Part 27 - Bahagia Semata

845 96 6
                                    

'Aku tak ingin menjadi awan gelap ditengah cerahnya langit. Biarkan aku pergi, menyendiri, untuk mengistirahatkan hatiku yang tengah rapuh saat ini.'

***

"Farah!"

Farah berbalik, melihat seseorang yang memanggilnya. "Akbar?"

Pria itu berhenti di hadapannya, dia mengernyit. "Siapa Akbar?"

Farah mengerjapkan matanya, ia merapal istighfar saat melihat Abhi yang ternyata memanggilnya. Kenapa mulutnya bisa menyebut nama Akbar? Apa Farah merindukan Akbar? Atau... masih ada perasaan padanya? Ah, mungkin hanya efek baru bangun tidur.

"Eh, bukan siapa-siapa." Farah tersenyum canggung.

"Kamu dipanggil ke kantor, ayo!" Abhi berbalik dan mendahuluinya.

"Tapi aku harus naruh ini di kamar dulu!" Suara Farah membuat pria itu berbalik.

Abhi melihat sebuah tas yang dibawa Farah. "Letakkan saja disitu, kalau hilang bukan tanggungjawab saya." Abhi melanjutkan langkahnya menuju kantor.

Farah melongo mendengar penuturan Abhi barusan. Ia berdecak kesal. Farah melangkah ragu mengikuti jejak pria itu, baru kembali saja sudah dipanggil ke kantor lagi.

Sesampainya disebuah ruangan mereka langsung masuk kedalam, tampak sudah ramai disana.

"Silahkan duduk, nak." Pak Kyai mempersilahkan.

Kini mereka berdua duduk berhadapan dengan Pak Kyai bersama beberapa pengajar yang juga berada di ruangan itu.

Farah sedikit bingung kenapa bisa ada Pak Kyai disana, padahal untuk menemuinya saja terkadang harus mengatur jadwal dulu, karena memang Pak Kyai sering keluar kota untuk sekedar mengisi pengajian atau apa pun itu. Wajah Pak Kyai kini tampak bahagia.

"Langsung saja, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada para ustadz dan ustadzah yang sudah membantu pesantren ini keluar dari masalah yang ada." Pak Kyai tersenyum ramah pada para ustadz dan ustadzah.

Pandangan Pak Kyai teralih pada Farah dan Abhi, "Saya juga mengucapkan terimakasih kepada kalian karena sudah membantu para ustadz dan ustadzah dalam masalah ini."

Farah menoleh pada pria dikursi sebelahnya. Abhi yang sadar dengan sorot mata Farah kini ikut menoleh padanya, tatapan mereka bertemu. Namun Abhi langsung mengalihkan pandangannya ke Pak Kyai lalu mengangguk dan tersenyum.

Farah mengarahkan pandangannya ke depan, "Kalau saya boleh tau siapa saja nama donatur yang telah menolong pesantren ini, Pak Kyai?"

Pak Kyai menyebutkan beberapa donatur, lalu, "Terakhir donatur dari Farah, Nida Armida dan Aisyah Humairah. Sekali lagi terimakasih ya, nak. Kalian sudah membantu pesantren ini agar tetap berdiri." Pak Kyai menutup berkas-berkas yang tadi dia baca.

'Aisyah Humairah? Siapa?' batin Farah.

Setelah sedikit membicarakan beberapa agenda pesantren kedepannya, kini mereka dipersilahkan untuk meninggalkan ruangan. Farah yang lebih dulu keluar, menunggu Abhi diluar ruangan.

"Abhi," panggilnya.

Pria yang baru keluar itu menutup pintu ruangan, pandangannya terarah pada Farah. "Iya," jawabnya singkat.

Cinta di Sepertiga Malam Terakhir [END]Where stories live. Discover now