Part 2

25.5K 1.4K 50
                                    

Pagi ini harusnya adalah hari yang paling merdeka, di mana orang-orang menarik selimut sembari memejamkan matanya untuk menikmati angin pagi yang sejuk. Tapi, nyatanya tidak denganku, karena kini ada seseorang yang mengguncang-guncangkan badanku.

"Ella bangun!" teriak mama, beliau memukuli badanku dengan guling.

"Hmm ... ini hari Sabtu, Ma. Ella libur sekolah. Lagian ini masih pagi." Secara tak langsung aku menolak untuk bangun.

"Pokoknya kamu harus bangun! Cepat mandi, abis itu pake baju yang bagus," titah mama jengkel.

"Emangnya kita mau ke mana sih, Ma?" tanyaku agak sebal. Astaga! Mengapa lagi-lagi aku tak bisa bangun siang?!

"Jalan-jalan, beli baju buat kamu sama Kak Jessie. Kan, lusa besok tante Dira mau nikah. Masa iya anak mama yang pada cantik gak pake baju bagus. Sekalian mama pingin beli kosmetik terbaru, kebetulan lagi ada diskon besar-besaran juga pas kemarin mama liat di sosial media. Makanya cepetan mandi, mama tungguin di bawah, ya," ucap mama sambil membawa kakinya keluar dari kamarku.

Seketika mataku langsung terbuka lebar mendengar penuturannya. Segera saja aku bergegas mengambil handuk yang menggantung di belakang pintu kamar.

Itulah bagian yang aku suka dari mama. Setiap kali mama ingin berbelanja, pasti ia selalu mengajakku dan membeli barang-barang yang sesuai dengan seleraku. Ah! Mama memang yang terbaik dalam urusan seperti ini.

Aku tak mau berlama-lama setelah selesai mandi. Aku memilih pakaian yang simpel, yaitu baju jaket bewarna cappucino dan celana levis berwarna biru dongker, setelah siap aku pun segera menuju ke meja makan.

Tak ada obrolan di meja makan. Hanya ada suara dentingan garpu dan sendok yang memecahkan keheningan. Kak Jessie yang biasanya mencari ribut denganku kini hanya berani melirik dengan tatapan sinisnya tanpa mengoceh, sesekali dia menyendokkan nasi goreng ke mulutnya dengan gerakan sungkan. Mungkin karena ada mama di meja makan, jadinya ia tidak berani mencari kerusuhan denganku.

Setelah selesai sarapan, kami bertiga segera berangkat ke mall menggunakan mobil mama.

⭐⭐⭐

1 jam kemudian kami sampai di gedung mewah tingkat tiga. Toko pertama yang mamaku tujui adalah toko baju pesta, tentu saja di tempat langganannya.

"Hmmm ... Ella, kamu coba, deh. Kayaknya dari beberapa baju ini ada yang cocok." Mamaku membawa beberapa stel baju di tangannya. Ia terlihat sedikit kerepotan. Aku lekas menanggapinya dengan kedua tangan.

Tak perlu waktu yang lama, aku segera menuju ke ruang ganti yang berada di pojok sebelah kiri. Aku sudah hafal sekali letak denah toko ini, karena mama sering mengajakku ke sini saat ada acara pesta. Setelah mencoba beberapa stel baju, akhirnya aku menemukan salah satu yang kurasa cocok. Aku keluar dari ruang ganti dan menunjukkannya kepada mama.

"Mama, gimana sama baju yang ini? Cocok gak?" tanyaku kepada mama. Sesekali berlenggak-lenggok bak seorang model.

"Wahhh ... anak mama cantik banget. Ya udah, nanti mama bayar yang ini ke kasir."

Di sebelah mama ada Kak Jessie yang berdiri sembari melipat tangannya di depan dada. Ia menatapku sinis seperti biasanya. Aku celingak-celinguk, memastikan mama tidak menyadari atmosfer tak bersahabat di antara kami. Saat itu juga aku membalas tatapan matanya.

"Apa, lo? Dari tadi matanya sinis banget! Gue colok baru tau rasa!" ucapku sewot, mumpung mama sedang melihat barang lainnya.

"Emang kenapa? Geer banget sih, lo."

"Heh! Udah-udah, kalian jangan berantem di sini! Mau taruh di mana muka mama, hah?! Sekali aja kalian berdua diem!"

Sambar mama yang tiba-tiba datang. Kami berdua pun langsung membungkam mulut, tentu saja kami berdua takut. Jika mama sudah buas seperti singa, beliau bisa menyiksa kami dengan cara membersihkan seluruh bagian rumah tanpa mendapat jatah makan malam. Tega sekali, kan?

Setelah keluar dari toko baju, mama mengajak kami ke toko cosmetic, tentu saja mama yang ingin membeli cosmetic. Mamaku memang tergila-gila pada produk berbau kecantikan.

"Ma, aku mau main di Timezone, dong," rengekku, tertarik dengan wahana Timezone yang kebetulan ada di sebelah toko cosmetic.

"Jessie juga, Ma," sambar Kak Jessie.

"Nih kartunya, mainnya jangan lama-lama." Mama mengeluarkan kartu Timezone dari dompet birunya, lalu memberikannya padaku.

Aku mengangguk, sok patuh.

⭐⭐⭐

Aku dan Kak Jessie segera memasuki medan permaian itu. Sebenarnya aku sangat tidak sudi jika Kak Jessie ikut bermain di sini, tapi ingin bagaimana lagi? Daripada nanti aku mendapat hukuman dari mama.

"Lo mau main apaan?" tanyaku, melirik Kak Jessie malas. Gairahku untuk bermain di sini mendadak turun.

"Gimana kalo kita main tembak-tembakan yang di sana aja? Mau gak lo? Kayaknya seru tuh," ajak Kak Jessie, bola matanya penuh binar semangat. Aku menoleh ke arah di mana ada dua orang yang baru saja usai bermain di tempat itu.

"Hmm ... ya udah, ayo." Aku pun setuju.

"Eitsss, tunggu dulu. Tapi yang kalah harus ada hukumannya," kata Kak Jessie tersenyum licik.

"Apa lagi?" tanyaku malas.

"Tiketnya buat yang menang, oke?"

Aku mengangguk pasrah. Lagi pula aku tak terlalu mengharapkan hadiahnya.

Akhirnya kami berdua sepakat bermain tembak-tembakkan. Sebetulnya aku memang tertarik untuk bermain ini sejak memasuki Timezone, karena kulihat sepertinya seru sekali, apa lagi ada banyak pilihan karakternya. Harus aku akui bahwa Kak Jessie jago sekali memainkannya. Mungkin ada sekitar 20 musuh yang berhasil ia tembak, alhasil aku dinyatakan kalah dalam permainan ini. Tapi tak apa, menurutku ini tak lebih dari sebuah permainan.

"Keren lo, nih tiketnya." Aku memuji singkat sambil menyerahkan semua tiket yang aku dapatkan sewaktu bermain.

"Hmm...." Kak Jessie hanya membalasnya dengan bergumam kecil.

Aku mengantarkan Kak Jessie untuk menukar tiket dengan suatu barang. Lumayan sekali, tiket yang cukup banyak itu pasti bisa mendapatkan barang bagus. Kak Jessie memilih boneka sapi mini yang imut sebagai penukar tiket. Gemas sekali!

"Kenap lo liatin mulu! Lo mau bonekanya?" tanya Kak Jessie menggunakan nada khas ketusnya. Mungkin dia tahu bahwa dari tadi aku sempat mencuri-curi pandang pada boneka sapi miliknya.

"Emangnya dia bakalan ngasih bonekanya gitu aja ke gue?" Batinku ragu. Mustahil sekali rasanya.

"Eummm ... engga-"

"Nih, ambil aja bonekanya." Kak Jessie melemparkan bonekanya ke arahku hingga boneka itu sempurna menutupi wajahku.

"Ayo keluar, mama udah selesai belanjanya. Nih, dia barusan chat gue, katanya abis ini kita makan." Kak Jessie memperlihatkan chattan-nya dengan mama. Segera saja aku mengangguk, mengiyakan.

Setelah selesai bermain dan berbelanja, mama mengajak kami untuk makan karena memang sudah waktunya jam makan siang. Ah, benar-benar waktu yang tepat, kebetulan sekali perutku juga sudah lapar.








Follow Ig : oh.arabicca

See you😘

Penghuni Lantai 4 [TAMAT!]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt