Part 10 - Pesantren I'm Coming

1.1K 104 14
                                    

'Hidup tak selalu mengikuti rencanamu, kadang yang tak kau inginkan dapat terjadi. Menyadarkan kita bahwa pengatur kehidupan ini lebih tau yang terbaik untuk diri yang perlu banyak berbenah ini.'

***

"Ciee yang habis ditembak sama Fathur!"

Pekikan itu membuat Farah menoleh kebelakang. Tampak sosok pria tampan sedang menyandarkan tubuhnya di dinding koridor sekolah. Sebelah tangannya ia masukkan ke saku celana sekolahnya.

Pria yang biasa ia panggil 'Bang Fatih' itu menghampiri Farah dengan senyuman simpul diwajahnya. Farah mematung masih dengan ransel dipundaknya.

"Selamat ya!" kata Bang Fatih tepat dihadapan Farah.

Farah mengerutkan dahinya, "Farah ga terima Bang Fathur kok," tuturnya polos.

Bang Fatih tertawa kecil, "Ga mungkinlah ada yang nolak sosok Fathur! Udah anak kepsek, tajir, otaknya juga masih bisa dipakelah, meskipun kegantengannya lebih sepersen aja dariku."

Farah diam, bingung harus mengatakan apa. Sekarang dia tau bahwa Bang Fatih memiliki gurat kesedihan dalam wajahnya yang terbaca oleh Farah. Gadis itu beranggapan bahwa Bang Fatih sedang cemburu saat ini padanya dan Bang Fathur.

"Kamu takut ya sama dia karna dia galak?!" Bang Fatih tertawa, menambah ketampanannya.

"Ngga bang, Farah emang ga boleh pacaran sama abi." Farah tersenyum tipis.

"Alhamdulillah, bagus deh kalau gitu."

"Bagus kenapa, bang?"

"Ya bagus karna masih ada kesempatan!"

Farah mengernyit, menatap pria yang kini sudah berlalu dari hadapannya. Setelah mengatakan itu, Bang Fatih tersenyum kecil kemudian langsung meninggalkannya disana tanpa berkata-kata lagi.

Farah yang tak ingin ambil pusing kini kembali melanjutkan langkahnya memasuki kelas yang sempat tertahan oleh polisi tampan tadi.

"Hei, Sayang!" kata seseorang yang langsung merangkul bahunya.

Farah menatapnya tajam. Seorang pria tertawa melihat ekspresi lucu gadis yang menurutnya menggemaskan itu. Ghali langsung menurunkan tangannya, tak mau cari masalah.

"Eh, si buaya itu masih sering ngechat kamu?" tanya Ghali saat mereka beriringan menyusuri koridor sekolah.

"Ya nggalah, mana bisa buaya ngetik di hp! Jarinya kebesaran." Farah mengeluarkan jawaban yang terlintas dibenaknya.

Ghali melongo, sedetik kemudian dia tertawa. Sifat Farah yang satu ini sangat disukai olehnya, jujur, care, juga polos (mungkin).

"Bukan buaya yang itu!" Ghali menepuk dahinya setelah puas tertawa. Ekspresi Farah yang datar menjadi daya tariknya.

"Terus?"

"Buaya kelas sebelah maksud aku."

Farah menghentikan langkahnya. Ghali yang menyadari itu ikut menghentikan langkahnya.

"Kenapa?" tanya Ghali menatap Farah bingung.

"Di kelas sebelah ada buaya?!" Farah bertanya dengan sedikit histeris.

Cinta di Sepertiga Malam Terakhir [END]Where stories live. Discover now