5. Bolehkah Aku Menampar Ginjalnya?

542 54 3
                                    

Zea melihat sekeliling, dia sadar saat ini dia tidak sedang berada di sekolah.  Ia menghela napas sebal serta heran mengapa dia jadi muncul di tempat aneh. Misalnya kemarin di gudang dan sekarang parahnya lagi di tempat asing.

"Puh, tempat macam apa ini sialan." Zea menengok dan mendapati lelaki berseragam SMA yang sangat dia kenali tengah menepuk-nepuk celana abu-abu. Mungkin untuk menghilangkan debu yang menempel saat dia jatuh beberapa detik yang lalu.

"Aih kenapa bisa ada di sini?" Zea menghampiri Hafeez yang juga menatapnya. Namun tatapan Hafeez berbeda, lelaki itu menatapnya datar kemudian memasang muka mengejek ke perempuan itu.

"Jangan-jangan kau takut lagi." Hafeez menatap sekeliling dan melihat orang-orang berpakaian seperti di kerajaan-kerajaan kuno berlalu lalang. Mereka nampak biasa saja dan tidak terganggu dengan kehadiran dua bocah SMA di tengah jalan itu.

Zea melotot sebal kemudian meminggirkan badannya ketika ada orang yang hendak lewat. "Siapa bilang! Astaga aku sangat sial sekali terjebak di sini dengan manusia sepertimu." Perempuan itu menghela napas kesal.

"Aku malah merasa sangat beruntung," ujar Hafeez diiringi tawa khas dirinya yang membuat suasana hati Zea tambah buruk.

"Zea Mays."

Zea langsung mengelus tengkuknya yang merinding karena ada yang memanggil namanya dengan berbisik. Seolah pemanggil itu ada di sampingnya. Ia menatap Hafeez namun lelaki itu justru sibuk dengan ponsel hitamnya. Perempuan itu kemudian mengedarkan pandangannya mencari orang yang memanggilnya namun yang dia lihat di sekitarnya hanya para perempuan muda ataupun wanita tua yang berlalu lalang. Padahal suara yang memanggilnya jelas-jelas suara lelaki, di jaman ini pasti belum ada voice changer kan?

"Eh Jagung, sini! Aku harus mengabdikan ini." Hafeez menarik Zea agar mendekat serta kebetulan ada juga gerombolan lelaki yang akan melewati jalan tempat Zea berdiri mematung.

Zea menatap heran Hafeez yang tersenyum ke arah depan, kemudian perempuan itu mengikuti arah pandang lelaki di sampingnya yang ternyata memandang layar ponsel yang menampakkan foto mereka berdua. Perempuan itu melotot dan hendak merebut ponsel Hafeez untuk menghapus foto tersebut akan tetapi tindakannya tercegah karena segerombolan orang berpakaian hitam lewat di depan mereka. Beberapa lelaki yang terbelakang mengangkat tandu yang nampak megah. Tandu berwarna cokelat keemasan dengan ukiran naga dan  ular.

"Hey mereka berhenti," bisik Hafeez ketika lelaki yang membawa tandu berhenti di depan mereka.

Jantung Zea berdetak lebih cepat dari biasanya begitu melihat orang yang keluar dari tandu itu. "Apa-apaan ini!"

"Jagung. Kenapa dia mirip sekali." Hafeez bergantian menatap orang yang keluar dari tandu itu dan Zea yang juga melongo.

Seorang perempuan berwajah sangat mirip dengan Zea berjalan keluar dengan wajah angkuh mengenakan gaun berwarna merah muda serta membawa boneka berwarna senada dengan gaunnya. Beberapa saat kemudian seorang lelaki yang tadi dia lihat di lapangan. Rambutnya tertata rapi, pakaiannya juga tidak kumuh dan dia terlihat seperti orang terpandang di sini. Lelaki itu memeluk perempuan berwajah mirip dengan Zea itu kemudian mencium dahi perempuan itu.

"Oh Fred!" seru perempuan itu dengan girang lantas memeluk lelaki yang barusan mencium dahinya.

"Sepertinya mereka pasangan yang sedang kasmaran. Tapi mengapa mirip sekali dengan dirimu eh?" Hafeez menaikturunkan alisnya kemudian memotret dua pasangan yang sedang bermesraan di tengah jalan itu.

"Tidak tahu malu apa mereka bermesraan di jalan. Dilihat pula oleh orang-orang," ujar Zea seraya menghela napas karena wajah perempuan itu. Dia seperti melihat dirinya sendiri, apa-apaan ini?

"Ah, nanti aku akan memposting ini di Instagram!" seru Hafeez antusias yang membuat Zea melotot lalu menendang kaki kanan lelaki itu.

"Kau akan mati jika mempostingnya," kata Zea seraya menggerakkan ibu jarinya di dekat lehernya sendiri, seperti akan menghabisi Hafeez.

Hafeez yang melihat itu juatru tertawa pelan. "Hey aku hanya bercanda."

Suara teriakan terdengar begitu nyaring di telinga dua bocah SMA itu. Mereka lantas memfokuskan pandangan ke perempuan yang sudah bersimbah darah dengan pisau tertancap di leher perempuan itu. Baru beberapa menit yang lalu Zea seperti melihat dirinya sendiri sekarang dia seperti melihat dirinya meregang nyawa. Lelaki bermata biru yang tadi bermesraan dengan perempuan itu langsung berteriak cemas dan mengumpat keras disertai wajah sedih serta marah.

Namun, mengapa Zea melihat lelaki itu tersenyum miring?

Gelap

Mengapa semuanya mendadak gelap

"Jagung, hey!"

Perempuan itu mengucek matanya kemudian melihat sekelilingnya yang mendadak berubah jadi jalan menuju kantin. "Bagaimana bisa aku di sini lagi? Aih padahal aku sangat penasaran apa yang terjadi setelahnya." Zea menepuk dahinya beberapa kali kemudian menghela napas lagi.

"Hey, nanti jidatmu jadi lebar kalau kau keseringan menepuknya." Lelaki di depannya nyengir tanpa desa sambil menyodorkan air minum lagi. Zea heran mengapa lelaki itu jadi baik padanya.

Okey, memberikan air minum belum tentu lelaki itu baik.

"Thanks," ujar Zea seraya membuka tutup botol air mineral yang diberikan Hafeez kemudian meneguk isinya. Perempuan itu memejamkan matanya dan mengingat kejadian tadi.

Senyum miring itu masih terngiang di benak Zea.

"Sudahlah jangan terlalu dipikirkan." Hafeez menepuk kepala Zea beberapa kali kemudian berjalan menuju kelas, meninggalkan Zea yang mulai didatangi oleh lelaki berpakaian kumuh, yang Zea ketahui namanya adalah Fred.

Lelaki itu menatapnya, setelah itu tersenyum miring. Astaga senyum itu!

Mengapa Zea jadi ingin menampar ginjal hantu di depannya ini?

•••

MUEHEHEE
Akhirnya dapet ide, update deh. Makasih ya yang udah mau baca cerita ini. Aku sayang Hafeez deh, eh sayang kalian deh. Ehe 😂😂

Aku Bisa Melihat MerekaWhere stories live. Discover now