37. Hilang

305 50 39
                                    

Zea sudah berangkat sekolah walaupun kakaknya yang mengantarkannya kemudian pulangnya dia dijemput oleh Ibunya. Gadis itu melangkah dengan agak malas ke kelas, dia malas sekali jika nanti akan diberondongi beberapa pertanyaan oleh teman sekelasnya. Well, siapa lagi kalau bukan si kampret itu yang menyebarkan fakta bahwa dia sedang sakit sehingga kemarin dua hari tidak masuk sekolah.

"Sudah sembuh, Ze?" Dea langsung berlari kecil menghampiri Zea. Gadis berambut pendek itu lantas mencubit pipi Zea dan berujar, "Aku sangat merindukanmu!"

Zea memutar bola matanya malas. "Iya sudah lebih baik daripada kemarin."

Riana yang duduk di depan teras memandangi Zea dengan tatapan tajamnya namun dia langsung tersenyum begitu Zea menatapnya. "Hai Ze, syukurlah kau sudah berangkat."

"Oh, hai," balas Zea singkat karena dia menangkap tatapan tajam dari Riana dan senyum terpaksa temannya itu.

Dea merangkul Zea hingga gadis yang lebih pendek darinya itu mengaduh dan terlihat kesakitan. "Kau kenapa?" tanyanya cemas.

"Bahu kiriku masih sakit," ujar Zea dengan nada kesal kemudian Dea melepas rangkulannya dan mengelus pelan bahu kiri temannya itu.

"Kata Hafeez kau terjatuh dari motor ya," kata Dea yang berjalan di sebelah Zea. Perempuan itu menatap bahu kiri Zea lagi.

Zea mengerjap, pasalnya bahunya sakit bukan karena jatuh dari motor. Apa lelaki itu sengaja membuat alasan bahwa dia jatuh dari motor sehingga tidak bisa masuk sekolah. "Ah iya," jawab Zea menyetujui itu.

Bagaimanapun juga jika ia mengatakan itu sakit bukan karena terjatuh melainkan karena ditusuk dengan pisau pasti Dea akan menanyainya berbagai macam pertanyaan. Belum lagi jika Dea memintanya untuk menjelaskan hal itu, Zea terlalu malas menceritakan kejadian itu.

"Oh iya, minggu depan kita ulangan kenaikan kelas lho! Aduh aku belum belajar dan masih banyak materi yang belum aku kuasai!" Dea berseru panik sembari memukul dahinya sendiri beberapa kali. Hal itu membuat Zea terbahak karena kecemasan Dea.

Tidak dipungkiri ia juga cemas akan ulangan tersebut. Belum lagi fakta bahwa dua hari ini ketinggalan pelajaran membuatnya menghela napas. Ia harus meminjam catatan Dea dan menyalinnya kemudian belajar sendiri. Sepertinya sudah lama dia tidak belajar karena banyak peristiwa aneh yang terus mengguncangnya.

Mengguncang otak sekaligus jiwanya.

"Hafeez belum berangkat." Zea berujar dengan pelan setelah dia menoleh untuk memeriksa keberadaan lelaki menyebalkan itu.

"Zea Mays," bisik sebuah suara yang langsung membuat Zea membelalakkan mata dan merinding.

Gadis itu menoleh namun ia tidak menemukan sosok itu. Akhirnya gadis itu mengedarkan pandangannya demi memenuhi rasa penasarannya. Tatapannya berhenti ketika ia menatap di samping kanan meja guru, sesosok hantu dengan mata biru laut yang menatapnya. Hantu itu tersenyum begitu lebar hingga membuat Zea menunduk dan makin gemetaran.

Gadis itu bersembunyi di bawah meja sembari menutup mulutnya. Dia berusaha bernapas dengan normal namun tidak bisa, udara begitu pengap. Keringat dingin mulai bercucuran dan kilasan ingatan tentang tusukan di bahunya membuatnya menggigit tangannya sendiri.

"Zea? Kau kenapa?" tanya Riki seraya menyentuh bahu gadis yang berada di kolong meja itu.

Zea mendongak kemudian menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa."

Gadis itu langsung duduk lagi di bangkunya lantas menatap ke arah meja guru yang kosong. Tidak ada sosok Fred di sana.

Bagaimana mungkin?

•••

Lelaki itu melemparkan bola kastinya ke kepala pria yang sengaja dia ikat di kursi. Dia menatap pria yang kesakitan itu dengan tajam. Baru sekitar 30 lemparan dan pria itu hampir pingsan.

Hafeez berdecak kesal, ini benar-benar membosankan.

Lelaki itu kemudian mengambil sebuah pisau kecil di meja yang terlihat mengkilap. Ia berjalan mendekati pria berpakaian hitam itu kemudian membuat pria itu mendongak dengan jambakan.

"Kau telah menyentuh dia. Aku pastikan kau akan menyesal," ujar Hafeez dengan nada dingin dan penuh ancaman.

Pria itu menggeleng kuat, ia juga meronta berharap bisa lepas. "Aku tidak melakukan itu!" serunya tidak terima karena sejak kemarin ia memang tidak tahu apa-apa.

Bagaimana mungkin ia baru sadar kemudian berada di tempat aneh yang tidak dia kenali. Bahkan juga dituduh telah mencelakai seseorang.

Hafeez menatap tajam pria itu hingga nyali pria itu ciut. "Aku tidak peduli. Tanganmu sudah menyentuhnya!" serunya.

Hafeez menancapkan pisaunya di bahu kiri lelaki itu seraya mengingat betapa kesakitannya seorang Zea karena tusukan di bahu kiri gadis itu. Dia menusuk bahu kiri pria itu lima kali kemudian mengambil kapak dan memotong kedua tangan pria itu. Dia tersenyum puas atas semua yang dia lakukan.

"Katakan selamat tinggal pada dunia," bisik Hafeez.

Lelaki itu kemudian menghujam dada kiri pria itu hingga wajahnya terciprat darah pria itu. Lagi-lagi dia tersenyum penuh kepuasan.

Dua orang suruhannya yakni Nio dan Michelle hanya meringis ketika menyaksikan tuan mereka melakukan hal itu.

"Bereskan mereka. Aku mau mencari pembuat onar yang sesungguhnya."

Hafeez menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya kemudian mengganti bajunya dengan kaos berwarna putih dan celana jeans hitam. Ia juga mengenakan jaket denimnya lantas meraih kunci motor yang dia letakkan di atas televisi.

"Aku akan mengampunimu jika kau menunjukkan keberadaan Fred padaku," ujar Hafeez kepada Abel yang sejak tadi berada di ruang tamu.

Hantu cilik itu mendongak dan binar matanya langsung nampak. Ia mengangguk setuju kemudian berujar, "Aku akan menunjukkannya!!" seru hantu itu.

Hafeez tersenyum lantas mengenakan helmnya dan menyalakan motornya. Dia menjalankan motornya setelah Abel mengatakan alamat di mana hantu sialan itu bersembunyi.

Lelaki itu menyeringai. Abel tidak tahu, Hafeez tidak akan memaafkan siapa pun yang melukai miliknya.

•••

WADOH SADES AMAT LU FEEZ:(

Eh Zea dibilang milik Hafeez wah kemajuan pesat woi 😂 btw part ini menurut kalian gimana nih?

Hoyolo ada apa sama Riana?

Males nulis sumpa:( pengen rebahan teros

Cerita ini mao tamat wkwk

Ini aku ceritanya mao ngepoto tuh Omnivora pemalas eh dia sadar kamera:(

Ini aku ceritanya mao ngepoto tuh Omnivora pemalas eh dia sadar kamera:(

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
Aku Bisa Melihat MerekaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt