29. Ayo Bolos Bersama

350 57 30
                                    

Zea selesai membersihkan wajahnya yang tadinya penuh dengan darah hitam milik monster merah. Ia sungguh heran mengapa monster merah itu memiliki darah hitam? Harusnya kan merah.

Perempuan itu juga mendapat pinjaman kaos lama milik Ruya yang terlihat kebesaran saat dipakainya. Zea masih memakai rok sekolahnya yang agak kotor namun ia tak membawa gantinya.

"Wah kau kelihatan mungil sekali," ujar Orion yang sedang mengompres lukanya dengan es batu.

"Lihatlah, kau mau lukamu tambah, eh?" tanya Ruya agak sarkas, lelaki itu menaikkan kakinya di meja dan melanjutkan aktivitasnya bermain game.

"Tadi saat melawan monster itu kita menghabiskan waktu berapa lama?" Zea menguncir rambutnya asal, membuat Hafeez melirik kedua lelaki di depannya.

"Mungkin satu jam," jawab Hafeez enteng. Ia meraih sekaleng soda di meja seraya memukul kaki Ruya yang dengan tidak sopan berada di meja.

"Aduh aku harus pulang. Kakakku akan mencariku."

"Aku tidak yakin kakakmu sudah pulang sekarang," ceplos Orion, lelaki itu sudah selesai mengobati dirinya sendiri.

Mata Zea beralih menatap Orion heran. Bukannya Rion satu kelas dengan kakaknya. "Lho? Bagaimana mungkin?"

"Tadi dia dan kelompoknya berniat belajar kelompok untuk menyelesaikan soal latihan matematika. Ah, mereka niat sekali." Kacamata yang tadi ia letakkan di meja kini diambilnya kembali dan dia pakai. Pandangan yang tadinya blur kini menjadi normal kembali.

"Jadi kau bolos?"

Orion menggeleng, ia memang tidak membolos. "Aku tidak bolos, hanya pulang lebih awal saja. Lagipula aku sudah menyelesaikan latihan soal itu," jawabnya enteng.

Gadis yang sudah duduk di samping Orion itu memicingkan matanya curiga. "Berarti Kak Orion pandai? Tapi kenapa bolos?"

Perbedaan nada bicara Zea tidak luput dari pengamatan Hafeez. Bahkan lelaki itu juga mengamati bibir Zea yang bergerak membicarakan perihal membolos pada Orion. Hafeez meletakkan kaleng sodanya yang kosong kemudian melirik interaksi dua manusia itu.

Perempuan berkucir kuda itu mengambil sebuah soda dingin di meja yang memang disiapkan untuk mereka akan tetapi tiba-tiba Hafeez merebutnya. "Kembalikan!"

"Tidak mau! Minum saja susu kotak itu!" Hafeez menunjuk beberapa susu kotak dengan dagunya. Tangannya dia gunakan untuk membuka kaleng soda itu.

"Aku ingin soda, Hafeez!" seru Zea kesal.

"Susu kotak saja. Soda tidak sehat." Mata hazelnya melirik susu kotak yang tak tersentuh itu.

Zea mengembungkan pipinya sebal. "Tapi kau juga meminumnya. Aku ingin minuman bersoda itu!" Gadis itu hendak merebut minuman tersebut namun Hafeez buru-buru meminum soda tersebut.

"Huahh, segarnya!"

"Kau bisa mengambilnya di kulkas kalau mau." Karena aktivitas bermain gamenya terganggu, Ruya akhirnya buka suara.

Mata Zea berbinar, akan mengambil minuman bersoda yang terlihat menyegarkan namun suara ponselnya membuat dia mendengus. Kakaknya menelpon, sungguh kejadian langka yang sepertinya harus dia abadikan. Apa Zea perlu merekam pembicaraan mereka?

"Aku pulang terlambat. Nanti aku akan membawakanmu makanan. Jangan kebanyakan nonton Anime!" Suara kakaknya memenuhi telinga Zea. Gadis itu hanya mengangguk patuh walau sebenarnya orang yang menelponnya tidak melihat.

"Iya baiklah."

Hanya itu saja dan Oryza langsung menutup telponnya. Sepertinya kakaknya itu sedang sibuk. Wajar saja, kakaknya nampak terobsesi mendapat nilai terbaik.

Aku Bisa Melihat MerekaWhere stories live. Discover now