Part 8 - Asmara

1.2K 119 3
                                    

'Jika kamu takut untuk melangkah ke depan, maka kamu tak akan pernah tau apa yang akan kamu dapati disana.'

***

"Maaf, Bang Fatih. Farah ga bisa ikut, ga diizinin sama Abi." Penuturan gadis itu membuat lawan bicaranya tampak tak terima.

"Loh kenapa? Apa mau abang yang minta izin ke abi?"

"Ehh ga usah, bang. Kan Farah udah kasih tau alasannya tadi kenapa abi ga ngizinin, lagian tanpa Farah juga pasti kalian tetap bakalan seneng-seneng, kan?" Farah tersenyum, manis.

Tak berbicara lagi, mantan ketua OSIM itu hanya menatap Farah datar. Sepertinya sudah tidak ada yang bisa dia katakan pada gadis manis berdarah Sunda itu.

Bang Fatih menghela nafas berat, "Yasudah."

"Hmm, bang?" Farah yang sudah hendak berlalu darisana, kini membalikkan badannya kembali menghadap Bang Fathur.

"Kakak-kakak kelas 12 udah mau perpisahan, ya? Kapan, bang?" Entah kenapa tiba-tiba ia menanyakan hal ini.

Bang Fatih tampak berfikir, "Tinggal empat bulan lagi kayaknya kami disini," ujar Bang Fatih.

"Ooo oke. Yaudah, Farah balik ke kelas ya, bang."

Bang Fatih tersenyum tipis, menganggukkan kepalanya. Membiarkan adikan kelas yang menurutnya cukup unik itu berlalu dari ruang OSIM.

Menurutnya, Farah bisa mengubah perilakunya disaat-saat yang tepat. Dia kadang berani, ceria, namun dibalik itu orang-orang disekitarnya bisa merasakan bahwa dia juga lemah lembut. Cantik, baik, pintar, sempurna!

Farah menghampiri Tika diambang pintu, setia sekali gadis itu menunggu Farah yang sedang berbicara dengan Bang Fatih. Kini mereka beriringan menuju kelas.

"Please, jangan liat ke kiri," kata Tika sedikit berbisik.

"Emang ada apa?" tanya Farah. Ia hendak menoleh ke kiri, namun tangan Tika menghentikan gerakannya.

"Kalau kamu ga mau sakit hati, dengerin kata aku!" Tika menatap wajah anggun Farah, lekat.

Namun apa boleh buat, saat gadis belia itu mencapai puncak penasarannya. Ia melepas paksa tangan Tika yang menahannya. Bukan hanya kepalanya saja, kini badannya sedikit serong menghadap ke sebelah kirinya.

Diam. Tak bergeming. Beberapa detik kemudian ia membalikkan tubuhnya kembali. Matanya sedikit berkaca-kaca.

"Kan udah aku bilang. Kamu sih, bandel!" kesal Tika.

"Hmmmm pulaaaang..." katanya terdengar seperti rengekan anak kecil yang ingin menangis.

Kedua alis Tika menyatu, "Yaudah pulang sana, jangan ajak-ajak aku. Kamu sih bandel, ga mau denger cakap aku, rasain!" Celoteh Tika.

Farah yang sudah hendak menangis kini tertawa kecil, ia mengusap kedua matanya.

"Loh, kamu apain Farah, Tik?" tanya seorang pria yang mereka kenal.

"Kok aku? Si buaya darat itu tuh yang buat dia gini!" Tika sedikit melirik kesebelah kirinya.

Ghali mengikuti arah mata Tika. Pria yang sudah seperti sahabat bagi kedua gadis dihadapannya, dia tampak kesal dan ingin menghampiri orang yang berada didalam kantin.

Cinta di Sepertiga Malam Terakhir [END]Where stories live. Discover now