4. Tololnya Murni dari Pegunungan

594 64 3
                                    

"Ini, cepat minum. Aku tahu kau tidak membawa air minum dari rumah." Hafeez menyodorkan air mineral yang baru saja dia beli kepada perempuan yang tengah mengipasi dirinya sendiri dengan telapak tangan.

Zea merasa panas sekali setelah penilaian voli, panas matahari juga membuatnya semakin berkeringat. Perempuan berkuncir kuda itu menerima air mineral yang disodorkan kepadanya. Dia membuka tutup botol itu sembari melihat temannya yang lain sedang penilaian. Untung saja penilaian dimulai dari absen terakhir jadi dia bisa bersantai setelah penilaian sembari menonton yang lainnya.

"Ahh, segarnya. Arigatou."

Hafeez menoleh dengan raut sedikit terkejut. "Sialan, coba ucapkan itu sekali lagi." Dia menepuk bahu Zea beberapa kali membuat perempuan itu mendengus kesal dan bergeser menjauh darinya.

"Apa?" tanyanya lantaran tidak paham apa yang baru saja dikatakan temannya itu. Dia meminum air mineral dingin itu lagi hingga tinggal setengah botol kemudian menyerahkannya kepada Hafeez.

"Ayolah, ucapkan 'arigatou' lagi. Arigatou onii chan!" Wajah Hafeez tampak berbinar, ia menerima air mineral yang disodorkan oleh Zea sembari masih menatap perempuan itu.

"Arigatou Onii chan. Memangnya kenapa?" Zea mengernyit heran, dia hanya mengucapkan kata itu yang berarti terima kasih, mengapa harus diulang? "Ah, lagi pula kita seumuran. Aku tidak mau lagi memanggilmu dengan sebutan itu."

"Hey, aku lebih tua setengah tahun darimu, Nak. Panggil aku seperti itu, okey?" Hafeez hendak menepuk kepala Zea namun ditepis oleh perempuan itu.

"Terserah. Aku tidak peduli."

Zea akhirnya mendekati Dea yang baru saja selesai penilaian karena malas berdebat dengan Hafeez, lelaki itu selalu membuat moodnya yang semula baik menjadi hancur. Dea tampak mengelap keringat di dahinya dengan telapak tangannya, perempuan itu menoleh ketika Zea duduk di sampingnya. Ia langsung menjitak kepala Zea begitu perempuan berkuncir kuda itu menatapnya.

"Aku sedang tidak ingin ribut," ujar Zea sembari memutar bola matanya malas.

"Kau lupa? Gara-gara kau sekarang anak-anak di kelas jadi sering bertanya ada apa dengan aku dan Gian!" Dea menggembungkan pipinya lantas mengacak rambut sebahunya frustrasi.

"Oh bagus. Dengan begitu kalian akan makin mudah dekat." Zea tersenyum simpul kemudian kembali menatap ke lapangan.

Seorang lelaki, ah tidak, Zea yakin dia bukan manusia sepertinya. Lelaki itu seperti yang kemarin dia temui saat di gudang. Rambut cokelat yang klimis, mata biru laut yang mampu membuat orang betah menatapnya serta pakaian kumuh yang membuatnya terlihat kurang menarik. Mungkin jika lelaki itu mengenakan pakaian yang layak dia akan terlihat tampan. Zea menampar pipinya sendiri karena memikirkan hal aneh seperti itu.

"Aih, hai." Lelaki berpakaian kumuh itu tiba-tiba berjongkok di hadapanya sambil tersenyum begitu lebar hingga giginya yang rapi terpampang jelas.

Zea tidak membalas sapaan itu, dia justru pura-pura sedang melihat teman sekelasnya yang sedang bermain bola voli. Astaga, wajah lelaki itu membuatnya merinding ketika tersenyum begitu lebar. Senyum yang menurut dia seperti mengatakan bahwa lelaki itu akan memakannya.

"Oi, Jagung!" Seseorang menepuk bahu Zea, membuat Zea menoleh dan mendengus secara bersamaan ketika sadar bahwa orang itu adalah Hafeez.

"Namaku Zea, bukan jagung!" seru Zea sebal. Harusnya saat bayi dia protes saja agar ayahnya yang merupakan penyuka bahasa latin memberinya nama seperti itu. Beberapa orang yang mengetahui bahwa namanya sama dengan nama latin jagung pasti akan mengejeknya dan itu membuatnya kesal setengah mati.

"Okey, Jagung. Aku akan memanggilmu seperti itu." Hafeez tersenyum miring seraya melihat arah tatapan Zea. "Apakah lelaki itu tampan?"

"Yeah, menurutku dia tampan andai pakaiannya tidak kumuh. Tunggu, kau bisa melihat lelaki itu?" tanya Zea seraya menunjuk lelaki berbaju kumuh yang sekarang berjalan menjauh ke arah perpustakaan.

"Bisa."

Mata Zea membelalak kaget, dia menatap Hafeez dengan serius. Alisnya sampai hampir bertautan dan dahinya berkerut. Dia mencari kebohongan di wajah Hafeez namun tetap saja dia tidak bisa mendeteksi kebohongan karena tidak mempunyai alat pendeteksi kebohongan.

"Benarkah? Kenapa tidak mengatakan kepadaku sejak kemarin?" Zea berbisik sembari melihat ke sekitar dan berdoa semoga orang-orang tidak mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Lagipula kau tidak bertanya dan hey, aku tidak menduga kau akan mudah percaya saat aku mengatakan itu." Lelaki itu terkekeh pelan lantas menyisir rambutnya yang basah oleh keringat ke belakang agar tidak menutupi wajahnya. Entahlah, Zea tidak tahu kenapa Hafeez memanjangkan rambut bagian depannya. Yeah, di sekolahnya memang tidak ada aturan tentang rambut siswa atau siswinya harus bagaimana.

Zea mengerjap bingung setelah mendengar yang dikatakan Hafeez. "Jadi kau hanya berbohong kalau bisa melihatnya?" Perempuan itu sudah sangat siap untuk menjitak kepala Hafeez namun berhenti saat lelaki itu tertawa terbahak-bahak hingga beberapa teman sekelas menatap mereka heran.

"Aku serius. Ternyata kau tololnya murni dari pegunungan ya." Hafeez mencubit pipi Zea gemas, membuat perempuan itu dengan spontan menjitak kepala lelaki itu beberapa kali.

"Sialan!" Zea berdiri kemudian menendang kaki Hafeez agak kencang hingga pemilik kaki itu meringis kesakitan.

Perempuan itu lantas menjulurkan lidahnya dan pergi ke kantin karena pelajaran olahraga sudah selesai. Perutnya sudah memberi kode agar diisi makanan. Ia terlonjak kaget begitu lelaki berpakaian kumuh itu muncul di hadapannya secara tiba-tiba. Lelaki itu tersenyum lagi, senyumnya begitu menyeramkan menurut Zea sampai perempuan itu menelan ludahnya gugup.

"Zea Mays. Nama yang menarik, akan lebih menarik lagi kalau kau ikut denganku." Lelaki itu menaikturunkan alisnya, disertai senyum lebarnya lagi hingga Zea menggigit bibir bingung mau menjawab atau kabur.

Zea mengelus tengkuknya kemudian berusaha bersikap tenang. "Apa maksudmu?" tanyanya sembari melihat sekeliling.

Lho kok sekolah mendadak jadi sepi?

•••
*onii chan=kakak laki-laki
*arigatou=terima kasih

Fyi,  Hafeez itu lolicon wowkwowowkk

Oeeee, maaf aku jarang update. Eh gapernah update ding, uhukk 😂 Gaada ide buat nulis juga sama lagi suka main game 😂 Tambah males dahh

Makasih yang udah mau baca cerita receh ini

Aku Bisa Melihat MerekaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora