Part 27

9.8K 558 6
                                    

Tok ... tok ... tok ....

Itu pasti kak Jessie!

Tok ... tok ... tok ....

Malas rasanya untuk bangkit, tapi ketukan di luar sana semakin terdengar keras jika diabaikan.

Aku memaksakan diri untuk berjalan dengan langkah sempoyongan menuju pintu.

Krek!

Serangan kantuk yang tersirat jelas di kantung mata membuatku berbalik badan dan berlajan menuju kamar. Aku sedang tak ingin berbicara apa pun kepadanya, ditambah lagi Lak Jessie mabuk berat akibat alkohol yang diminumnya. Ia belum meracau saja aku sudah bisa mencium bau alkohol di sekitarnya. Astaga! Berapa banyak ia menegak minuman keras?

"Aum ... emmmhh ... aghhkk ... Laura ... Laura ...." Kak Jessie mengoceh, bau alkohol tercium lebih tajam ketika mulutnya berbicara.

Laura?

"Laura ... Laura ...n" ulangnya dalam keadaan mabuk.

Aku terdiam mencerna ucapannya. Setahuku Kak Jessie tidak pernah mempunyai teman bernama Laura.

"Agrhhh! Laura ...."

Ah! Atau mungkin saja Laura yang ia maksud adalah teman di club malam yang tidak aku ketahui.

"Kemari Laura! Kemari! Tampakkan wujudmu!" Kak Jessie terus meracau, kali ini dengan nada membentak.

Wujud?

Sempat berpikir ulang. Namun, untuk apa? Untuk apa aku peduli padanya? Lagian, jika aku memang benar-benar peduli, ia akan tetap berkata judes dan tidak akan mengucapkan kata terima kasih. Jadi ... untuk apa? Lebih baik aku mengabaikannya dan lekas tertidur lagi.

Aku menaiki tangga. Begitu sudah setengah perjalanan naik ke atas, badanku sontak berbalik menatap Kak Jessie yang masih menyebut nama Laura. Apakah mungkin Laura yang ia maksud ... ah, mustahil! Itu tidak mungkin.

Aku membalikkan badan, kali ini sungguhan meninggalkan Kak Jessie yang mabuk seorang diri. Saat aku ingin menginjak satu anak tangga yang tersisa, lagi-lagi aku mendengar suara Kak Jessie. Namun, kali ini suaranya berbeda. Alih-alih tertawa, ia menangis.

Aku semakin tidak mengerti, gagal paham. Ada apa dengannya? Apa yang membuat Kak Jessie menangis?

Pikiranku yang semula jahat berubah. Aku tidak jadi naik ke atas, kakiku memutuskan berjalan mundur, menuruni anak tangga yang baru saja kunaiki.

"Kak?" Aku mengusap pelan pundak Kak Jessie yang bergetar. Ini benar-benar tingkah di luar nalar.

"Laura?"

Aku menggeleng seraya menutup hidung. Aku sangat benci bau alkohol.

"Gue Ella, Kak! Ella, adik lo." Aku mengguncang-guncangan kedua bahunya pelan, berusaha menyadarkannya.

"Ella?"

Aku mengangguk mantap.

"Di mana Laura!?"

"Laura? Siapa Laura? Teman lo?"

"AAAHHHAAAHAH!"

"AAAHHHAAAHAH!"

Penghuni Lantai 4 [TAMAT!]Where stories live. Discover now