselnya dengan asal di tong sampah. Jika aku lihat gerak-geriknya sedikit aneh, mimik wajahnya seperti orang yang menyembunyikan panik dan ketakutan. Mungkin cuma perasaanku saja.

Aku tidak ingin bertanya lebih lanjut kepadanya sebab jika aku amati ia nampak bosan dengan sikapku yang selalu ingin tahu.

Aih! Aku sampai lupa menutup pintu dan menguncinya. Bandanku berputar arah, aku membiarkan Kak Calvin masuk duluan.

"Loh?" gumamku heran melihat setapak jejak kaki berwarna merah yang bentuknya tak sempurna ada di ambang pintu masuk.

Darah?

Aku menggeleng, menyakinkan bahwa jejak kaki ini bukanlah darah. Tanganku terjulur menutup pintu lalu menguncinya.

⭐⭐⭐

Penghuni Lantai 4 [TAMAT!]Where stories live. Discover now