7. Request Lagu

535 56 19
                                    

Hafeez mengaduh ketika Bu Anjar menjewer telinganya hingga membuat wajahnya memerah. "Ampun Bu, saya tadi lihat ada cicak Bu!" seru Hafeez lantaran tidak terima telinganya jadi sasaran empuk guru Kimianya itu melampiaskan emosi.

Kawan sekelasnya langsung tertawa terbahak karena melihat ekspresi Hafeez yang antara kesakitan dan ingin protes. "Kau ini! Sana cuci muka agar tidak asal bicara!" seru Bu Anjar, setelah itu guru tersebut melepaskan telinga Hafeez yang menjadi sasaran amarahnya.

Hafeez langsung mengelus telinganya yang sudah merah kemudian keluar kelas menuju toilet untuk cuci muka. "Hantu sialan," desis lelaki itu ketika melihat beberapa tangan dengan kuku panjang mendekatinya.

Dia memutar keran hingga air bersih mengalir dari sana lantas mencuci mukanya tanpa mempedulikan beberapa pasang mata yang menatapnya. Lelaki itu menghela napas lega. Setidaknya wajahnya terasa lebih segar.

"Apa?" tanyanya dengan nada agak tinggi ketika melihat seorang perempuan yang duduk di pojok toilet menatapnya.

"Kau sangat tampan." Perempuan itu melesat cepat menghampiri Hafeez hingga membuat lelaki itu menghela napas kesal. Dia lantas menyender di tembok toilet sembari menatap perempuan penjaga pojok toilet yang sekarang terdiam di tempat saat lelaki itu menatapnya tajam.

"Jangan menggangguku, Nona." Hafeez mengedipkan sebelah matanya kemudian melambaikan tangan dan keluar dari toilet itu.

Karena terlalu malas untuk kembali ke kelas, toh juga sebentar lagi pelajaran Bu Anjar akan berakhir, lelaki itu berjalan menuju kantin dengan tangan dimasukkan ke saku celana seragamnya. Beberapa kali dia berpapasan dengan kawan dari kelas lain yang dikenalnya, lelaki itu menyapa mereka sebentar lantas berjalan lagi dengan tenang. Walau sebenarnya dia agak jengkel lantaran merasa ada yang mengikutinya.

"Woi Feez!" Seorang lelaki berseragam olahraga menghampiri Hafeez dengan botol mineral yang nampak kosong.

"Woi Tukang begal!" Hafeez terkekeh saat melihat raut muka lelaki yang merupakan kakak kelasnya itu menjadi masam. "Ah bercanda, kau ini tumben sensitif sekali."

"Bro, perempuan-perempuan yang kukencani sudah berkurang kok." Adnan menepuk bahu Hafeez lantaran kesal adik kelasnya masih saja memanggilnya dengan sebutan itu.

"Sama saja masih banyak, sialan. Segera tobat nanti kau kena karma." Hafeez melambaikan tangan dan melanjutkan perjalanan ke kantin yang sempat tertunda karema bertemu Adnan, kakak kelas SMP yang sampai sekarang masih saja mengencani banyak perempuan.

Hafeez mengambil air mineral dingin sebotol kemudian melirik jajanan yang kurang menarik minatnya. Well, dia terlalu malas makan akan tetapi ketika matanya menangkap permen tusuk yang dipajang di toples membuatnya menghampiri permen tersebut dan mengambil dua buah. Bukan untuk dirinya.

"Air mineral dan peremennya dua, Bu." Lelaki itu mengambil uang di saku celana kemudian membayar ke Ibu Kantin yang sedang menggoreng tahu. Sambil menunggu kembalian, ia membuka tutup air mineralnya kemudian menutupnya kembali, entahlah dia hanya bosan.

"Ini kembaliannya." Ibu kantin memberikan beberapa lembar uang serta beberapa uang receh ke Hafeez.

"Terima kasih, Bu."

"Hoi kenapa kau tidak balik ke kelas?" Riki yang baru masuk ke kantin langsung menjitak kepala Hafeez lantaran kesal. Bagaimana tidak? Dengan tidak kembalinya Hafeez setelah disuruh mencuci muka dia jadi yang kena kemarahan Bu Anjar.

"Karena aku mencuci mukanya tidak bersih. Lihat hidungku masih ada, mataku masih ada pokoknya wajahku belum berubah sebersih tembok ruangan Bu Anjar." Ucapan Hafeez membuat Riki menggelengkan kepala lantas mencomot tahu goreng di meja yang terdapat di dekatnya beserta cabai.

Riki duduk sembari menikmati gorengan tersebut. "Duduk dulu. Aku kesal sekali mendengar penjelasan guru itu." Lelaki itu lantas mengambil tempe goreng setelah tahu di tangannya habis dilahapnya.

"Menjelaskan apa? Masa lalu eh?" Hafeez menaikturunkan alisnya menggoda kawannya yang terlihat seperti manusia kelaparan karena cara makannya.

"Bukan. Menjelaskan kenapa kau tidak lenyap saja," ujar Riki sadis seraya meneguk air mineral Hafeez yang tadinya tinggal setengah.

"Sadis sekali," desis Hafeez agak tak terima akan tetapi terselip nada canda.

"Well, jangan mati, aku tidak bisa hidup tanpamu." Riki menatap Hafeez dengan muka memelas, tiga detik kemudian lelaki bermata sipit itu tertawa hingga membuatnya terlihat sedang memejamkan mata.

"Kau gay? Aku tidak pernah menduga kalau temanku sendiri menyukaiku." Hafeez terkekeh pelan. Ia tahu benar Riki itu normal dan yah mereka sering bercanda hal-hal tidak jelas seperti ini.

"Cih tidak sudi," ujar Riki seraya berdiri dari bangkunya untuk mengambil makanan.

"Aku ke kelas." Setelah mengucapkan itu, tanpa menunggu balasan Riki dia langsung keluar dari kantin kemudian berjalan santai menuju ke kelasnya.

Dia sempat melirik ke laboratorium Fisika dan melihat Zea sedang berbicara dengan seseorang. Entahlah dia juga tidak tahu, yang ia lihat Zea terlihat agak canggung dan seperti orang ketakutan. Lelaki itu berhenti, mengambil dua buah permen di saku kemeja seragamnya.

"Oi Nona Galak!" seru Hafeez akan tetapi Zea masih tidak menoleh ke arahnya. "Zea!"

Perempuan berambut kecokelatan itu menoleh dan melambaikan tangan kepada yang dia ajak bicara lantas berjalan tergesa menuju Hafeez. Zea menghembuskan napas lega begitu sampai di depan lelaki itu. Ia menoleh sebentar menatap laboratorium Fisika setelah itu mengusap tengkuknya yang masih meremang.

"Ada apa? Kau berbicara dengan siapa tadi? Kenapa tidak menoleh saat aku memanggilmu dengan sebutan 'Nona Galak?" Serentetan pertanyaan Hafeez membuat Zea melipat tangannya di depan dada kemudian mendongak menatap wajah Hafeez dengan sebal.

"Kau ini cerewet sekali. Kau tidak perlu tahu, dasar Omnivora Pemalas," ujar perempuan itu kemudian dia berjalan ke kelas sembari beberapa kali mengusap tengkuknya.

"Ck," decak Hafeez sebal. Ia menatap dua permen yang ada di tangannya kemudian mengantongi permen itu kembali dan berjalan kembali menuju kelas.

Karena jam istirahat masih dua puluh menit lagi, banyak siswa yang masih berada di luar kelas. Beberapa orang berada di teras kelas, salah seorang dari mereka menyanyikan lagu dari Ed Sheeran. Suara Riana, perempuan yang duduk di tengah lingkaran berisi manusia haus hiburan, terdengar indah.

Ketika Hafeez menghampiri mereka, Riana berhenti bernyanyi. "Eh kenapa berhenti? Suaramu bagus, request lagu boleh?" tanya Hafeez memecah keheningan teman-temannya yang duduk melingkar di sana.

"Bo-boleh," jawab Riana. Beberapa temannya nampak protes karena Riana tiba-tiba berhenti bernyanyi tanpa mengatakan sebabnya.

"Coba kau cover lagu Lingsir Wengi." Hafeez mengedipkan sebelah matanya kemudian memasuki kelas.

Beberapa siswa yang tadinya berharap Hafeez meminta Riana menyanyikan lagu Ed Sheeran lagi mendadak tertawa terbahak-bahak mendengar permintaan Hafeez. Sesaat kemudian, hawa kelas mereka mendadak menjadi dingin setelah salah seorang memutar di Youtube lagu yang disebutkan oleh Hafeez tadi.

•••

Akhirnya bisa update huhuhuuu😂 semoga suka ya dengan ceritanya
Kalo aku sih suka sama Hafeez-nya 😂

Req lingsir wengi, hmmmm dasar manusia holol si Hafeez 😂

Aku Bisa Melihat MerekaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant