Prolog

1.2K 99 2
                                    

"Aku tidak sabar mendaftar di SMA Anagata. Katanya banyak lelaki tampan di sana." Fanya tersenyum begitu lebar, kalau menurut Zea, Fanya seperti Jeff the Killer. Itu, yang bibirnya tersenyum terus.

"Dasar kau ini. Lelaki tampan saja yang kaupikirkan." Zea mendengus kesal namun menahan senyumnya.

Mereka tiba di tepi jalan raya, Zea masih celingukan menunggu kendaraan berhenti sementara Fanya tersenyum senang begitu melihat seorang lelaki tampan yang berada di seberang jalan. Kaki perempuan itu tanpa sadar melangkah menyebrangi jalan raya itu tanpa memperhatikan sekitarnya.

Satu detik, dua detik, tiga detik.

Tidak ada kejadian apa pun di sana. Hingga detik ketujuh, sebuah suara teriakan nyaring terdengar. Zea sangat mengenal suara cempreng itu. Lima detik kemudian para pengendara motor dan mobil berhenti, mereka menengok ke sumber suara dan menemukan seorang gadis berkepang satu tengah terkapar bersimbah darah.

Dua detik setelah itu Zea baru sadar kalau gadis tersebut adalah Fanya. Matanya melebar tak percaya, kemudian dia berlari menuju Fanya akan tetapi kakinya tiba-tiba melemas dan semuanya menggelap. Yang terakhir didengarnya adalah suara ambulans dan suara kamera.

Hari itu, Zea kehilangan satu teman berharganya.

Setelah sadar, yang pertama dilihatnya adalah Fanya.

Karena hari itu pula, hidupnya tak setenang dulu.

•••

30 Desember 2018

Aku Bisa Melihat MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang