Part 24 - Pulang

846 90 5
                                    

"Kamu ga cari masalah kan di pesantren?" tanya Abi menyelidik.

Farah menggeleng. "Ngga kok, bi. Farah ini pulang secara terhormat!" Lagaknya.

"Terus kapan balik lagi ke pesantren? Kamu bisa ketinggalan pelajaran kalau lama-lama ga masuk!" kata ummi yang duduk disebelah abi yang tengah mengendarai mobil.

"Cuma tiga hari kok Farah pulang, habis itu ya balik lagi ke pesantren." Farah memperhatikan jalanan yang ramai.

Suasana yang sangat dirindukannya, melihat keramaian kota dan orang lalu-lalang di jalan. Serasa baru keluar dari penjara, iya, penjara suci. Hal ini pasti sulit dijelaskan jika kalian tidak merasakan sendiri bagaimana rasa leganya.

"Tapi ummi bingung, deh. Ustadzah nyuruh ummi sama abi jemput hari ini karena kamu diizinin pulang, cuma untuk nebus libur kamu waktu sakit hari itu? Apa bisa gitu ya? Aneh," kata Ummi yang sesekali menoleh kebelakang, menatap Farah yang sendirian duduk dikursi tengah.

"Yaa gapapa bagus dong, alhamdulilah malah kalau Farah pulang. Udah lama juga ga pulang, emang ummi sama abi ga kangen sama Farah?"

"Kangen dong, makanya waktu dikasih tau kamu boleh pulang ummi sama abi langsung buat rencana untuk jalan-jalan besok, gimana?" Ummi melihat kebelakang, tersenyum.

Farah tampak berfikir, kepulangannya bukanlah untuk bersenang-senang. Ia pulang untuk mencari beberapa donatur tetap untuk pesantrennya yang kini hanya bisa bertahan hingga dua minggu lagi. Tapi jika ia menolak, pasti orang tuanya akan curiga.

"Hmm, oke."

***

"Teh, kunaon sih ngelamun mulu!" Nafsah menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Tepat disamping kiri Farah.

"Kumaha, ya? Dimana nyari orang kaya yang baik?" Farah menepuk-nepuk dahinya dengan handphone yang ia pegang dengan kedua tangannya. Berharap itu dapat membantu menemukan ide, tetapi tidak.

"Ealah itu mah gampil! Cari aja temen-temen teteh yang orang tuanya kaya!" Nafsah memainkan handphonenya.

"Iyaa tapi teh saha?"

"Pikirin aja sendiri!" ketus Nafsah yang kemudian berlalu keluar kamar.

Farah terus berfikir, mengingat waktunya tinggal dua hari lagi untuk kembali ke pesantren, dan Farah juga sudah berjanji akan membawa solusinya untuk menyelamatkan Pesantren Daarul Yunus. Suara panggilan masuk di handphonenya terdengar, Farah langsung mengangkatnya.

"Assalamu'alaikum," katanya membuka pembicaraan.

"Wa'alaikumussalam. Farah, kok ga bilang kalau kamu pulang?"

"Hehee iya maaf, Tika. Ada apa nih?"

"Aku bakalan terima maaf kamu kalau besok kamu mau ikut makan bareng aku sama Akbar!"

Farah membulatkan matanya, dahinya berkerut, berbagai prasangka muncul begitu saja.

"Ka-kamu sama--"

"Eh ngga gitu maksudnya, aku sama Akbar tau kalau kamu pulang. Nah, dia mau traktir kamu tapi ga berani bilang dan yakin kalau kamu bakalan ga mau, makanya dia ajak aku dan minta aku sebagai perantara gitulah eceknya!"

Cinta di Sepertiga Malam Terakhir [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz