Part 13

12K 812 32
                                    

Pukul 20.00

Aku menutup pintu kamar mandi, membuka baju dan menyalakan shower, membiarkan air dari shower membasahi tubuhku yang lengket. Ah, rasanya segar sekali. Sekitar sejam lamanya aku membasuh tubuhku, akhirnya aku membuka kembali pintu kamar mandi dengan handuk biru bergambar doraemon yang dililit di tubuhku sampai ke pinggang.

Aku berjalan menuju lemari, memilih baju yang sesuai dengan suasana hatiky malam ini. Akhirnya pilihanku jatuh pada kaus pendek hitam bergambar kota New York dengan celana panjang bewarna abu-abu.

Sepi. Aku melangkahkan kakiku ke luar kamar dan baru menyadari sesuatu, di mana Kak Jessie? Apakah ia belum juga pulang ke rumah?

Ragu, aku mengecek keadaan kamarnya. Tidak ada Kak Jessie di sana, hanya barang-barangnya yang tertata dalan keadaan rapi.

"Kak Jessie?"

"Kak Jessie?"

"Kak? Lo ada di rumah?"

Namun tetap tak ada sahutan. Itu artinya sekarang ia masih berada di luar.

Aku melirik jam dinding di ruang tamu. Ini sudah pukul 22:10. Di mana Kak Jessie?

Aneh! Tidak biasanya Kak Jessie pulang malam, apalagi jam 22:00 lewat. Biasanya jam 21:00 malam ia sudah berada di rumah dan berteriak cerewet kepadaku untuk dibuatkan makan malam. Ke mana perginya ia? Ah, sudahlah ... mungkin Kak Jessie sedang ada tugas di rumah temannya atau ia sedang nongkrong di suatu tempat bersama teman-temannya hingga lupa waktu.

Aku menuju dapur karena perutku keroncongan. Tak ada makanan siap saji yang bisa dikonsumsi, karena bingung akhirnya aku memutuskan untuk membuat martabak telur memakai sisa bahan yang ada di kulkas. Sepertinya aku harus berbelanja ke minimarket terdekat untuk stok bahan pangan kembali.

Sekitar 20 menit berkutat di dapur, akhirnya martabak telor itu matang. Aku meletakkannya di piring ceper dan membawanya ke meja makan.

10 menit kemudian aku sudah selesai menyantap martabak telur bersama nasi hangat dan juga saus sambal. Tak lupa aku sisakan sedikit martabak telor untuk Kak Jessie agar ketika ia pulang nanti tak perlu mengusikku ketika aku tidur untuk dibuatkan makan malam.

⭐⭐⭐

Pukul 03.05

Aku terbangun dari tidur lelap karena ada suara berisik mengganggu, dengan langkah malas kuseret kedua kaki menuju asal suara tersebut. Kedua mataku melebar saat mendengar jelas sebuah suara.

Siapa yang mengetuk pintu di jam segini?

Seketika bulu kudukku meremang. Ketukan itu semakin lama semakin keras bunyinya.

"Ah! Mungkin itu Abay," batinku, tetap berpikir positif.

Dengan langkah hati-hati kaki jenjangku maju menuju pintu utama. Knop pintu berputar, pintu pun terbuka.

Deg!

Astaga! Jantungku nyaris mencuat dari tulang rusuk kala tahu ternyata manusia yang berdiri di ambang pintu.

Itu adalah sosok seorang wanita dengan pakaian seperti seorang guru. Rambut pirangnya tersanggul berantakan, mulutnya dipenuhi darah dengan leher yang terlihat bekas cabikkan. Tangannya yang kurus dan jemari lentiknya seolah bersiap untuk mencelakai wajahku.

Penghuni Lantai 4 [TAMAT!]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz