Part 35

8.2K 563 20
                                    

Mendengar teguran yang mengajakku berbicara, aku menyingkirkan telapak tangan dari wajah.

"Eh? Bapak dari kapan ada di sini?" tanyaku ramah disertai senyum kecil kepada pria paruh baya yang berdiri di sampingku sambil memegang sapu lidi. Aku rasa ia adalah salah satu pengurus taman ini.

"Sejak tadi Mas-nya pergi,"" jawabnya.

"Mas-nya?" Aku heran.

Bapak itu menyengir sejenak. "Iya, Mas yang tadi duduk di samping eneng."

"Oh," sahutku singkat sambil memperhatikan cara bapak itu menyapu. Tangannya jauh lebih mahir dibandingkan denganku.

"Itu pacar eneng?" Bapak itu bertanya tanpa menolehkan kepalanya.

"Eh? Bukan, itu temen saya."

Bapak itu meresponnya dengan anggukan kepala.

"Eneng tinggal di rumah itu?" Bapak itu berhenti dari kegiatan menyapu, ia memilih untuk duduk di kursi sampingku, tempat di mana Abay mendudukinya tadi.

Aku mengangguk.

"O iya, Neng. Kita belum kenalan. Nama bapak Letra, bapak kerja sebagai tugas kebersihan taman di sini." Setelah mengenalkan diri padaku bapak itu tersenyum, pandangannya kini lurus ke depan.

"Nama saya Ella, Pak. Saya tinggal di rumah itu, penghuni lantai 5."

Entah perkataanku yang salah atau cara berbicaraku kurang sopan, yang jelas setelah mengatakan hal itu, aku bisa menyadari air muka Pak Letra sedikit terkejut.

"Bapak kira yang tinggal di rumah itu cuma Eliana, ternyata sekarang ada penghuni baru."

"Pak Letra kenal nenek Ana?" tanyaku penasaran.

Pak Letra mengangguk mantap.

"Dulu bapak bekerja di situ sebagai pelayan." Pak Letra menghela napasnya sejenak, lalu melanjutkan ucapannya.

"Tepatnya bertahun-tahun yang lalu, Neng. Sebelum kejadian buruk itu terjadi."

"Kejadian apa, Pak?"

"Sekte setan. Mereka adalah orang yang mengikuti jejak setan untuk meminta bantuan tanpa perlu berpikir dua kali bahwa cara yang mereka lakukan adalah tindakan sesat."

Aku sudah mendengar itu dari Abay. Aku rasa berita ini sudah menyebar ke seluruh pekarangan Black Pearl Residence. Namun, kurasa mereka menutup diri dan memilih untuk mementingkan keselamatan diri mereka sendiri ketimbang harus memecahkan misteri itu.

"Berapa banyak orang yang udah tau berita itu, Pak?" Aku menyela bapak Letra yang hendak berucap.

"Maaf kalo saya motong ucapan bapak."

Bapak Letra menggeleng, seolah ia tidak keberatan.

"Hmmm ... panggil saya kakek aja, Neng. Saya udah tua, kurang cocok kalau dipanggil bapak. Orang-orang yang sering ke taman ini aja panggil saya kakek."

Aku tertawa lepas. Tadi aku sempat berpikir untuk memanggilnya dengan sebutan seperti itu, tapi aku takut jika dinilai tidak sopan atau alasan kurang enak lainnya.

"Baik, kakek Letra."

"Neng, tadi eneng nanya apa sama kakek? Boleh diulang? Kakek lupa, Neng. Maklum, faktor umur."

"Berapa banyak orang yang udah tau tentang berita itu, Kek?"

"Hampir semua orang yang tinggal di sini udah tau, Neng."

Aku sedikit tertegun mendengarnya. Aku sudah menduga hal itu.

"Kakek gak perlu cerita ke eneng Ella lagi, kan? Neng Ella juga pasti udah tau tentang rumah itu."

Penghuni Lantai 4 [TAMAT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang