Part 43

8.1K 503 21
                                    

Berantakan. Itu kesan pertama bagiku ketika membuka knop pintu lantai 4. Kondisi lantai ini bahkan jauh lebih buruk dari yang sebelumnya. Pecahan kaca yang bertebaran di mana-mana, beberapa barang tergeletak asal, sebagian keramik jebol, bahkan debu-debu tebal memenuhi semua isi ruangan.

"Uhuk ... uhukk ..." Kak Calvin membekap mulutnya hidungnya menghirup debu yang bertebangan.

"Abay, kemarikan kalung milikmu," pinta nenek Ana sambil mengulurkan tangannya.

"Ini, Nek." Abay memberikan kalungnya ke tangan nenek Ana.

"Ayo masuk." Nenek Ana berjalan paling depan sambil mengarahkan kalung bandul bulat Abay.

"Lisa," panggilku pada Lisa yang menguap lebar di ambang pintu. Lisa pasti masih mengantuk sekaligus bingung karena tadi aku memaksakannya untuk segera bangun.

"Hmmm ...." Lisa bergumam kecil menanggapi panggilanku.

"Ayo jalan dulu, nanti kalau udah ketemu kamar lo bisa tidur." Jujur saja, aku sedikit tidak tega melihat kedua bola matanya memerah seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi? Masa iya ia aku tinggal seorang sendiri?

⭐⭐⭐

"Ella." Kak Calvin memanggilku yang iseng mengecek banyak tumpukan majalah lama di atas meja.

"Apa?" tanyaku tanpa nada jutek.

"Coba lo ke sini, deh." Kak Calvin melambaikan tangannya, menyuruhku untuk mendatanginya. Aku menyeret kedua kaki sambil mendengus pelan.

Aku berdiri di sebelah Kak Calvin, memperhatikan sebuah ruangan di mana terdapat sebuah kasur usang dan lemari di dalamnya.

"Mending lo nanti tidur di sini aja, biar gue sama Abay tidur di kamar sebelahnya." Tangan Kak Calvin berganti menunjuk pintu tertutup yang ada di samping.

"Oke."

Setelah menentukan kamar untuk tidur, aku menghampiri teman-temanku yang duduk sambil membaca koran atau majalah bekas yang sudah usang.

"Kak Calvin udah dapet kamar. Ayo kita pindah," titahku.

"Bangun, Lis!" Aku menepuk pipi Lisa cukup keras.

"Engg ...." Lisa tak membuka matanya, melainkan lanjut tidur di sofa yang sudah renta.

"Lisa, bangun. Ayo pindah, Kak Calvin udah nemuin kamar tadi biar lo bisa lebih nyaman tidurnya." Aku tak putus asa membujuknya agar dia mau membuka mata.

"Di mana kamarnya?" Zoey meletakkan koran yang di pegangnya di atas meja.

"Gak jauh kok. Dari sini kita lurus aja abis itu belok ke kiri, nanti ada dua pintu lo buka aja pintu sebelah kanan, soalnya yang sebelah kiri buat Kak Calvin sama Abay." Aku memberi penjelasan lengkap.

Zoey dan Mesya mengangguk paham sebagai bentuk respon.

"Ck! Bangun Lisa!" Zoey membantuku untuk membangunkan Lisa dengan menampar pipi kanannya.

"Aaaa! Sakit tau!" Lisa meringis seraya memegang pipi kanan yang sedikit merah akibat ulah Zoey.

"Lagian dari tadi dibangunin bukannya bangun! Ayo pindah ke kamar, di sana lo bisa tidur lebih tenang." Zoey mengoceh kemudian meninggalkan Lisa yang berusaha mengumpulkan nyawa dari tidurnya.

Penghuni Lantai 4 [TAMAT!]Where stories live. Discover now