11. Dasi Keramat

468 57 14
                                    

Zea mengetukkan kepalanya beberapa kali ketika sudah duduk di bangkunya. Saat ini kondisi kelas masih sepi lantaran dia datang terlalu pagi. Salahkan dia yang salah mengatur alarm di ponsel. Beberapa hantu terlihat baru keluar dari laboratorium fisika saat Zea tadi berjalan menuju kelas.

Sebenarnya ada yang sudah berangkat, namun tidak satu kelas dengan dia. Perempuan itu menghela napas beberapa kali ketika melihat makhluk bukan manusia memasuki ruangan kelasnya. Dia juga agak merinding ketika melihat Nenek Diana yang memasuki kelasnya saat ini.

Nenek itu tiba-tiba saja sudah berada di depan Zea, wajahnya tidak seramah biasanya. "Kenapa kau tidak pulang? Kau ingin aku menghukummu?"

Nenek berambut putih itu lantas mengambil buku absen kelas di meja guru lalu memukul Zea beberapa kali hingga gadis itu kesakitan dan menggeram marah. Ayolah siapa yang tidak kesal saat ada yang memukul karena suatu alasan tidak pasti. Wajah Zea sudah memerah, beberapa detik yang lalu Nenek Diana memukul pipinya dengan buku itu. Sialan.

"Oi Zea! Apa yang kau lakukan?" Hafeez berdiri di dekat pintu masuk dengan gaya yang aneh sekali. Bagaimana tidak, laki-laki itu menggunakan dasi osis sebagai ikat kepalanya. Seperti saat Dea kerasukan itu.

"Sialan nenek ini memukuliku terus. Bantu aku lah bukan hanya melihat saja!" seru Zea kesal seraya masih menghindari pukulan nenek itu. Sepertinya Nenek Diana belum menyadari kehadiran Hafeez karena dia masih sibuk membentak-bentak Zea dengan berbagai umpatan kasar.

"Kau pulang malam terus! Sekalian saja tidak perlu pulang, main saja sana dengan teman sialanmu itu. Sungguh hanya menyusahkanku saja!" bentak nenek tersebut yang membuat telinga Zea kesakitan karena suaranya yang sangat keras.

Hafeez terbahak-bahak melihat ekspresi sebal Zea ditambah perempuan itu sibuk menghindari Nenek Diana. Bahkan Zea sampai menaiki kursi lalu melompat turun demi keselamatan tubuhnya. Lelaki itu lantas melepas dasi yang tadi dia ikatkan di kepalanya kemudian berjalan mendekati Zea yang sudah terpojokkan di pojok kelas.

"Tangkap. Pakai ini saja menyerangnya! Semangat Jagungku!" seru Hafeez girang setelah melempar dasi itu ke kepala Zea. Dia langsung duduk di bangkunya sambil menopang dagu melihat aksi teman sekelasnya itu.

"Ini untuk apa sialan. Mana bisa dasi ini bisa membuatnya lenyap!" ujar Zea setelah berhasil lolos sebentar dari pukulan nenek menyebalkan itu. Dia bertaruh nanti pasti tubuhnya jadi biru-biru seperti Avatar.

"Ck, itu dasi keramat. Coba saja kau lempar ke muka nenek itu." Hafeez mengeluarkan roti dari tasnya lalu memakannya sambil menikmati perseturuan di depan matanya. Ternyata sangat asyik melihat mereka bertengkar, ah tidak, lebih tepatnya sangat asyik melihat ekspresi Zea yang berubah-ubah.

"Menikmati hmm?" tanya Fred yang baru saja muncul di depan Hafeez membuat lelaki itu tersedak rotinya sendiri.

"Dasar hantu sialan," desis Hafeez sambil meneguk sekaleng minuman bersoda yang dibawanya dari rumah.

"Aduh!" Nenek Diana mengaduh sambil memegangi pipinya yang terkena dasi Hafeez.

Zea memukulkan dasi itu berkali-kali di tubuh nenek itu hingga terdengar jeritan pilu Nenek Diana. Terserah dia tidak peduli lagi, badannya sudah sakit karena dipukuli. Dia menyesal menyapa nenek penunggu laboratorium fisika itu, ah lagipula Hafeez tidak memberitahu dia lebih awal.

Nenek Diana menjadi asap hitam setelah menjerit kesakitan.

"Apa dia sudah lenyap?" tanya Zea pada Hafeez yang sibuk meneguk minuman bersodanya.

Hafeez mengangguk pelan kemudian meletakkan kaleng yang sudah tidak berisi itu di mejanya. Ia menatap Zea yang nampak kelelahan, wajahnya memerah, beberapa bagian di tangannya terlihat memar serta rambut perempuan itu acak-acakan.

"Rapikan dulu rambutmu," ujar Fred seraya melayang ke arah Zea. Lelaki itu membuat Zea memutar bola matanya malas namun tetap saja Zea langsung merapikan rambutnya lagi.

Beberapa teman sekelas mereka sudah mulai berdatangan. Untung saja saat tadi dia dipukuli nenek itu mereka belum datang. Coba saja kalau mereka melihat buku abseb melayang-layang memukulinya pasti mereka akan histeris ketakutan. Kemudian mereka akan tahu kalau Zea bisa melihat hantu.

Dua buah permen tusuk diletakkan di meja Zea. Perempuan itu mendongak dan menatap Hafeez yang baru saja meletakkan permen itu. "Untukmu. Nah seperti tadi dong berani."

Setelah mengucapkan itu Hafeez langsung mengacak rambut Zea. Astaga kenapa lelaki itu suka sekali mengacak rambutnya, sungguh kalau saja tadi Hafeez tidak langsung enyah dia pasti akan mendapat jitakan.

"Lain kali, kubasahi tulang keringmu!" seru Zea kesal. Hafeez yang hendak keluar kelas menoleh sejenak kemudian tersenyum lebar dan memasang wajah tidak berdosa.

"Wah, Zee. Kau menyukai Hafeez ya?" tanya Riana yang baru saja memasuki kelas. Perempuan berambut hitam legam itu tidak langsung menuju bangkunya untuk meletakkan tas namun malah menuju ke bangku Zea.

"Tidak juga. Memangnya kenapa?" Zea balik bertanya seraya membuka salah satu bungkus permen dan memakan permen itu.

Riana tampak menghembuskan napas lega lalu berujar, "Ah tidak apa-apa. Ngomong-ngomong wajahmu kok merah kenapa?"

"Tadi uhmm—"

"Oi Jagung!" Seruan itu membuat dua perempuan yang tengah bercakap itu menoleh. Di depan kelas, Hafeez memamerkan sebungkus es batu kepada Zea.

Apa coba maksudnya?

"Ini, lain kali jangan jatuh lagi yaa," ujar Hafeez dengan senyum tipis. Lelaki itu menatap lengan Zea yang nampak memar dan menempelkan es itu di sana tanpa permisi.

"Dingin, sialan!" desis Zea karena tiba-tiba lengan kanannya terasa dingin, ternyata Hafeez menempelkan es batu di sana.

"Yang penting nenek itu sudah lenyap. Yah semoga saja tidak ada hantu lain yang menjahilimu."

Zea menatap Hafeez tajam, apa lelaki itu sedang mendoakan agar dia dijahili hantu, sungguh sepertinya Zea perlu menambahkan nama Hafeez Rajata di daftar orang menyebalkan di hidupnya. Diganggu nenek laboratorium fisika saja dia sudah pusing apalagi jika diganggu makhluk lain. Ditambah ada Fred yang suka muncul tiba-tiba dan hilang tiba-tiba juga.

"Maksudku, hanya aku yang boleh menjahilimu," bisik Hafeez pelan lantas menempelkan es itu di dahi Zea.

•••

Jadi, gimana? Semoga suka ya sama cerita gak jelas ini. Makasih banget udah mau baca hehehe jangan lupa vote dan comment biar aku semangat nulisnya.

Dasar Hafeez jahil yaa:')

Ini Zea pas awal-awal lihat hantu maap ya gambarku jelek:'(

Ini Zea pas awal-awal lihat hantu maap ya gambarku jelek:'(

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Hayu hayu follow instagram aku @afidaav

Aku Bisa Melihat MerekaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant