9. Tidur Nyenyak Yaa!

485 55 11
                                    

Zea merebahkan tubuhnya di kasur setelah mandi dan berganti pakaian. Ia sungguh sangat lelah dengan kenyataan ini. Oke tidak, itu sungguh terlalu dramatis. Perempuan itu meraih laptop di bawah bantalnya kemudian menyalakan benda elektronik tersebut.

"Zea! Pulang sekolah langsung main laptop yaa." Bisikan familiar yang terdengar menjengkelkan serta kepalanya yang serasa ditiup membuat Zea mendongak dan mendapati Fred tersenyum lagi.

Muak sekali dia dengan senyuman itu.

"Bisakah kau keluar dari kamarku? Mengganggu sekali," desis Zea seraya mengikat rambutnya agar tidak kepanasan atau menganggu aktivitasnya.

Iya aktivitas menonton anime. Malam Minggu seperti ini orang sepertinya hanya berbosan ria di rumah dengan suguhan anime ataupun film. Mungkin Zea harus mengganti kata malam Minggu dengah kata Sabtu malam, catat di kepala okay. Kalau Oryza mempunyai film bagus kadang mereka nonton bersama ditemani camilan.

Karena sekarang Oryza entahlah mengapa menjadi agak pendiam, Zea lebih sering menghabiskan malam liburan dengan dirinya sendiri, maksudnya dengan laptopnya. Perempuan itu membuka file bernama anime kemudian menonton anime bergenre fantasi yang kemarin belum selesai dia tonton. Tinggal dua episode lagi akan tetapi Ibu sudah mengetuk pintu kamarnya memerintahkan untuk tidur. Tidak heran, Zea menyetelnya dengan volume tinggi.

"Zee, apa kau mengambil kotak pensilku?" Suara ketukan pintu membuat Zea mendengus sebal, ditambah lagi nada Oryza yang terdengar mau marah-marah. Oh ayolah dia hanya meminjam sebentar namun belum sempat meminta izin.

"Iya sebentar." Perempuan itu meraih kotak pensil warna biru yang ada di meja belajarnya kemudian membuka pintu kamarnya.

"Lain kali kalau mau pinjam izin dulu." Oryza memasang muka judes dan itu membuat Zea memutar bola matanya malas.

"Iya, maaf kakakku sayang. Aku kemarin ingin meminta izin tapi kau tidak di kamar." Zea tersenyum sementara Oryza menghela napas lantas menyentil dahi Zea.

"Jangan diulangi," ujar Ory sambil kembali ke kamarnya yang terletak di samping kamar Zea.

Ketika Zea memegang gagang pintu karena hendak menutup pintu kamar, ia mendapati sesosok nenek di dekat televisi. Tidak, nenek Zea tidak mungkin mengunjungi rumah mereka karena neneknya sedang sakit. Semakin dia melihat sosok itu, sosok itu mendekat dan suasana rumahnya mendadak menjadi mencekam.

Bulu kuduk Zea berdiri, sepertinya kakinya sekarang sudah gemetaran karena dia melihat kepala terbang di belakang sosok nenek itu. Siapa coba yang tidak gemetaran melihat hal seperti itu. Hendak berteriak akan tetapi suaranya tidak kunjung keluar. Apa yang terjadi? Kakinya hendak dia gerakkan namun seperti ada yang menahan sehingga dia tetap berdiri di sana.

Zea menunduk dan mendapati beberapa tangan yang entah berasal dari mana telah mencengkeram kakinya. Semakin dia memperhatikan nenek itu makin mendekat dan dia bisa melihat dengan jelas bahwa nenek yang menunggu laboratorium Fisika berdiri di depannya. Memamerkan senyum khas nenek itu serta keramahan yang membuat Zea menjadi agak tenang meski kepala terbang itu tak kunjung pergi.

"Selamat malam, Zea. Tidur yang nyenyak ya," bisik nenek itu lembut. Entah mengapa bisikan itu membuat Zea menjadi merinding.

"Iya," jawab Zea seraya tersenyum simpul kemudian ia menggerakkan kakinya. Ah syukurlah tangan-tangan sialan itu tidak lagi menahan kakinya. Perempuan itu lantas kembali memasuki kamar dan mengunci pintu kamarnya.

"WHOAAA!" seru Fred dengan suara keras hingga membuat Zea terlonjak kaget.

Dia sampai hampir terjatuh untung saja sadar kalau itu hanya Fred sialan. "Pergi dari kamarku, sialan!" seru Zea seraya melempari Fred dengan buku pelajaran yang kebetulan terjatuh saat tadi ia menyenggol tumpukan buku tersebut.

Aku Bisa Melihat MerekaWhere stories live. Discover now