Part 29

10K 572 9
                                    

Perlahan tubuhku mulai bangkit dari
pintu lantai 4. Ada sedikit cedera pada bagian lengan kaki, tapi aku tetap memaksa untuk berjalan. Ugh! Aku sudah tidak kuat berlama-lama mencium bau asap sajen, hidungku seakan tercemar saat mencium baunya.

Dengan langkah kaki sedikit limbung aku berjalan terseret-seret menuju lantai 5 untuk kembali ke rumah Ella. Aku harap tidak akan ada yang melihatku dalam kondisi seperti ini, terutama Ella.

Teringat perihal tentang ponsel milikku yang diremukkannya secara kasar, aku meraba saku celana, mencarinya benda itu. Kaca ponsel sukses retak di bagian layar. Ketika aku mencoba menyalakannya hape itu sudah tidak berfungsi.

Aku tak terlalu peduli. Saat papa pulang dari luar kota nanti aku akan minta dibelikan yang baru. Tanpa pikir lama tanganku dengan mudah melempar ponsel ke tong sampah yang ada di dekat pintu lantai 5.

Aku melihat tong sampah yang berada di dekat pintu utama rumah Ella, segera saja aku melemparkan handphoneku ke sana tanpa berfikir panjang kembali.

"Kak Calvin?" Suara Lisa mengejutkanku dari depan pintu rumah Ella.

"Eh? Lisa? Lo ... ngapain ... di sini?" Aku sedikit salah tingkah dengan ucapan sendiri.

Lisa menaikkan satu alisnya hingga membuat dahinya sedikit mengernyit.

"Lah? Kak Calvin ngapain di luar malem-malem? Terus ... itu kenapa ponselnya dibuang ke tong sampah?" Lisa bertanya kembali, ia memasang ekspresi heran.

"Eh? Um ... anu ... tadi gue laper, makanya gue cari makanan di luar." Aku mengarang alasan yang masuk akal.

"Terus itu ponselnya?

"Ponsel gue rusak gara-gara tadi jatuh, nggak sengaja kesenggol sama orang. Yang lebih parahnya lagi, ponselnya sekarang gak bisa nyala, mati. Ya udah, jadi gue buang aja. Ngapain ribet-ribet buat benerin? Gue masih mampu beli baru," jelasku memakai gaya arogan agar Lisa tidak menaruh curiga.

Lisa hanya mengangguk kikuk.

"Ya udah, masuk ke dalam yuk, Kak. Malam udah larut."

Aku berjalan pelan-pelan karena adanya efek dari kakiku yang sedikit cedera.

"Eh? Kaki lo kenapa, Kak?" tanya Lisa bingung saat menyadari aku berjalan agak pincang.

"Ini anak kenapa banyak nanya mulu, sih!" batinku risi.

"Gak papa, Lis. Cuma kepeleset doang, nanti juga sembuh sendiri." Aku memaksakan senyum.

"Oh, gitu."

Aku buru-buru menuju ke kamar tanpa mempedulikan Lisa yang berada di belakangku. Ah, sudahlah, biarkan saja. Aku sangat lelah hari ini.

⭐⭐⭐

Matahari menyusup dari celah-celah tirai jendela kamar. Aku terbangun dan menyibak rambut cokelat keritingku yang panjang, sangat tidak beraturan dan lepek. Hufff ... baiklah, mungkin pagi ini aku harus keramas.

Mataku melirik sekilas wajah Mesya yang terbaring tepat di sampingku, tumben sekali ia tidur dengan mulut mendengkur.

Mungkin sebaiknya aku membersihkan diri terlebih dahulu dan turun ke bawah untuk mengecek keadaan di sana.

Penghuni Lantai 4 [TAMAT!]Where stories live. Discover now