Part 48 - Personil Tambahan

1.5K 95 20
                                    

'Jika harapan itu benar kau letakkan pada-Nya, maka kecewa tak akan kau dapat.'

***

Dokter Zia masih berusaha menenangkan dirinya untuk berbicara, setelah dia merasa demikian barulah dia mulai mengatakan berita yang mereka tunggu itu.

"Sungguh ini diluar dugaan saya," Perkataannya barusan benar-benar membuat keluarga bingung, "Entah bagaimana kedua bayi kembarnya terlihat seperti dilahirkan dengan normal, dan ibunya, Farah, Allah mengembalikannya pada kita." Tetesan bening itu kembali lolos dari pelupuk mata Dokter Zia.

Mereka semua terdiam lalu mengucap hamdalah, menangis haru. Terlukis senyuman diwajah semuanya, Ummi dan Ibu saling memberikan pelukan hangat. Abi dan Ayah berjabat tangan, Abhi dan Akbar juga saling berjabat tangan dan berpelukan singkat. Ilyana tak kuasa menahan tangisnya, dia memeluk Cut yang ikut menangis haru lalu melepas pelukannya. Tak pernah terlihat mereka sebahagia itu, sepertinya badai yang tadinya datang telah pergi dan mendatangkan pelangi.

"Ada apa? Gimana kondisi Kak Farah?" tanya Alin cemas. Mereka bertiga baru kembali dari musholah.

"Hidup abangmu, sempurna!" Ibu tersenyum pada anak bungsunya itu.

Mendengar itu dan mendapati raut wajah senang keluarga yang lainnya mereka bisa menyimpulkan bahwa Farah dan bayi kembarnya selamat. Alin, Nafsah dan Adhwa mengucap hamdalah lalu berpelukan hangat, mereka berlompat gembira layaknya anak kecil.

"Jadi bagaimana kondisi Farah, Dokter?" tanya Abhi.

"Alhamdulillah Farah baik-baik saja, setelah ini dia akan dipindahkan keruangannya karena kondisinya seperti wanita yang melahirkan normal. Tapi tolong jangan terlalu ramai jika membesuknya," kata Dokter Zia.

"Hei Ustadz muda!" Panggil Akbar, Abhi menoleh padanya dengan senyuman yang masih melekat diwajahnya.

"Akbar." Abhi memeluknya singkat, lalu melepasnya, "Terima kasih," ujarnya.

"Terima kasih untuk apa?" tanya Akbar.

"Banyak yang telah kau lakukan untuk Farah dan bayiku, dan terima kasih juga telah memberi semangat saat aku hampir putus asa," tutur Abhi.

Akbar tersenyum, "Sudah kewajibanku berbuat demikian. Selamat karna telah menjadi Ayah, kau tau? Menjadi Ayah itu tak mudah. Ditambah lagi perhatian dan kasih sayang istrimu nanti akan terbagi untuk kedua anakmu," kata Akbar menakut-nakutinya. Abhi hanya tertawa menggelengkan kepala, sepertinya senyumannya tak akan lepas satu harian ini.

"Oh, Dokter Zia!" Suara Abhi membuat mereka menoleh padanya, juga Dokter Zia yang hendak berlalu dari sana.

Abhi berjalan menghampirinya, "Terima kasih, Dokter," kata Abhi yang berdiri dihadapan Dokter Zia.

Dokter Zia tersenyum, "Ini sudah tugas saya dan kalianpun sudah saya anggap seperti kerabat saya," katanya.

"Oh sama ini Dokter satu lagi saya lupa," Abhi tertawa kecil, "Apa jenis kelamin bayi kembar saya?" tanyanya.

Akbar mengucap istighfar, begitupun yang lainnya. Sepertinya mereka terlalu khawatir dengan Farah sampai-sampai lupa menanyakan jenis kelamin bayi kembarnya.

Dokter Zia tertawa kecil, "Maaf saya juga lupa memberitahu, tapi ini sangat jarang terjadi. Selamat Bhi, kamu mendapatkan keduanya. Bayi laki-laki, dan yang satunya perempuan." Dokter Zia tersenyum.

Cinta di Sepertiga Malam Terakhir [END]Where stories live. Discover now