Part 23 - Terancam

835 91 1
                                    

"Saya mengerti, nak. Tapi kalau sudah begini kita harus bagaimana?" Suara berat itu terdengar.

Farah menunduk, otaknya sedang berfikir keras saat ini memikirkan jalan keluar, atau pesantren itu akan hancur dalam waktu dekat. Haura dan keluarganya benar-benar tidak punya hati, bagaimana bisa mereka akan menghancurkan pesantren ini dengan cara begitu?

Benar, Haura yang tidak bisa terima dipermalukan kemarin entah bagaimana caranya dia bisa melapor pada keluarganya dan meminta untuk menjatuhkan nama baik Pesantren Daarul Yunus.

"Ada ancaman besar juga untukmu, Farah."

Kali ini Ustadz Rafli ikut bersuara. Farah menoleh pada Ustadz Rafli yang duduk disamping Pak Kyai. Sementara Ustadzah Nisa dan beberapa pengajar lainnya hanya diam saja.

"Ancaman apa, ustadz?" tanya gadis itu lirih.

Ustadz Rafli dan Pak Kyai saling tatap, lalu keduanya menatap Farah kembali. Perasaan gadis itu kini gelisah saat melihat raut wajah serius kedua pria dihadapannya.

"Saya pikir Haura membencimu, sampai-sampai dia meminta jika kamu dikeluarkan dari pesantren ini, namamu akan di blacklist dari sekolah manapun," jelas Ustadz Rafli.

"A-apa saya akan di keluarkan dari pesantren ini, ustadz?" tanya Farah cemas.

"Tidak, nak. Itu hanya akan terjadi jika pesantren ini jatuh." Pak Kyai sedikit membenarkan sorban putih di kepalanya.

Mengingat pesantren itu bagaikan berada diujung tanduk. Haura berhasil membujuk ayah dan pamannya untuk tidak menjadi donatur lagi di pesantren, juga karena suatu hal yang tak kalah penting namun Farah tidak mengetahuinya.

"Pasti ada cara untuk membuat pesantren ini ga bergantung ke keluarga Haura lagi, ustadz." Farah mencoba mencari jalan keluar.

"Pesantren ini dibangun karena bantuan dari keluarga Haura, sudah sejak dulu begitu. Kita tidak punya donatur lain lagi. Walaupun bertahan, kita hanya bisa bertahan beberapa minggu." Ustadzah Nisa tampak cemas.

"Kurang lebih tiga minggu, pesantren ini hanya bisa bertahan sampai tiga minggu kedepan." Pak Kyai menatap mereka bergiliran.

"Setelah tiga minggu, apa yang akan terjadi dengan pesantren ini, Pak Kyai?" tanya Farah penasaran.

Pak Kyai menggelengkan kepala pelan, diikuti helaan nafasnya. Ruangan itu mendadak terasa sesak bagi Farah, jika pesantren itu hancur dan ia tidak diterima di sekolah manapun juga, Farah akan menjadi apa? Mengingat keluarga Haura memiliki kekuasaan yang besar, namun disalah gunakan.

"Saya akan mencari solusinya, Pak Kyai." Farah mengatakannya dengan mantap.

Pak Kyai mengangguk. Bukan hanya Farah, tapi mereka semua akan mencari jalan keluar dari masalah ini. Beberapa menit telah berlalu, mereka masih dalam keadaan hening.

"Saya punya jalan keluarnya, Pak Kyai." Farah tersenyum seolah menemukan harapan.

"Bagaimana?" tanya Ustadz Rafli penasaran.

"Setelah seminggu, izinkan saya pulang. Saat saya kembali nanti, saya akan membawa solusi dari masalah ini." Farah menatap Ustadz Rafli dan Pak Kyai bergiliran.

Cinta di Sepertiga Malam Terakhir [END]Where stories live. Discover now