30. Gelang Pengusir Hantu?

331 58 25
                                    

Untung saja tadi pagi Zea sempat memasukkan jaket denimnya ke tas sekolah. Jika tidak pasti akan semakin ribet jika membolos dengan seragam sekolah yang masih melekat. Setelah sepedanya diambil oleh pria suruhan Hafeez, ia mengenakan jaketnya dan membonceng Hafeez.

"Hari ini aku akan mentraktirmu. Ayo!"

Mereka sudah sampai di depan sebuah museum yang nampak sedikit pengunjungnya. "Wah aku tidak menyangka kau mengajakku ke museum," ujar Zea yang telah melepas helm dan turun dari motor Hafeez.

"Aku kan sudah janji mau melatihmu agar jinak."

Zea melotot mendengar itu. "Kau pikir aku hewan buas?" Gadis itu memukul punggung Hafeez hingga membuat lelaki itu terbahak.

"Maksudku aku akan melatihmu agar tidak takut lagi dengan hantu. Ayo masuk." Hafeez menarik tangan Zea dan mulai memasuki museum itu.

Di depan pintu saja mereka langsung disambut sesosok hantu tanpa tangan yang membuat Zea agak terkejut. Mereka terus memasuki museum itu, melihat banyak foto dan berbagai keterangan di bawahnya. Sesekali Zea berhenti untuk membaca walau hanya sekilas karena Hafeez terus saja menyeretnya.

"Sebenarnya mau apa ke museum ini?" tanya Zea ketika Hafeez masih saja menyeretnya seperti hendak menunjukkan sesuatu.

"Sst, diam saja. Aku akan menunjukkan sesuatu."

Zea akhirnya hanya diam dan menurut ketika Hafeez membawanya di sebuah ruangan yang isinya patung-patung kuno. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan itu. Banyak patung kuno dengan berbagai bentuk di sana. Mendadak pandangan Zea berhenti pada sosok lelaki di dekat patung gajah.

Gadis itu mendongak menatap Hafeez. "Dia hantu?" tanya perempuan itu.

Lelaki itu mengangguk. "Kau bisa berjalan mendekat jika ingin melihat lebih jelas."

Seolah tersihir, Zea berjalan mendekati pria yang sejak tadi menunduk di samping kiri patung gajah. Dia hanya berdiri terdiam dengan jarak dua meter. Pria itu mengangkat kepalanya perlahan kemudian saat wajahnya nampak, tubuh Zea gemetaran.

Wajah pria itu sangat hancur. Tangannya terulur hendak meraih Zea namun perempuan itu berlari ke arah Hafeez dan bersembunyi di balik tubuh tinggi lelaki itu.

"Kau mengerjaiku?" Gadis itu masih menetralkan detak jantungnya yang tidak normal ketika melihat wajah hancur pria itu.

"Begitu saja takut. Ayo lihat lebih dekat denganku." Tangan kanan Zea digenggam oleh Hafeez dan mereka mendekati pria berwajah hancur yang sejak tadi masih di sana.

"Kau gila, Feez?" Mata Zea menatap Hafeez horor ketika lelaki itu dengan santainya mengamati pria berwajah hancur itu sementara Zea mati-matian agar tidak menatap hantu itu.

"Lihat dulu, kau sungguh penakut, Jagung. Tenang saja ada aku sehingga jika dia macam-macam aku akan meninggalkanmu." Hafeez menjulurkan lidahnya mengejek Zea.

"Sialan," desis gadis itu namun ia juga menuruti Hafeez untuk tahan melihat hantu itu.

Pertama, Zea masih gemetaran dan agak pucat. Namun setelah satu menit melihat hantu itu dalam jarak tiga meter, Zea menjadi agak biasa saja. Wajah pucatnya sudah hilang digantikan dengan raut wajah datar. Ia juga sudah gemetaran lagi, membuat Hafeez menoleh dan tersenyum bangga.

"Kau sudah berani?" tanya lelaki itu seraya tersenyum bangga.

"Lihat saja nanti aku akan menendangmu sampai ke laut karena sudah mengerjaiku!" seru Zea sebal ketika hantu berwajah hancur tadi hilang.

"Eh diam, lihat ada kepala terbang!" seru Hafeez sambil menunjuk kepala yang terbang tak jauh dari mereka.

Zea mengeratkan genggaman tangan mereka. Wajah gadis itu datar lagi dan tidak menunjukkan ketakutan. "Aku sudah berani," ujarnya sungguh-sungguh.

Aku Bisa Melihat MerekaWhere stories live. Discover now