Part 42

8.2K 513 9
                                    


"Haruskah aku pergi ke lantai 4 sekarang?" Pikirku sembari melamun.

"Ella, jangan ngelamun aja. Mendingan lo siap-siap." Suara Abay membuyarkanku.

"Eh? Iya." Sedikit aneh, mengapa juga aku harus menuruti permintaannya?

Aku hanya berbekal ponsel dan beberapa makanan, kurasa itu sudah cukup. Selagi menunggu yang lain, aku bergegas untuk mandi terlebih dahulu. Mungkin saja mandi pagi ini bisa mengusir rasa kantukku jauh-jauh akibat tidak tidur semalam.

⭐⭐⭐

Zoeyilia Clararia Eardoardo POV

Aku hanya membawa beberapa barang yang menurutku penting. Sebenarnya aku masih bingung dengan apa yang dibicarakan Ella dan Abay. Namun, aku tak perlu bertanya kepada mereka lebih lanjut karena peristiwa tentang Lisa yang kulihat kemarin malam dengan mata kepala sendiri sudah cukup untuk dijadikan jawaban.

Malam itu mataku yang tadinya terpejam akhirnya terbuka. Pandanganku sedikit mengabur sebelum aku mengucek mata beberapa kali dan mengusir belek yang menempel di sudut kelopak mataku.

Seisi ruangan gelap. Sepertinya ada gangguan listrik.

Aku baru sadar jika aku tertidur dengan memegang sebuah stoples berisi makanan ringan. Ah, ya! Aku baru ingat kalau tadi malam kami berempat menonton film kartun Moana, sesekali aku dan Ella iseng mengunyah camilan di dalam toples itu.

Aku meraba-raba sekitar, mencari benda yang bisa dijadikan sebagai penerangan. Samar-samar aku menemukan benda berbentuk persegi panjang di atas meja yang tak lain adalah ponsel Mesya. Untung saja aku tahu kata sandi ponselnya. Waktu itu aku tak sengaja mendengar ketika ia bergumam menyebutnya. Maka tanpa lama jemariku langsung mengetiknya agar ponsel itu terbuku. Aku mencari fitur senter untuk sumber cahaya.

Aku menengok ke samping sofa, tidak ada Ella di sana. Kusapu pandangan secara menyeluruh, tapi aku tak kunjung menemukannya. Hmm ... Ella mungkin sudah pergi ke kamarnya beberapa jam yang lalu atau bisa jadi ia sedang menunggu kakaknya pulang di ruang tamu.

Tanganku memutar tutup stoples, memastikannya tertutup rapat agar makanan yang berada di dalamnya tidak alot.

Tenggorokanku rasanya kering sekali. Aku belum membasahinya sehabis makan camilan tadi. Sepertinya minum air dingin di tengah malam bukan hal yang buruk.

Aku bergerak menuju dapur, membuka pintu kulkas. Mataku berbinar-binar saat melihat beberapa air dingin terpajang secara berjejer di dalam pintu kulkas dengan ukuran yang berbeda. Botol air yang berukuran kecil sudah sangat cukup bagiku. Tanpa mengotori aku langsung menegak air dingin itu bersama botol-botolnya.

"Ahhh, segar!" Aku menghela napas lega.

Aku menutup pintu kulkas lalu keluar dari dapur. Sengaja aku mematikan lampu senter yang ada di ponsel milik Mesya karena aku sudah tiba ruang keluarga dan ingin membangunkan Mesya beserta Lisa untuk pindah tidur di kasur.

Tunggu ... kenapa Lisa duduk membatu di sofa? Apa ia sedang menonton televisi?

Aku menoleh ke televisi. Aneh, televisinya tidak menyala.

Perasaan tak enak mulai menggerogotiku.

"Lisa," panggilku pelan.

Penghuni Lantai 4 [TAMAT!]Where stories live. Discover now