18. Tunggu Saja

354 58 14
                                    

"Wah kamarmu simple sekali. Tidak terlalu banyak barang di sini." Bella terus berkeliling kamar Zea. Entahlah ini mungkin sudah kali ke lima hantu itu mengelilingi kamar manusia yang baru dikenalnya itu.

Zea melepas dasi yang sedari tadi terasa mencekiknya. "Aku tidak suka terlalu banyak barang." Perempuan itu meraih sebotol susu cokelat di meja belajarnya.

"Kau tidak bosan apa di kamar? Kurasa tidak ada yang menarik si sini." Hantu berambut kecokelatan panjang itu lalu duduk di kasur dan menatap Zea yang sekarang sedang asyik meminum susu cokelat.

Zea menoleh kemudian berdecak. Hey dia bahkan bisa bertahan di kamar selama seminggu penuh asal ada makanan, minuman, dan tentu saja anime. "Tentu saja tidak, aku punya banyak kegiatan yang bisa kulakukan."

"Aku bahkan sering kebosanan di rumah Hafeez. Di sana banyak hantu sih tapi tetap saja bosan."

"Ah, kenapa kau menjaga rumah lelaki itu?" tanya Zea santai walaupun masih agak kesal karena Bella sekarag tersenyum lebar.

"Karena Hafeez tampan." Bella nyengir sambil menepuk-nepuk pipinya sendiri.

Zea mencebik kemudian meraih ponselnya yang sangat sepi karena tidak ada notifikasi. "Yah yah, sebenarnya ada masalah apa kau ini?" tanyanya langsung pada intinya.

Bella menunduk, wajahnya mendadak muram dan matanya menatap kosong cermin yang tidak memantulkan bayangannya. Zea yang baru saja melontarkan pertanyaan itu langsung merasa bersalah dan hendak menepuk bahu Bella untuk menenangkan. Ah dia baru ingat kalau dia tidak bisa menyentuh hantu

"Aku benci dengan mantan pacarku. Aku ingin balas dendam," desis Bella dengan sorot mata tajam menatap Zea.

"Kenapa kau menatapku tajam?" Zea langsung mengelus tengkuknya.

Bella tertawa keras melihat ekspresi wajah Zea. "Kau lucu. Pantas saja Hafeez akrab denganmu. Ngomong-ngomong, kau mau tidak membantuku?"

Zea mendengus sebal karena Bella tertawa keras namun dia tetap saja mengangguk. "Baiklah aku akan membantumu. Aku lapar, aku mau makan dulu."

Ketika Zea membuka pintu kamarnya, dia dikejutkan dengan Fred yang tersenyum sangat lebar dan Abel hantu cilik yang sekarang menaruh boneka lusuh di kepala. Berhari-hari ini dia tidak melihat Fred namun kali ini hantu itu malah muncul lagi. Hancurlah harapan hidup tenang Zea tanpa gangguan dua hantu menyebalkan itu.

Abel meringis ketika menatap Zea yang seperti hendak menerkamnya. Bocah itu langsung minggir dan berujar, "Silakan lewat, Kakak cantik!"

Fred tetap tidak mau minggir. Hal itu membuat Zea berdecak tidak suka dan menatap Fred tajam. Perempuan itu lalu berjalan menembus Fred, ah bisa. Setidaknya jika dia melihat hantu dia bisa menembusnya.

"Kau mau ke mana?" Fred terbang di samping Zea.

"Makan. Pergilah hantu pengganggu!" seru Zea sebal. Ayolah harinya tanpa Fred sungguh tenang namun kenapa hantu ini muncul lagi?

"Lihat saja aku pasti bisa menyentuhmu. Tunggu saja," bisik Fred pelan, membuat Zea merinding akan tetapi perempuan itu buru-buru ke ruang makan.

Rumahnya sepi. Oryza les dan orangtuanya belum pulang. Sebenarnya tidak sepi, ada beberapa hantu di rumah Zea yang kadang bercakap dengan Zea layaknya teman. Itupun jika mood berbicara Zea sedang bagus jika tidak dia akan diam saja saat hantu-hantu itu menyapa.

Seperti saat ini, sesosok lelaki yang selalu duduk di atas kulkas tiba-tiba saja sudah duduk di kursi dekat dengan meja makan. "Mau makan? Mau kutemani?" tanyanya ramah.

Perempuan itu menggeleng tidak minat. "Pergilah, aku tidak minat melihatmu."

"Baiklah, aku hanya akan duduk di atas kulkas saja."

Zea lagi-lagi mengendikkan bahu tidak peduli dan mengambil nasi serta lauk yang dimasak ibunya.

•••

"Bagaimana kabarmu?" Wanita berpakaian sangat rapi, mungkin saja dia menyetrika pakaiannya dengan sangat teliti, duduk tenang di samping lelaki bermata hazel.

"Baik, aku masih bernafas, kan?" jawab lelaki yang masih mengenakan seragam sekolahnya itu. Dia sekarang sedang fokus memainkan game android yang sedang popular.

Wanita itu tersenyum kemudian mengelus rambut putranya itu penuh kasih sayang. "Kau tidak membutuhkan sesuatu dari Mama?" tanyanya lagi.

"Bisakah Mama membelikanku sneakers baru? Aku terlalu malas membelinya sendiri." Hafeez meletakkan ponselnya begitu karakter yang dia mainkan tertembak dan tewas.

"Baiklah besok akan aku belikan. Kau mau yang warna apa? Hanya itu saja?" Nina kemudian mengotak atik ponselnya sebentar.

Hafeez nampak berpikir kemudian lelaki itu menepuk tangan kanannya ke pahanya sendiri. "Hoodie boleh juga. Warna hitam saja keduanya. Kau yang terbaik, Mama!" seru lelaki itu girang seraya memeluk mamanya.

"Aku memesan makanan untukmu. Jika mau sesuatu kau bisa menelfon Mama. Mama ada acara dengan teman." Nina merapikan rambutnya sebentar kemudian mengambil tasnya di meja.

Hafeez berdecak sebal kemudian meletakkan kakinya di meja. "Cih kalau begitu Mama tidak perlu menyuruh orang Mama untuk menjemputku jika Mama akan keluar dengan teman Mama."

"Ini berkaitan dengan bisnis, Hafeez. Kau jangan keseringan memainkan komputer, jaga kesehatan juga." Wanita bermata hazel itu mencium kening Hafeez kemudian meninggalkan beberapa lembar uang kepada putra tunggalnya itu.

"Lumayan juga." Hafeez mengantongi uang pemberian mamanya sambil bersiul senang. Setidaknya ibunya peduli dengan dia.

Tak lama kemudian seorang lelaki yang merupakan orang suruhan ibunya, masuk dan membawakan sekotak makanan kepadanya. Hafeez tersenyum lebar sambil menatap kotak itu.

"Paman tidak mau makan denganku?" tanya Hafeez kepada lelaki bertubuh kekar itu.

Lelaki itu menggeleng kemudian membungkuk dan pergi dari sana. Meninggalkan Hafeez yang berdecak sebal. "Kaku sekali orang-orang Mama. Apa aku perlu mengajari mereka cara bercanda?"

Dia mengambil potongan pizza lalu memakannya lahap. Ia menyalakan ponselnya dan melihat beberapa pesan LINE dari perempuan-perempuan yang tidak dia kenal. Lelaki itu menggulir chat dan berhenti saat menangkap chat dia dengan Nona Galak.

Lelaki itu dengan iseng mengirim pesan kepada Zea. Dia mengambil tisu di meja dan membersihkan tangan serta bibirnya setelah makan. Tidak ada balasan ataupun tanda-tanda telah dibaca oleh Zea. Dia menghela napasnya kemudian merebahkan tubuhnya di sofa yang pada akhirnya dia tertidur.

Bunyi ponselnya yang keras membuat Hafeez terbangun. "Siapa yang menelepon. Huh sudah jam 9 malam ternyata."

Matanya masih kurang fokus namun begitu tahu siapa yang menelponnya lelaki itu langsung mengangkatnya. "Halo Nona Ga-"

"Hafeez, kumohon tolong aku." Ada nada takut di sana dan isak tangis tertahan.

•••

Huhuhu selamat lebaran kawan-kawan. Lebaran gini aku malah males nulis :( hawanya rebahan terus sambil stalk orang aduh.

Nahloh ada apa sama si Nona Galak hayooo

Semoga ya suka sama ceritanya. Jangan lupa vote dan comment

Aku sayang kalian :*

Aku Bisa Melihat MerekaWhere stories live. Discover now