Part 24

10.8K 610 19
                                    

Calvin Marvelo Parikesit POV

Aku sangat bingung dengan Ella, mengapa ia tidak mengizinkanku untuk menginap di rumahnya? Jika diamati dari air mukanya ia seperti orang ketakutan dan panik. Apakah ia baik-baik saja selama tinggal di sini? Atau ada hal yang membuatnya tak nyaman? Tetapi ... bayangan saja, 3 orang temannya ia perbolehkan untuk menginap, sedangkan aku yang berstatus sebagai kakak kandungnya malah diusir dari rumahnya. Jika kalian berada di posisiku pasti merasa kesal, kan?

Tapi, inilah aku, Calvin! Apa pun yang aku mau itu harus terjadi, bagaimanapun caranya, aku tidak mau tahu. Yaps! Sedikit keras kepala memang, tapi aku tidak separah adikku yang pertama, tentu saja orang yang aku maksud adalah Jessie.

Sekarang aku ingin beristirahat di lantai 6. Rasa kantuk menyerang diriku. Aku lekas segera mencari kamar yang cocok untuk ditiduri. Tak perlu waktu lama, aku menemukan kamar dengan tempat tidur yang tidak terlalu besar. Hmm ... benar-benar sangat cocok untuk digunakan olehku.

Tanpa membersihkan muka atau mencuci kaki, bahkan menggosok gigi, aku naik ke atas tempat tidur dan memeluk guling dengan erat yang berada di sampingnya. Rasanya sangat nyaman sekali berada di sini.

Pukul 22.50 malam

Aku mengucak kedua bola mataku. Mulutku menguap lebar, telapak tanganku berusaha untuk menutupnya.

"Hmmm ... udah jam segini?" kataku heran begitu menyalakan layar ponsel. Aku tertidur cukup lama.

"Sshhh ...." Sialan! Aku rasa, aku sudah tidak bisa menahannya! Aku ingin buang air kecil.

Kukira mudah, ternyata cukup susah mencari toilet di dalam lantai 6. Bangunan dalamnya yang luas membuatku harus repot mencari pintu kamar mandi. Untungnya tak perlu memakan banyak waktu, begitu menemukannya aku langsung masuk ke dalam.

Sebelum keluar kamar mandi, aku menyempatkan diri untuk mencuci muka di wastafel. Kacanya berembun, aku mengusap kaca itu dengan gerakan lambat menggunakan jari telunjuk.

Deg!

Di belakangku ... ada sosok yang memakai baju putih lusuh dengan leher mengeluarkan banyak darah.

Tubuhku membeku di depan cermin. Makhluk itu memang tidak memperlihatkan rupa wajahnya, tapi tetap saja menyeramkan.

Aku pura-pura tak menyadari. Sebisa mungkin langkah kakiku keluar dari kamar mandi tanpa berperilaku panik.

"Hhhh ... hhh ... apa itu? Hhh ... hhh ... nyata?" tanyaku pada diri sendiri, merasa tak percaya dengan apa yang terjadi.

Aku mengatur detak napas yang kini berpacu cepat, keringat dingin timbul dari kulit membasahi sekujur tubuhku. Apa yang terjadi di kamar mandi tadi? Siapa ia? Apa aku pernah mengenalnya? Ada banyak pertanyaan di kepalaku saat ini.

Rasa lapar mengusikku. Wajar saja, kegiatanku hanya tidur hingga larut malam. Namun, aku enggan untuk pergi ke dapur, lebih tepatnya ... jika aku ke sana maka harus berpapasan dengan kamar mandi. Aku sama sekali tidak mau!

Alih-alih pergi ke kamar, aku menarik napas dalam-dalam dan memberanikan diri ke dapur. Aku memang takut, tapi urusan lapar nomor satu. Untungnya saat aku melewati pintu kamar mandi tidak terjadi hal buruk. Aku bergerak lebih cepat agar bisa tiba di dapur. Dengan lancang tanganku membuka kulkas yang berada di pojok.

Penghuni Lantai 4 [TAMAT!]Where stories live. Discover now