38. Sarang Hantu

307 47 32
                                    

Hafeez melepaskan helmnya ketika sudah sampai di depan bangunan yang terlihat tidak terurus. Ia menoleh menatap Abel yang menatapnya penuh binar. Hantu cilik itu kemudian berjalan mendahuluinya memasuki bangunan bercat putih itu.

Pintu besar yang ada di sana catnya sudah mengelupas dan banyak lumut yang tumbuh di dinding putih kusam itu. Beberapa pecahan kaca ataupun kerikil tersebar di lantainya. Debu di lantai dibiarkan menumpuk sehingga membuat bangunan ini pantas dijuluki sarang hantu.

Bagaimana tidak, dengan memasuki bangunan itu Hafeez melihat banyak hantu bersliweran di sekitarnya. Abel masih dengan tenang menunjukkan tempat di mana hantu sialan itu berada. Hantu cilik itu sepertinya tidak begitu peduli dengan beberapa hantu yang menyapanya atau menatapnya dengan tatapan heran karena dia membawa manusia ke sini.

"Lama sekali!" protes Hafeez karena ia sungguh tak sabar untuk melenyapkan hantu sialan itu.

Abel menoleh kemudian menunjuk sebuah pintu hitam yang lusuh dengan sebuah kulkas di dekatnya. Hafeez tersenyum simpul lantas mengeluarkan dasi sekolahnya. Dia mengelus dasinya sebentar dan berjalan mendekati pintu itu. Lelaki itu pun membuka pintu hitam tersebut.

Pria dengan rambut cokelat dan mata biru langsung menatapnya tajam. Hafeez menatap hantu itu tak kalah tajam, andaikan matanya itu pedang yang bisa memusnahkan hantu itu, pasti hantu sialan tersebut sudah lenyap.

"Keparat!" Seruan Hafeez memenuhi ruangan itu hingga membuat Fred terkikik senang.

Dasi Hafeez sekarang sudah berubah menjadi pedang. Dia maju dan hendak menusukkan pedang itu ke kepala Fred akan tetapi hantu itu berhasil menghindar, hasilnya pedangnya merusak kasur berwarna biru itu. Lelaki itu tak menyerah, ia terus saja menyerang Fred walau hantu sialan itu bergerak sangat gesit dan hanya beberapa serangan yang dapat mengenai tubuhnya.

Hantu itu merebahkan diri di kasur lantas bangkit lagi dan tertawa ketika melihat Hafeez. "Kenapa? Aku tidak punya masalah denganmu."

"Dengan menculik Zea maka kau ada di list hantu yang harus kulenyapkan," desis Hafeez dengan nada datar namun dingin.

"Silakan saja!" Fred memeletkan lidahnya mengejek Hafeez kemudian memutari lelaki itu dan duduk di atas lemari.

Hafeez maju mendekati hantu itu dengan langkah tenang kemudian melempar tali yang dia bawa dari rumah. Itu tali pemberian Orion yang katanya jika dilempar ke hantu maka hantu itu akan terperangkap dengan tubuh dililiti tali aneh itu. Ternyata benar, tubuh Fred langsung terperangkap dalam lilitan tali berwarna silver itu.

Fred membelalakkan matanya karena serangan mengejutkan ini. "Lepaskan aku sialan!" serunya seraya berusaha menghilang namun tidak bisa. Tenaganya hilang seolah tali ini lah yang menyerapnya.

"Kau salah memilih lawan, hantu keparat. Kukira kau sulit dilumpuhkan. Ternyata sangat mudah membuatmu tak berdaya," ujarnya tenang seraya menarik tali itu dan membiarkan Fred berbaring di lantai.

Fred terdiam, hantu itu menatap Hafeez dengan tatapan memohon. Ia sungguh benci dengan tali ini karena tali silver ini membuatnya melemah.

"Kenapa kau menculik gadisku?" tanya Hafeez sambil menunduk dan menusuk bahu kiri Fred dengan pedangnya, membuat hantu itu menjerit kesakitan.

"Aku hanya ingin menyentuhnya. Dengan hal itu aku bisa pergi!" seru Fred.

Lelaki berjaket denim itu terkekeh pelan kemudian menusuk kaki Fred. "Bullshit. Kau terobsesi dengan dia hanya karena dia mirip orang di masa lalumu."

Ucapan Hafeez yang begitu tajam itu membuat Fred menghela napas. "Kau juga terobsesi dengannya!"

"Dia milikku. Kau sudah mengganggunya maka kau harus lenyap," ucap Hafeez seraya menusuk bagian perut Fred berkali kali. Ia juga menusuk kepala hantu itu sampai hantu sialan itu berubah menjadi asap hitam.

Aku Bisa Melihat MerekaWhere stories live. Discover now