Part 20

11.2K 696 13
                                    

Aku merintih pelan. Ternyata menaiki tangga terasa lebih sakit ketimbang turun. Jika tahu akan seperti ini lebih baik tadi aku meminta tolong kepada Mesya sebentar.

Dengan langkah pontang-panting akhirnya aku bisa berdiri di depan pintu kamar Kak Jessie. Ada sedikit keraguan untuk mengetuk pintu kamarnya. Setelah beberapa kali menarik napas, akhirnya aku memberanikan diri mengetuk pintu itu.

Tok ... tok ... tok ....

"Kak Jessie!" panggilku setengah berteriak agar Kak Jessie mendengarnya. Aku harap ia mau membukakan pintu

Tok ... tok ... tok ....

"Kak!"

Senyap.

Tidak ada jawaban.

Mungkin kak Jessie sedang tidur.

Tidak tahu ada dorongan dari mana, tapi yang jelas tanganku membuka kenop pintu begitu saja. Tunggu ... pintunya tidak dikunci?

Dengan tempo yang lambat, aku melangkah masuk ke dalam kamarnya. Aku langsung melongo, terkejut saat melihat kamar Kak Jessie yang mirip sekali dengan kapal pecah. Bahkan pakaian kotornya berserakan di sembarang tempat.

Aku mengalingkan kepalaku, mencari Kak Jessie. Ia tidak ada di dalam kamarnya.

Tadinya aku hendak berbalik badan. Namun, aku menangkap seseorang sedang duduk termangu di kursi balkon, mungkin itu adalah Kak Jessie.

Bibirku tersenyum singkat, lalu aku membalikkan badan kembali dan menutup pintu kamar Kak Jessie. Biarkanlah ia sendiri, aku sedang tidak mau mengganggunya, apalagi mencari keributan dengannya.

Aku pun kembali ke dapur, di sana aku melihat Mesya tengah sibuk mengaduk adonan sambil melamun. Kira-kira apa yang ia pikirkan? Kalau diingat-ingat ... semejak datang ke sini ia terus melamun, meski memang tidak sering.

"Woi! Bengong aja lo!" Aku menepuk kedua tangan di depan wajahnya.

"Eh? Lo kapan dateng ke sini?" Mesya menggaruk tengkuknya, ia salah tingkah.

"Ck, baru aja ke sini lagi. Makanya, jangan bengong. Bilangin orang jangan bengong, tapi sendirinya bengong!" sarkasku.

Mesya malah kembali melamun. Ia seperti tidak tertarik berbicara denganku.

"Mesya, gue lagi ngomong malah dikacangin!" Aku memanyunkan bibir.

"Eh? Iya-iya, lo ngomong apa tadi?" ulangnya.

Aku memasang wajah curiga. Sebenarnya ada apa dengan Mesya?

"Mesya, lo gak papa, kan? Kayaknya dari pertama lo di sin, lo bengong mulu." Aku melupakan kekesalan tadi, mulai bertanya serius dengannya.

"Eh? Gue gak papa, El." Mesya menjawab pertanyaanku gelagapan, bak seseorang yang sedang ketahuan menyembunyikan sesuatu.

"Gue nanya serius, Mesya."

"I ... iya. Gimana? Lo udah ketemu sama kakak lo?" Mesya mengganti topik pembicaraan.

"Udah, dia lagi duduk di balkon. Sengaja gak gue temuin, gue cuma mau liat doang, gak mau ganggu," sahutku sembari memainkan sisa tepung terigu yang berceceran di meja makan.

Penghuni Lantai 4 [TAMAT!]Where stories live. Discover now