Part 13 - Asrama

989 101 1
                                    

'Menerima kehidupan saat ini, bukan berarti melupakan masa lalu.'

***

"Farah!" Panggil seseorang dari bagian kiri mereka, membuat Farah dan Abhi menoleh pada beberapa orang yang menghampirinya.

"Ummi," lirih Farah yang kemudian bangkit dari duduknya, disusul dengan Abhi.

"Kamu darimana aja?" tanya Ummi ketika sudah berada dihadapan keduanya.

"Ummi sih, nunjuknya ke kamar mandi cowok, kan Farah jadi salah masuk! Untung ada Abhi." Farah tersenyum pada pria disebelahnya.

"Assalamu'alaikum, bu." Abhi menangkupkan kedua tangannya pada ummi, abi, dan wanita cantik yang Farah duga adalah ustadzah.

"Wa'alaikumussalam," jawab mereka bersamaan dan mengikuti cara bersalaman Abhi.

"Kalau gitu, saya balik ke kelas dulu ya, permisi." Abhi berpamitan sopan. Tak lupa dia tersenyum tipis pada Farah.

"Makasih ya." Farah balas tersenyum padanya. Abhi hanya mengangguk kemudian berlalu dari sana.

"Ustadzah perkenalkan ini anak saya, Azhikra Faradhiba, panggilannya Farah." Ummi memperkenalkan Farah pada ustadzah yang berjalan bersama mereka tadi.

Farah mencium punggung tangan wanita yang masih tampak muda itu, ustadzah itu tersenyum manis kearahnya.

"MaasyaaAllah tabarakallah cantik sekali," puji ustadzah sambil mengusap pucuk kepala Farah.

Farah tersenyum, menambah kecantikannya.

"Saya Annisa Trihapsari, biasa dipanggil Ustadzah Nisa. Saya juga pengawas asrama ini." Ustadzah Nisa memperkenalkan diri.

Wanita muda dengan gelar ustadzah, tampaknya dia lulusan timur tengah. Kulitnya sawo matang, bola matanya coklat pekat, hidungnya tak kalah mancung dengan Farah, tubuhnya tinggi dan sedikit berisi, wajahnya teduh dan hangat. Sepertinya dia akan menjadi ustadzah favorit Farah disana. Jika penampilan ustadzahnya saja seperti ini, wajar jika santriwati disana memakai hijab yang oversize.

"Barang-barang kamu sudah berada di dalam kamar, setelah ini kamu akan ditemani Ustadzah Nisa, ya?" Abi menatap Farah.

"Ummi sama abi mau pulang?" tanya Farah seakan tak terima.

Kedua orangtua itu mengangguk sembari tersenyum hangat pada putri sulungnya.

"Kasihan adik-adik kamu kalau harus ditinggal di rumah kelamaan." Ummi memberikan tangannya.

Farah menerima uluran tangan itu kemudian mengecupnya. Ummi membelai lembut kepala Farah, mengecupnya singkat kemudian memeluk Farah cukup lama. Perpisahan dengan air mata antara ibu dan anak dimulai.

Farah terdengar sesekali merengek meminta agar orang tuanya sering-sering menjenguknya disana, sering menghubunginya, dan hal-hal aneh lain yang dia minta pada orang tuanya.

Ustadzah Nisa yang sudah biasa melihat adegan dramatis seperti itu hanya tersenyum sambil sesekali memperhatikan sekeliling, jika ada santriwati yang tertawa melihat adegan itu maka Ustadzah Nisa segera mengisyaratkan pada mereka agar diam dan segera pergi dari sana.

Cinta di Sepertiga Malam Terakhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang